Bacolan Buat Semproters. Vol.1

Bacolan Buat Semproters. Vol.1

Bacolan Buat Semproters. Vol.1

Comments Off on Bacolan Buat Semproters. Vol.1

Wanita itu mengambil cangkirnya dan menyeruput sisa chocolate panas yang sudah mulai dingin. Ia duduk bersama seorang pria bule. Mata wanita itu menatap tajam si lelaki bule sambil menyeruput minumannya. Tampak Pelayan mengambil piring-piring sisa dinner dari meja mereka.

Hilda nama perempuan itu dan lelaki yang duduk diseberangnya adalah Richard. Mereka memang sedang meeting sedari sore di caf didaerah Kemang setelah membicarakan perjanjian bisnis.

so, we deal with budget 100 milyar for this year. Kata Richard dalam bahasa Indonesia campur inggris.

Richard adalah bule keturunan Belanda. Wajahnya terlihat kaku seperti kebanyakan orang Eropa, berambut cepak dan klimis tidak berkumis atau berjanggut, maklum sebagai eksekutif ia menjaga penampilan wajahnya agar selalu bersinar. Usia Richard 45 tahun namun karena penampilannya mengikuti trend jaman now maka ia tidak terlihat tua. Ia tidak terlalu tinggi namun proposional dengan badannya yang cukup kekar karena rajin berolah raga. keluarga neneknya ada keturunan Indonesia, sehingga mudah bagi dia menyesuaikan diri dengan bahasa Indonesia tempat ia bekerja mengurus perusahaannya. Richard adalah salah satu eksekutif di perusahaan advertising ternama yang biasa menangani klien product dari perusahaan besar.

ya mau gimana lagi. Hilda sambil mengambil handphone yang tergeletak di meja.

Hilda bertubuh tinggi semampai dengan rambut panjang lurus sepunggung. Tubuhnya langsing dan kulitnya kencang. Ia berasal dari keluarga keturunan Menado, German dan China. Sebagai eksekutif di perusahaan keluarganya tentu saja ia menjaga sekali penampilannya dengan menyempatkan diri untuk melakukan perawatan tubuh. Usianya baru 32 tahun, namun kecerdasan dan kematangannya dalam mengelola perusahaan cukup mumpuni karena ajaran dari ayahnya.

Richard melihat jendela caf. Terlihat bias-bias basah lampu jalan. Tampak hujan kecil yang sedari pagi menyiram Jakarta yang belum menunjukkan tanda untuk berhenti walau jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Seakan hujan di bulan Januari itu sedang berpuas-puas menyirami tanah setelah kemarau panjang kemarin. Richard kembali menengok klien nya yang sedang sibuk dengan hp nya. Hilda tersenyum kecil.

susah cari Uber kalo hujan begini. Kata Hilda. dari tadi nggak dapet-dapet.

Use the others timpal Richard.

I dont like with another. Kata Hilda.

Richard tertawa kecil. why dont you bring your own car nowadays?

you are crazy, with goddamn traffic jam like today. Make me confused. Hilda menimpali. more worst everyday. This city almost make me crazy.

so, did you fired your driver?

I promote him to be office staf. Jawab Hilda. yeah, better for his future. He was almost been crazy also maybe. Hilda tertawa.

Richard tertawa kecil. Ia mengambil cangkir kopi nya sambil memperhatikan Hilda yang sedang melihat layar handphonenya. Wajah Hilda cukup cantik dengan hidungnya yang mancung dan make up tipis nya. Hubungan bisnis mereka sudah berjalan hampir 5 tahun, sejak Hilda memegang kendali perusahaan ayahnya. Richard ingat saat pertama kali ia melakukan pitching di perusahaan milik Hilda, ia waktu itu sama sekali tidak menyangka kalau ide nya diterima dengan antusias. Dan saat ini hubungan mereka berlangsung baik. Bahkan kalau Hilda membutuhkan konsep baru untuk iklan produk consumer goods terbarunya ia sering berkonsultasi dengan Richard, kadang juga Hilda sering curhat meminta saran sedikit mengenai masalah keluarga, maklum Richard sudah pernah berkeluarga. Walaupun sering bertemu hubungan mereka selama ini hanya sebagai rekan bisnis, bahkan sejak Hilda belum menikah.

Hilda membanting hp nya kesal. Maklum orang kaya, hp S8 sih murah-meriah bagi Hilda, kalau rusak tinggal beli lagi.

sekarang connection nya putus. Damn. Hilda menggerutu kesal.

bagaimana kalau saya antar? Kata Richard.

Kadang mereka berbicara dalam dua bahasa.

bukankah rumah you near? kata Hilda.

Kamu pulang ke BSD? kata Richard.

tidak. saya ke Pakubuwono. Kata Hilda. rumah BSD terlalu besar for me alone.

oh, your husband is still sailing. Sorry I forgot. Kata Richard. your apartment is near from here.

Suami Hilda seorang pelaut. Tepatnya kapten kapal pesiar dari perusahaan kapal milik keluarga Hilda. Hilda bertemu suaminya 3 tahun lalu saat sedang berlibur di Karibia. Dan entah kenapa ia sangat suka dengan laki-laki dari keluarga biasa-biasa saja, bahkan saat itu suaminya hanya bekerja sebagai crew kapal pesiar saja, namun daya tarik dan kebaikan lelaki itu membuat hati Hilda runtuh. Hilda memang tidak menyukai lelaki dari keluarga yang selevel dengan dia, karena menurutnya mereka sombong dan angkuh, serta membosankan, maka tidak heran Hilda hanya baru 2 kali pacaran secara resmi yaitu dengan mantannya waktu kuliah dan dengan lelaki yang jadi suami nya sekarang. Namun sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak, selain Hilda yang sibuk, suaminya juga jarang di rumah, hanya 6 bulan sekali kalau suaminya pulang mereka melakukan hubungan sex.

Hilda tampak berpikir menerima tawaran Richard. are you ok with that?

sure, no problem. Lets go. Kata Richard meyakinkan. I need to go around for refreshing also.

Richard sendiri adalah duda. Istrinya meninggal 4 tahun lalu karena kanker. Sekarang ia tinggal bersama Britney, anak tirinya dari suami Istrinya yang dahulu, anak tiri yang sudah seperti anaknya sendiri.

ok I want to go to bathroom before. Kata Hilda. Hilda mengeluarkan dompet dari dalam tasnya.

today on me ya? kata Richard.

what? Last week you paid the bill, now my turn. Jawab Hilda.

no problem, keep for next meeting. Kata Richard.

You cheating on me. Hilda bercanda.

no its business manner. Kata Richard tertawa.

thank you.

Biasa kalau orang kaya rebutan siapa yang mau bayarin duluan. Kalau orang miskin kolekan duit buat bayar.

Richard segera berdiri dan berjalan ke arah meja kasir untuk membayar bill.

Richard mengemudikan mobil nya ditengah kemacetan. Sedangkan Hilda sedari tadi tampak sibuk menelepon untuk memastikan asisten-asistennya menyelesaikan tugasnya, maklum eksekutif. Sebagai eksekutif, Richard juga tidak pernah mau di sopirin atau naik taksi, Ia tidak nyaman kalau disopirin kecuali dalam keadaan terpaksa, sehingga tidak pernah ada sopir yang cocok bekerja dengan dia.

Mobil sedan hitam itu berhenti di tengah kemacetan. Hujan deras membasahi kaca depan. Seorang lelaki memakai ponco warna kuning mengetok-ngetok kaca, sambil berkata-kata namun tidak jelas terdengar karena tertutup suara hujan dan music jazz di mobil. Richard membuka sedikit jendelanya.

banjir Mister, di depan. Putar..aroundaround.. balik! kata laki-laki itu ketika menyadari kalau yang ada di balik kemudi orang bule.

Meskipun sulit memutar di jalanan kecil itu, Mobil mereka akhirnya berbalik. Mengikuti iringan mobil di tengah kemacetan daerah Kemang, melewati jalan lain. Mereka terhenti lagi. Dan mobil yang berlawanan arah memberitahukan ke mobil lain kalau di depan banjir.

so we trap in the kemang Island. Hilda menggerutu kesal.

Yes, we cant reach your home.

oh bloody hell. Hilda kesel wajahnya tampak stress.

would do you stay at my house tonight kata Richard. I have one empty guest room.

did not flood around there?

I hope not. Richard tertawa kecil.

Hilda tampak berpikir.

I have appointment in Friday morning. Kata Hilda.

dont worry, tomorrow I will take you to your office. Kata Richard, or I call Uber taxi, your choose.

no problem. Hilda berfikir sedikit tapi tidak ada pilihan yang lebih baik. I dont have any better option now. ok, lets go.

Richard memutar mobilnya di tengah kemacetan. Ke arah rumah Richard tidak banjir namun kemacetan yang parah membuat perjalanan mereka terhambat. Satu setengah jam sudah mereka berada di dalam mobil. Hilda tampak tidur bersandar karena capai. Sedangkan Richard harus menikmati stress nya kemacetan Jakarta, walaupun jarak dekat tapi kalau macet begini hanya buang-buang waktu saja.

Jam 10 tertera di layar LCD dashboard. Mobil Richard memasuki halaman. Seorang lelaki membawa payung menghampiri mobil Richard setelah menutup pintu pagar. Hilda turun dari mobil.

selamat malam Bu. Kata lelaki berbadan tegap itu sambil memayungi Hilda.

Lelaki itu mengantar Hilda ke teras kemudian menjemput boss nya yang masih di dalam mobil, kemudian memayungi bossnya ke teras.

this is Udin. He is my house manager. Kata Richard.

malam Bu. Udin mengangguk memperkenalkan diri melihat kalau Hilda orang Indonesia.

ini Bu Hilda client saya dan tamu kita tonight. Richard memperkenalkan Hilda kepada Udin.

Richard membuka pintu dan mempersilahkan Hilda masuk kemudian ia menengok ke Udin.

Britney sudah pulang? kata Richard lagi bertanya kepada Udin.

belum mister. Kata Udin.

Ok. Nanti saya telepon dia.

Hilda duduk di ruang tengah yang sekaligus ruang tamu. Sofa melingkar yang empuk dan nyaman mengisi ruangan kecil itu. Sebuah TV layar datar 50 inchi turut memenuhi ruangan. Sebuah bar mini terletak di ruangan tersebut. Di dinding-dindingnya tergantung foto-foto Richard, mendiang istrinya dan anak tirinya. Di sudut kiri tampak sebuah meja bilyard di pojok dekat tangga menuju lantai dua, dan di sudut kanan langsung berhubungan dengan dapur. Di samping bar mini tampak sebuah jendela dan pintu besar. Dari jendela besar itu dapat dilihat taman belakang dan kolam renang. Richard menyukai rumah kecil dengan taman yang mengelilinginya. Richard berdiri di depan pintu belakang sedang berbicara di telepon dengan anak tirinya.

Hilda menghampiri mini bar dan melihat koleksi minuman keras berbagai merk. Di atas meja bar tampak beberapa botol yang terisi setengah atau kurang, mungkin yang paling sering di konsumsi oleh si pemilik rumah.

do you like wine or anything? Richard menghampiri Hilda sambil mematikan telepon genggamnya.

can I? kata Hilda sambil menunjuk sebuah botol Tequilla kegemarannya.

of course. Feel yourselves at home. Ill take glass

Richard berjalan ke belakang bar. Mengambil dua gelas dan menghampiri Hilda yang sudah menaruh botolnya di meja depan sofa.

hows your daughter?

she cant reach home. Stay at her friend apartment. Kata Richard sambil menuang tequila ke gelas mereka.

how old is she now?

almost twenty. Kata Richard sambil memberikan gelas kepada Hilda. for our next project.

Mereka melakukan toast dan meminum sampai habis gelas.

must be hard for you to have a teenager.

not really. Kata Richard sembari menuangkan Tequilla ke gelas kosongdi tangan Hilda.

why is she want to study in here?

she like learning culture, and she take major to traditional dance in IKJ.

wow. Kata Hilda sambil mengangkat gelasnya mengajak Richard melakukan toast.

Richard menaruh gelasnya.

ok Ill show your room.

Richard bangkit berdiri. Di ikuti Hilda berjalan ke arah kamar yang pintunya terletak persis di depan tangga kayu dekat living room.

Richard membuka pintu kamar dan menyalakan lampu. Terlihat ruangan kamar yang besarnya kira-kira 26 meter persegi. Sebuah bed besar, sebuah meja kecil disampingnya dengan lampu baca. Sebuah lemari pakaian dengan sebuah cermin besar tergantung di tembok. Dari pintu mereka masuk di sebelah kirinya terletak pintu kamar mandi.

nice, very clean. Hilda memuji rapih nya kamar tamu .Its like hotel room.

thanks, Udin clean it everyday.

he is very nice. Good. Hilda memuji lagi.

if you need towel and soap available at bathroom. Richard membuka pintu kamar mandi.

Terlihat handuk terlipat rapi dan juga sabun dan shampoo di meja wastafel.

Ok you can take a bath. Enjoy yourself. Kata Richard. if you hungry, you can cook or find something on kitchen, feel free.

thanks Richard youre very nice.

I want take a shower at my room upstair. Good night.

good night.

Rchard keluar kamar. Hilda menutup pintu kamar. Ia menaruh tas tangan nya di meja kecil dekat ranjang. Kemudian merebahkan diri di ranjang empuk. Very comfortable. Tak disangka rekan bisnisnya benar-benar pintar menjamu tamu nya. Hilda merasa ingin mandi, pasti air hangat begitu nikmat di cuaca hujan ini. Hilda menuju kamar mandi.

Setelah mandi Hilda memakai pakaian dalam. namun ia terdiam sejenak menatap dirinya dalam cermin besar di kamar tersebut. Hilda memantaskan diri di depan cermin 3/4. Sambil menatap tubuh indahnya, kemudian Ia mencubit-cubit perutnya yang sebenarnya masih cukup rata tapi bagi seorang perempuan di usia 30 tahun seperti Hilda yang selalu menjaga kebugaran tubuhnya, ada sedikit lemak di perut harus diberantas pikirnya. Maklum karena kesibukannya ia sudah 2 minggu tidak sempat nge Gym. Ia meraih ikatan rambut dan menguncirnya. Harus ke salon nih kata Hilda dalam hati sambil memperhatikan dirinya di cermin.

JGEEERRRRR!!

Suara kilat menyambar kencang. Hilda meloncat kaget. Suasana di dalam ruangan berubah gelap total seketika. Perempuan itu kebingungan. Hilda mengidap Nyctophobia takut dengan tempat gelap, dan Astrafobia yaitu ketakutan dengan suara petir. Ia Panik dan kebingungan.

Tolong-Tolong-Tolong!! Hilda berteriak-teriak sekeras ia bisa.

Suara pintu di dobrak. Serta lampu senter LED menerangi ruangan kamar tamu itu. Hilda segera menghentikan teriakannya ketika menyadari Richard muncul dihadapannya.

are you alright? Richard bertanya.

Ia memandangi klien nya yang sedang berjongkok menutupi kedua kupingnya di pojok ruangan dengan hanya memakai pakaian dalam saja.

Richard segera berjongkok. Are you OK?

Hilda segera memeluk tubuh Richard. Lelaki itu mengelus-elus dan menepuk-nepuk bahu perempuan itu mecoba menenangkan.

you are safe now. Im here. Richard berbisik.

Hilda mengangguk kecil. Ada perasaan malu kepada Richard, mengingat statusnya adalah sebagai sebagai boss di perusahaan besar, yang tadi sempat terlihat panic seperti anak kecil.

dont worry. Kata Richard.

Hilda segera melepaskan pelukannya. Ia menyadari kalau pria bule itu hanya memakai celana pendek saja. Tubuh kekar dan berotot, serta bulu dada yang lebat seperti Sean Connery membuat pria bule itu tampak macho. Hilda baru menyadari kalau Ia juga dalam kondisi setengah telanjang dihadapan rekan nya itu.

Lelaki itu menolong Hilda berdiri. Kemudian ia berjalan menuju lemari kecil, dibukanya dan mengeluarkan sebuah kimono handuk. Diberikannya Kimono itu pada Hilda.

use This, please. Kata Richard.

Richard masih berlagak sopan walau dalam hatinya ia berkata Damn,nice body. Sebagai seorang lelaki normal tentu saja bernafsu melihat tubuh setengah telanjang yang seksi itu. Buah dada Hilda terlihat sangat ranum, perut rata, pinggul dan paha proposional, kulitnya halus dan kencang. Apalagi pakaian dalam yang dipakai Hilda cukup sepadan menutup sebagian area terlarangnya. Bra nya pun bukan bra yang pakai busa, terlihat dari bentuknya pakaian dalam Hilda cukup mahal yang modelnya mengikuti lekuk payudara sekal itu bisa dibayangkan memang bentuk aslinya kalau tanpa bra. Minimal pakaian dalamnya mungkin merknya VS atau brand besar lain. Tidak mungkin seorang perempuan pemegang saham mayoritas sebuah perusahaan besar memakai pakaian dalam abal-abal.

How do we sit di living room for a while? kata Richard sambil memperhatikan Hilda memakai kimono.

Hilda berasa canggung karena sebelumnya ia ke gap hanya dengan pakaian dalam saja. Richard meraih tangan Hilda, Ia membimbing klien nya itu sambil menerangi jalan dengan senter LED nya menuju ruang tengah.

—————

Hilda duduk di sofa ruang tamu yang kini sudah diterangi oleh emergency led yang baru saja dinyalakan Richard. Sedangkan Richard masih mencari sesuatu di rak mini bar nya.

Tiba-tiba pintu depan terbuka, sesosok tubuh basah kuyup berdiri di depan pintu. Richard dan Hilda menengok kaget melihat sosok itu.

mister tidak apa-apa? suara lelaki itu yang ternyata adalah Udin, pengurus rumah Richard.

fine-fine. Bagaimana generator nya? Tidak kamu nyalakan? Richard berbicara bahasa Indonesia dengan Udin.

rusak mister. Daritadi saya coba nyalakan. Kata udin. ini sampai basah kuyup begini.

oke-oke, no problem. Kata Richard. besok kamu panggil itu tukang service.

baik mister. Kata Udin.

lilin yang dulu itu kamu taroh mana ya? Tanya Richard.

oh ada di rak dapur. Saya ambilkan dulu. Kata Udin. boleh pinjam senternya Bu. Udin berkata sopan kepada Hilda yang tampak masih memegang senter.

Hilda berdiri dan memberikan senter. Dan kemudian Pengurus rumah itu segera bergegas ke dapur.

Nyala lampu lilin yang temaram menerangi ruangan itu. Sebenarnya terasa romantic bagi mereka berdua. Suara hujan deras disertai suara kecil dari Guntur terdengar di luar serasa pengganti music syahdu yang memang tidak ada karena tidak adanya listrik.

Richard kembali menuang anggurnya ke gelas di tangan Hilda. Pria itu banyak bercerita kejadian-kejadian konyol dan lucu yang dialaminya sehingga membuat Hilda berasa rilex. Entah sudah berapa gelas anggur yang di minumnya. Ia sedikit mengalami tipsy, sudah lupa kalau sejam lalu ia sempat panic dan berteriak-teriak.

Apalagi lelaki Amerika itu terlihat begitu menarik, sebagai perempuan normal tentu saja Hilda merasa sedikit horny, apalagi sudah 6 bulan ditinggal suaminya pergi berlayar. Namun Hilda mencoba menahan diri mengingat statusnya sebagai istri dan komisaris perusahaan.

JEGEEERRR!!!

Tiba-tiba suara petir menyambar lagi.

Vian meloncat memeluk Richard. Richard pun kaget. Gelas di tangan Hilda jatuh dan isinya membasahi celana pendek pria itu.

Im sorry. Im sorry. Kata Hilda.

Hilda melihat celana Richard yang sudah basah oleh anggur yang tumpah dari gelasnya. Dengan tangannya berusaha membersihkan celana pendek Richard. Lelaki itu menggenggam tangan Hilda menghentikan kegiatannya.

its ok, ok. No problem. Kata Richard.

Hilda menyadari kalau ia tadi menepuk-nepuk selangkangan pria itu. Gede banget, kata Hilda dalam hati ketika secara tak sengaja ia menyentuh dan menyadari di balik celana lelaki itu tersimpan benda kebanggaan tiap lelaki. Richard tidak memakai apa-apa di balik celana pendeknya mungkin ia tadi terburu-buru mendengar teriakan-teriakan Hilda.

Richard mengambil gelas Hilda dari karpet. Menuangkan kembali anggur dan memberikannya pada Hilda.

lets drunk tonight. Kata Richard to forget you fhobia.

hope it was the last big thunder. Hilda tersenyum sambil melakukan toass.

Mereka meminum anggur di gelasnya masing-masing.

Setelah beberapa gelas. Entah karena tipsy atau sudah mulai mabuk. Hilda bersandar di bahu Richard, kepalanya diletakkan di dada berbulu lebat itu. Hilda sudah masa bodoh. Ia benar-benar ingin merasakan otot-otot dada yang tampak kokoh dan kencang milik lelaki itu. Sebagai wanita tentu saja ia kadang kesepian tanpa suaminya yang sering berlayar berbulan-bulan lamanya. Melihat Richard, tentu saja membuat Hilda sedikit berfikir nakal. Apalagi kondisi saat itu sangat mendukung walaupun bukan kondisi yang disengaja.

Richard meraih pundak tubuh mungil itu dirangkulnya supaya perempuan itu nyaman di pelukannya dan kemudian dibelai-belainya rambut Hilda. Dirasakannya Nafas Hilda terasa meniup halus bulu-bulu dada lelaki itu. Richard berusaha bertindak gentle, sebagai seorang lelaki yang sudah lama ditinggal Istri tentu saja melihat body sexy seperti Hilda membuatnya ingin langsung menggagahi perempuan itu. Tapi ia harus menahan diri, karena perempuan di sampingnya bukan seorang pelacur yang dengan gampang ditelanjangi dan dipakai. Perempuan disebelahnya adalah klien dan sahabatnya.

Keduanya terdiam sejenak saling merasakan kehangatan yang sama-sama sudah lama tidak mereka rasakan. Suara gemuruh geledek dan hujan masih terdengar samar-samar. Keduanya memandangi nyala api lilin yang bergoyang-goyang mengikuti irama angin. Tangan Hilda mengelus-elus dada bidang lelaki itu bermain diantara bulu-bulu lebat, Ia mulai merasa nyaman. Richard meraih gelas yang sudah kosong di tangan Hilda, kemudian Ia meletakkannya di meja. Setelah itu kembali bersandar di sofa sambil kembali membelai-belai rambut perempuan itu.

Detak jantung Richard yang semakin kencang terdengar di kuping Hilda. Perempuan itu memandang wajah Richard.

do you mind to do something? kata Richard berbisik. Richard merasakan kalau perempuan di sampingnya ini sudah mulai memberikan sinyal-sinyal berahi.

Dan entah siapa yang memulai, keduanya sudah saling berpagutan. Bibir dan lidah mereka saling bertemu. Saling tarik menarik, belit membelit, mencoba memberikan sensasi kepada lawannya, mengirimkan sinyal-sinyal birahi, membangkitkan hasrat yang terpendam. Tangan Hilda sudah berada di selangkangan Richard, mengelus-elus benda bulat besar dibalik celana pendek. Benda bulat yang sudah mengeras dan memanjang. Terasa besar dan kokoh bagi tangan Hilda.

Selama ini Hilda hanya tau benda seperti itu milik suaminya saja karena belum pernah ia berhubungan dengan orang lain. Tapi milik suaminya tidak sebesar dan sepanjang milik Richard, benar saja kontol pria bule lebih besar dari orang asia.

Dari bibir Richard sudah beralih ke leher dan kuping. Ciuman dan jilatan pria itu membangkitkan libido Hilda yang sudah dipengaruhi alkohol. Libido yang sudah berbulan-bulan tidak terlampiaskan. Hilda memang sedang sangat ingin menikmati lelaki. Keduanya sudah masa bodoh dengan statusnya masing-masing. Dan mencoba saling menikmati malam hujan dan dingin dengan saling menjilat ,memeluk dan meremas. Tangan tangan Richard sudah bergerilya di buah dada yang masih terbungkus dengan bra mahal itu, merayap melingkari lingkar badan wanita itu, meraih pengait bra, dan lepas sudah.

Buah dada indah segenggaman tangan Richard terlihat bulat dan padat, kencang seperti gadis remaja. Lidah Richard langsung menyerbu berputar, menghisap putting susu kecil itu yang sangat menggairahkan. Tangan bule itu memilin-milin putting susu. Bergantian lelaki itu bermain di dada ranum milik Hilda yang sangat menggairahkan.

Sedangkan sudah sedari tadi tangan Hilda berada di balik celana pendek Richard. Mempermainkan benda keras dan gagah milik lelaki itu. Mengocok-ngocok, mengelus-elus di sepanjang batang kontol panjang itu. Belum pernah Hilda memegang kontol selain milik suaminya apalagi benda sepanjang dan sebesar milik Richard. 21 cm dan 5 cm diameter batang kontol itu, Hilda menerka dalam hati.

Richard membaringkan Hilda. Lidahnya bergerilya di perut rata dan halus itu. Hilda terlihat menggelinjang akibat jilatan-jilatan Richard di perutnya. Desahan kecil terdengar keluar dari mulut Hilda. sedangkan tangan perempuan itu tidak mau melepaskan kontol itu dari gengamannya. Richard sudah tidak tahan lagi, nafsunya sudah di ubun-ubun. Ia menarik lepas celana dalam perempuan itu. Richard Menelanjangi perempuan itu. Dilihatnya selangkangan Hilda yang tidak ditumbuhi bulu, halus dan rata karena rajin di shaving. Belahan memek yang tembem rapat terlihat menggairahkan di temaram cahaya lilin.

Hilda pun bangkit dilepaskannya genggamannya pada kontol lelaki itu. Hilda melepaskan kimono handuk serta bra yang masih tersangkut di lengannya.

Sedangkan Richard berdiri di hadapannya. Lelaki itu sudah telanjang bulat. Kontolnya yang besar dan panjang tampak tegang mengeras kencang di hadapan Hilda. Hilda kini bisa melihat dengan jelas batang kontol lelaki bule itu. Dibawah cahaya lilin itu terlihat batang kontol yang sangat kokoh dan di hiasi oleh urat-urat tegas di sekelilingnya dengan jembut-jembut tipis disekitarnya. Hilda meraih kepala kontol itu tanpa ragu dan malu. Sudah terlanjur sudah telanjang bulat keduanya, tanggung kalau tidak diteruskan begitu pikir Hilda dalam hati. Walaupun harus berhianat kepada suami nya tapi semuanya sudah tidak bisa dicegah nafsu nya sudah ada di ubun-ubun. Hilda mencium kepala penis itu, menjilati sekitar lobang kencing Richard. Tangan bule itu menghentikan aktivitas Hilda. Hilda menurut saja.

Richard menindih tubuh Hilda di Sofa. Keduanya kembali terlibat ciuman. Hilda kelojotan kegelian ketika ujung kontol Richard bermain di selangkangannya menekan dan menggesek klitorisnya. Memicu awal orgasme tubuh sexy itu.

Hilda segera meraih kontol Richard, dan diarahkannya di depan lubang kenikmatan miliknya. Richard tau kalau perempuan itu sudah tidak tahan lagi. Perlahan tapi pasti dengan sangat gentle Richard menanamkan benda kebesarannya itu ke dalam tubuh seksi ramping itu. Keduanya memang sudah tidak tahan lagi untuk melampiaskan nafsu sex mereka.

Mata Hilda terpejam ketika kontol besar itu perlahan membuka liang kemaluannya yang sudah lama tidak dimasuki kelamin laki-laki. Kepala kontol itu terasa agak sedikit sakit ketika mulai memasuki liang kelaminnya. Tapi dengan gentle Richard melakukan dengan perlahan dan pasti, benda bulat panjang itu masuk menyeruak sedikit demi sedikit. Memek itu sudah sedikit basah tanda perempuan itu sudah terangsang.

Hilda menggigit bibir bawahnya menahan sedikit rasa perih akibat panjangnya benda milik Richard, tatapan mata Hilda terfokus pada wajah lelaki bule itu yang tampak macho, yang selama ini tidak pernah di perhatikannya dengan lebih detail, namun sosok kekar itu dibawah cahaya lilin malam ini terasa berbeda sekali. Richard menghentikan sodokannya ketika kontolnya masuk sampai setengahnya di dalam memek Hilda. Ia menggoyang pinggangnya berputar seakan hendak mengebor memek sempit dan basah itu.

are you ok? Richard bertanya pada Hilda khawatir kalau ia malah menyakiti perempuan itu.

yes please. Just do It. Jawab Hilda sambil kedua tangannya meremas bahu bidang lelaki bule itu.

hang on. Maybe it will hurt.

Kemudian dengan sebuah sodokan keras Richard menekan penis ngacengnya itu semakin dalam dan akhirnya mentok di ujung vagina Hilda. di iringi desahan keras, mata perempuan itu terpejam, tubuhnya terhenyak oleh desakan di bagian selangkangannya. Hilda memeluk erat tubuh kekar Richard karena benar-benar terasa seluruh memeknya dibuka oleh kontol besar itu. Keduanya terdiam sejenak. Tangan Hilda mulai mengendurkan kekapannya, sudah tidak terasa sakit bagi Hilda, justru ia merasa sensasi luar biasa ketika keseluruhan kontol itu masuk. Hilda mencoba menengok bagian kelaminnya terlihat hanya nya saja dari kontol itu yang terlihat di luar, sisanya sudah berada di dalam memek sempitnya, terlihat bibir memeknya yang sudah terbuka sangat lebar mengelilingi batang keras nan perkasa itu..

Kontol yang selain dari kontol suaminya, kontol orang asing yang baru pertama kali ia rasakan. Benda bulat, panjang dan keras yang memenuhi seluruh liang memeknya, milik suaminya saja tidak mampu sampai mentok di ujung liang senggamanya, tapi milik lelaki bule ini sangat sensasional, memeknya berasa penuh.

Richard memulai goyangan pinggangnya. Dari pelan dan mulai menjadi agak cepat setelah dirasakannya liang memek Hilda sudah mulai terasa licin. Persetubuhan mereka pun berubah menjedi sangat nakal. Desahan manja Hilda terdengar di telinga Richard. Perempuan itu mulai melawan dengan goyangan pinggang sehingga membuat kontol Richard terasa di pilin dan di pijit-pijit. Richard mengocok kontolnya di memek yang sudah basah dan sempit itu dengan sodokan yang sangat masif. Daging vagina legit itu terasa mencengkeram kontol yang sedang keluar-masuk itu, dan bagian dalam memek itu terasa mengempot kepala kontolnya menimbulkan rasa geli disekujur kepala kontolnya. Pantat lelaki itu naik turun dengan teratur berusaha memberikan control maksimal kepada kliennya, mengingat baru kali ini ia memasukkan bagian tubuhnya ke dalam Hilda sehingga Richard berusaha memberikan kenyamanan, lagipula malam masih panjang buat apa terburu-buru.

Dada Richard yang bidang dan berbulu menindih toket bulat milik Hilda yang tidak kendor walaupun dalam posisi terlentang. Bulu dada Richard membuat putting susu nya terasa geli dan mengeras, membuat seluruh tubuh Hilda merinding. Hilda melingkarkan kakinya di pantat bule itu mendorong-dorong pinggang Richard, seakan berusaha membuat lelaki itu memasukkan seluruh batang kenikmatan itu ke dalam memek rapat dan sempit miliknya.

Lelaki itu segera memburu bibir seksi Hilda yang sedang terbuka mendesah-desah, keduanya kembali berpagutan dan saling membelit lidah dan bertukar ludah. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu, belitan-belitan lidah mereka kembali liar saling berputar dan mengulum, saling melepaskan nafsu yang sudah lama terpendam diantara keduanya.

Tiba-tiba, Hilda memeluk Richard erat-erat ketika dirasakannya geli di seluruh tubuhnya. Kaki perempuan itu mengejang berusaha menahan goyangan pinggang Richard yang semakin massif, menohok memeknya semakin keras dan kencang, mengirimkan sinyal-sinyal geli dan gatal yang sudah berkumpul diseluruh tubuh Hilda. Rasa geli dan gatal yang tidak bisa hilang dengan digaruk. Dan bagaikan dialiri listrik ribuan volt tubuh Perempuan itu kelojotan, ia mengalami orgasme. Cairan vulva menyembur membasahi kepala kontol Richard yang sedang keluar masuk. Bunyi petir menggelegar keras sudah tidak dipedulikan Hilda, yang ia rasakan hanya kenikmatan mengaliri sekujur tubuhnya menjalar dari bagian bawah selangkangannya menuju ubun-ubunnya.

Richard tahu kalau perempuan di bawahnya ini sudah orgasme, tapi ia tidak menghentikan genjotannya, karena dirasakan seluruh kontolnya berasa geli tanda air maninya siap di semburkan, namun Richard menahannya, berusaha membuat Hilda merasakan orgasme terlebih dahulu.

can I cum inside you? Bisik Richard.

yes..oh..come inside.oooh.. Hilda merasakan sensasi nikmat luar biasa di tengah deru orgasmenya seperti diterpa gelombang kenikmatan di sekujur badannya. Rasa geli luar biasa mengaliri seluruh tubuhnya.

Bersamaan dengan itu Richard memepetkan kontolnya sampai mentok di pintu Rahim Hilda. Kontol lelaki itu berkedut-kedut mengeluarkan isinya. Sperma Richard yang banyak dan panas memenuhi liang rahim Hilda yang sudah lama tidak di isi oleh sperma lelaki. Erangan dan desahan Hilda terdengar begitu sexy di kuping lelaki itu. Tubuh keduanya mengejang saling memancarkan gelombang kenikmatan bagi tubuh keduanya yang sedang orgasme berbarengan, sampai akhirnya melemas. Dengan nafas keduanya memburu, ngos-ngosan. Keduanya saling bertindihan. Toket empuk Hilda terasa seperti bantal lembut bagi dada Richard. Keduanya Berusaha meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka rasakan. Pijatan-pijatan memek Hilda terasa enak di sepanjang kontol Richard. Tubuh keduanya membisu,saling bertatapan dan kemudian kembali saling berlumatan bibir dengan mesra.

Suara hujan sudah tidak terdengar dan petir seakan berhenti seiring akhir dari persetubuhan mereka.

Tiba-tiba lampu ruangan menyala. Listrik kembali hidup. Keduanya sempat kaget beberapa milidetik. Mereka berdua tertawa kecil ketika menyadari kalau tubuh mereka berdua sedang telanjang bulat, saling bertindihan dengan alat kelamin yang masih menyatu. Richard bangkit dalam posisi duduk dan Hilda mengikuti gerak tubuh Richard sehingga keduanya kini dalam posisi duduk tanpa memisahkan kedua alat kelamin mereka. Mereka meniup dengan kencang lilin-lilin yang masih menyala di meja. Lilin-lilin itu pun segera padam, keduanya tertawa kecil melihat tingkah mereka seperti anak sd meniup kue ulang tahun.

lets continue in my room. Richard berkata sambil mengecup kecil bibir mungil Hilda.

Hilda mengangguk mengiyakan. Richard segera memeluk tubuh ramping Hilda dan menggendongnya tanpa sedikit pun ia mengeluarkan alat kelamin yang masih bersarang di memek perempuan itu. Sengaja memang Richard tidak mengeluarkan alat kelaminnya, hal ini dimungkinkan karena kontol bule itu panjang walau dalam keadaan lemas, masih dapat menyumpal memek sempit milik Hilda, selain itu Richard takut kalau peju nya tumpah membasahi sofa barunya apabila ia melepaskan kelaminnya, mengingat sebelumnya ia nge-crot banyak sekali di dalam memek hangat itu. Hilda merangkul erat pundak Richard sepanjang perjalanan mereka ke lantai atas, sambil keduanya tertawa-tawa kecil bahagia.

Richard meremasi kedua buah dada sekal itu. Lidah dan bibirnya bermain di leher jenjang Hilda. Perempuan itu mendesah-desah halus. Mereka kini saling bertindihan di atas ranjang besar di kamar Richard.

Kamar Richard lebih besar. Di pojok dekat pintu ada kamar mandi. Hanya ada sebuah ranjang besar, TV LCD besar tergantung di tembok, closet tempat pakaian, dan sebuah meja panjang tempat Richard memajang pernak-pernik olah raga. Rupanya lelaki itu memang sangat menyukai sport dari mulai basket sampai sepak bola, terlihat dari jejeran throphy, memorabilia para bintang lapangan yang berada di dalam kamarnya.

Hilda meremasi otot-otot lengan Richard yang kokoh, sambil menikmati jilatan dan kecupan di leher dan kupingnya, sesekali mereka saling berlumatan bibir. Kontol Richard terasa mulai mengeras memenuhi kembali liang memek Hilda, mendesak seluruh g-spot nya. Kaki Hilda terikat terpatu di pinggang pria perkasa itu, ia kemudian menggoyangkan sedikit pinggul nya berputar memberikan rangsangan di kontol besar yang tertanam di tubuhnya itu. Semakin hot dan panas ciuman dan rangsangan yang di berikan Richard, semakin pula terasa kontol besar itu keras lagi seperti ketika ronde pertama dibawah tadi, dan semakin becek dirasakan oleh Richard liang memek sempit milik Hilda.

are you ready? bisik Richard sembari menjilati kuping Hilda. Hilda tidak menjawab, ia tertawa kegelian akibat ulah si Bule itu.

Richard kembali menggoyangkan pinggangnya, mengocok benda kebesarannya di memek enak itu. Hilda tetap memutar-mutar pinggulnya sambil menikmati kembali goyangan Richard. Tentu saja akibat perbuatan perempuan itu terasa kepala penis Richard di betot-betot oleh daging-daging vagina sempit itu. Memek itu terasa makin basah, tapi makin terasa enak bagi Richard karena lebih berasa menjepit erat dan geli di sekitar kontol besarnya.

Hilda merasa kegelian ketika putting susunya tergesek-gesek oleh bulu dada Richard. Membuat putingnya makin mengeras, dan desahannya makin massif. Hilda meraih kepala Richard, ditariknya dan dilumatnya bibir bule itu dengan ganas. Keduanya saling berlumatan dengan ganas, suara kecipakan dari kedua bibir mereka seakan-akan beradu dengan suara kecipakan dari alat kelamin mereka.

Pok..pokplak..poksuara alat kelamin yang sedang beradu terdengar semakin kencang karena makin becek nya memek Hilda. Richard semakin kencang mengeluar masukkan kontol nya. Kadang Richard menarik keluar sampai kontol nya keluar setengah kemudian mendesak memek becek sempit itu dengan desakan kencang sampai mentok, membuat Hilda makin blingsatan mendesah-desah tak keruan.

Hilda menyedot lidah Richard. Kedua tangan dan kakinya memeluk erat tubuh kekar bule itu, sembari bergetar-getar memberikan getaran-getaran orgasme di pelukan si Bule. Tentu saja memek Hilda semakin banjir, namun pijatan di sepanjang kontol Richard semakin massif, seakan-akan memek Hilda berusaha menyedot masuk seluruh kontolnya. Kemudian dekapan dari tubuh seksi itu kembali melemas.

I want on top. Kata Hilda sembari kedua tangannya berada di pipi Richard.

Richard menghentikan kocokan kontolnya. Ia meraih tubuh bugil perempuan itu dan mengangkat tubuh mungil sexy itu berganti posisi menjadi woman on top. Kini Richard dapat menikmati secara utuh pemandangan tubuh sexy Hilda yang berada di atas. Pinggang sexy Hilda langsung berputar-putar memberikan kenikmatan kepada kontol Richard. Denyutan-denyutan memek makin terasa bagi kontol Richard dalam posisi tersebut.

Richard meraih kedua toket bundar sekal yang ikut bergoyang-goyang seiring makin kencangnya ulekan-ulekan yang diberikan oleh Hilda. Putar-putar maju-mundur putar-putar maju mundur itulah gaya yang digunakan Hilda dalam memberikan kenikmatan kepada lelaki bule itu.

Hilda melepaskan kedua telapak tangan si Bule dari toketnya. Kemudian kedua tangannya disatukan dengan kedua tangan si bule, tujuannya supaya Hilda dapat menikmati utuh permainannya. Selain kenikmatan disekujur tubuhnya yang mulai berkeringat di udara yang dingin itu.

Richard membiarkan Hilda mengontrol permainan. Goyangan perempuan itu makin massif tidak hanya mutar dan maju mundur melainkan diikuti dengan gerakan naik turun, membenam-benam kan kontol Richard yang kini bisa masuk mentok sepenuhnya tidak bersisa di dalam vagina becek itu. Rupanya memek Hilda sudah terbiasa dengan ukuran kontol Richard sehingga bisa menelan habis seluruh kontol panjang itu di dalam liang memek nya.

Tubuh sexy itu kembali mengejang-ngejang diatas tubuh Richard. Jari-jemari Hilda menggenggam erat jari-jari Richard. Dinding vagina milik Hilda membetot kontol Richard. Dan putting susu Hilda terlihat mengeras dan mengkilap. ahhh.aaaaahhhOOOH Hilda berteriak-teriak dengan keras di tengah sergapan kenikmatan absolut yang sedang melanda tubuhnya. Ia sudah tidak malu lagi karena mengingat hanya mereka berdua yang ada di dalam kamar itu. Tubuh langsing itu ambruk di atas badan Richard. Desahan nafas Hilda yang kecapaian terdengar keras. Kulit halus Hilda terasa agak lengket sedikit karena berkeringat. Hilda membenamkan wajahnya di dada berbulu lelaki itu meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

Richard memegang pinggang ramping itu, menekuk kedua kakinya agar ia dapat mudah memberikan sodokan-sodokan dari bawah. Richard kembali merojok benda saktinya itu dengan tegas di memek becek Hilda. putting susu perempuan itu terasa geli ketika bergoyang-goyang di atas perut Richard. Hilda menaruh kedua tangannya di dada kekar dan memainkan jari-jarinya di putting lelaki itu. Membuat Richard semakin geli dan nikmat di seluruh tubuhnya.

Dengan satu sentakan keatas sambil menarik pinggul ramping itu Richard mengerang. Ia kembali menyemprotkan sperma nya di dalam rahim Hilda.

Hilda merasakan kontol besar itu berkedut-kedut dan rasa panas berhamburan di sekitar bawah perutnya memberikan sensasi kenikmatan. Hilda merasakan banyak sekali peju yang disemprotkan Richard di sekitar leher rahim nya membanjiri lagi seluruh rahimnya. Rahim Hilda sudah sangat penuh oleh peju lelaki bule itu. Hilda sudah tidak berpikir bagaimana kalau sperma-sperma Richard bakal membuahi sel telurnya, ia tidak bisa lagi berpikir kemungkinan hamil, yang ada di otak keduanya saat ini adalah kenikmatan demi kenikmatan.

Tubuh si Bule melemas. Kakinya kembali selonjor. Hilda masih berada di atas dada lelaki itu. Kedua telinganya di taruh di dada berbulu yang terasa hangat. Terdengar dengan jelas detak jantung si lelaki bule yang berdenyut dengan keras.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account