Cerita panas dan mesum permainan seks Calon Pengantin

Cerita panas dan mesum permainan seks Calon Pengantin

Cerita panas dan mesum permainan seks Calon Pengantin

Comments Off on Cerita panas dan mesum permainan seks Calon Pengantin
 Pipit mematut diri di depan cermin. Ini adalah hari yang paling di nantikannya, hari pernikahannya. Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia menikah dengan Bima. Dan seks adalah salah satunya, meskipun Bima hanya mempunyai sebuah k0ntol yang kecil saja. Tapi sex dengan lelaki lain menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun sejak Bima sudah menyematkan sebuah cincin berlian dijarinya. Dia merasa bersalah dan membutuhkannya dalam waktu yang bersamaan, setiap kali dia merasakan cincin tersebut dijarinya ketika lelaki lain sedang meyetubuhi mEmeknya yang dijanjikannya hanya untuk Bima.

Dia ingat ketika malam dimana Bima melamarnya. Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”, menciumnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai cincin berlian yang sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam bersama Bima itu, dia langsung menghubungi Elang, begitu mobil Bima hilang dari pandangan, mengundangnya datang ke rumah kontrakannya. Pipit menunggu Elang dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya yang berbaring menunggu di atas tempat tidurnya, cincin berlian yang baru saja diberikan oleh Bima adalah satu-satunya benda yang melekat di tubuh telanjangnya.

 

Ada desiran aneh terasa ketika matanya menangkap kilauan cincin berlian itu waktu tangannya menggenggam k0ntol gemuk Elang. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar ketika tangannya mencakup kedua payudaranya dengan sperma Elang yang melumuri cincin itu. Dan oergasme yang diraihnya malam itu, yang tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya, sangat hebat – tangan yang tak dilingkari cincin menggosok kelentitnya dengan cepat sedangkan dia menjilati sperma Elang yang berada di cincin berliannya. Dia menjadi ketagihan dengan hal ini dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada waktu upacara perkawinannya nanti.

Ketika ini, dia memandangi pantulan dirinya di dalam cermin mengenakan gaun pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu. Pipit tersenyum. Dia membayangkan nanti pada upacara pernikahannya, teman-teman Bima akan banyak yang hadir dan akan banyak lelaki lain yang akan dipilihnya salah satunya untuk memenuhu fantasi liarnya. MEmeknya berdenyut, dan dia membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk membuat hari ini lebih komplit dan sempurna, ketika lonceng berbunyi nanti.

Ketika dia membuka pintu, ayah Bima, Rengga, sedang berdiri di sana, bersiap untuk menjemputnya dan mengantarnya ke gereja. Pipit menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di hadapannya ini sangat merangsangnya-beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi ketika dia datang berkunjung ke rumah Bima, menyebut namanya. Pipit belum pasti apakah mudah nantinya untuk menggoda Rengga agar akhirnya mau bersetubuh dengannya, tapi sekarang dia akan mencari tahu tentang hal tersebut. Dia tersenyum lebar ketika menangkap mata Rengga yang manatap tubuhnya yang dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa ketika.

“Ayah” tegurnya, dan memberinya sebuah ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yang menggoda menyelimuti penciuman Rengga. “Ayah datang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi ayah dapat membantuku.” Digenggamnya tangan Rengga dan menariknya masuk ke dalam rumah kontrakannya, tempat yang akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dengan Bima.

Rengga mengikutinya dengan dada yang berbar kencang. Ini adalah ketika yang diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yang pemalu dan bisa dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk berdekatan dengan wanita ini. “Apa yang bisa ku bantu?”

Pipit berhenti di ruang tengahnya yang nyaman lalu duduk di sebuah meja.

“Aku belum memasang kaitan stockingku… dan sekarang, dengan pakaian ini… aku kesulitan untuk memasangnya.”

Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun pengantinnya, kakinya yang dibungkus dengan stocking putih dan sepatu bertumit tinggi langsung terpampang.

“Bisakah ayah membantuku memasangnya?”

Rengga ragu-ragu untuk beberapa waktu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini sebuah “undangan” untuk sesuatu yang lain lagi, ataukah hanya sebuah permintaan tolong yang biasa saja? Dia mengangguk.

“Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya. Jemarinya sedikit gemetar ketika Pipit dengan pelan mengangkat kakinya . Rengga berusaha untuk memasangkan kaitan stocking itu.

Pipit menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha panjangnya yang dibalut stocking putih. Dia dapat merasakan sebuah perasaan yang tak asing mulai bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan nikmat yang membuat nafasnya semakin sesak, membuat nafasnya semakin memburu, dan membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan cairannya mulai membasahi. Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya. Rengga menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia sudah memasangkan dengan benar.

“Ayah, seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan calon ayah mertuanya yang berada sedikit dibawah mEmeknya membuatnya menjadi berdenyut dengan liar.

Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk beberapa ketika saja. Tangan Rengga menarik kaitan itu semakin ke atas ketika calon istri anaknya meneruskan mengangkat gaun pengantinnya semakin naik. Dia menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering ketika akhirnya kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium aroma dari mEmek Pipit sekarang, yang membuat jantungnya seakan hendak melompat keluar dari dadanya.  filmbokepjepang.com Tangannya berhenti, kaitan stocking itu melingari bagian atas paha Pipit… dan dia merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh ketika Pipit melepaskan sebelah pegangannya untuk meraih bagian belakang kepalanya dan mengarahkan wajah ayah calon suaminya mendekat ke mEmeknya, dan Rengga menemukan tak ada celana dalam yang terpasang di sana.

Pipit melenguh dan memejamkan matanya ketika harapannya terkabul. Rengga tak memprotes atau menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir mEmeknya, dan Pipit semakin basah dengan cairan gairahnya. Dengan sebelah tangan yang masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan yang satunya lagi menekan wajah calon mertuanya ke mEmeknya yang terbakar, dia mulai menggoyangkannya perlahan. Ini serasa di surga, dan menyadari apa yang diperbuatnya tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya semakin menggelinjang. Dia mengerang ketika lidah Rengga memasuki lubangnya, dan lidah itu mulai bergerak, menghisap bibir mEmeknya, menjilati kelentitnya, wajah Rengga belepotan dengan cairan kewanitaan calon istri anaknya di ruang tengah rumah kontrakannya.

Semakin Pipit menggelinjang, semakin keras pula Rengga menghisapnya.

“Oh ya ayah… jilat mEmekku… buat aku orgasme sebelum aku mengucapkan janjiku pada putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa yang mereka perbuat membuat Pipit dengan cepat meraih orgasmenya, dan hampir saja dia rubuh menimpa Rengga. Ini bukan seperti orgasme yang biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yang menggulung tubuhnya, merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam tubuhnya.

Cairan Pipit terasa nikmat pada lidah Rengga, dia menjilat dan menghisap mEmeknya seperti seorang lelaki yang kehausan. K0ntolnya terasa sakit dalam celananya, cairan pre cum nya membasahi bagian depan tuxedonya.

Pipit kembali menggelinjang, lalu dengan pelan bergerak mundur, membiarkan gaun pengantinnya menutupi ayah Bima. Lalu dia membuka resleting di bagian belakang gaunnya dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya. Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun pengantinnya yang tergeletak di atas lantai, hanya mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan tentu saja stocking beserta kaitannya yang baru saja dipasangkan Rengga pada pahanya. Pipit tersenyum padanya, mEmeknya berkilat dengan cairannya.

“Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan make-up, kalau ayah memerlukan sesuatu…” dia berkata dengan mengedipkan matanya. Rengga menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya beberapa detik kemudian dia menyusulnya.

Ketika dia memasuki kamar mandi dan berdiri di depan sebuah cermin di atas washtafel, dan sudah mengenakan sebuah celana dalam berwana putih. Rengga tahu kalau ini adalah salah satu godaannya yang manis, dan dia telah siap untuk bermain bersamanya.

Pipit melihatnya masuk, dan dengan sebuah gerakan yang cantik membuka lebar pahanya. Rengga melangkah ke belakangnya, mata mereka saling terkunci dalam masing-masing bayangannya dalam cermin. Tangan Rengga bergerak ke bagian depan tubuhnya, menggenggam payudaranya yang masih ditutupi bra. Pipit tersenyum. “Tapi ayah, bukankah ini tak layak dilakukan oleh seorang ayah calon pengantin pria?”

Rengga memandangi bagaimana bibir Pipit yang membuka ketika bicara, mendengarkan hembusan hangat nafasnya, seiring dengan tangannya yang meremasi payudaranya dalam balutan bra. “Tak se layak apa yang akan kulakukan padamu.”

Pipit menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan k0ntolnya yang mengeras.

“Aku nggak sabar,” bisiknya.

Sejenak kemudian Pipit merasakan tangan calon ayah mertuanya berada di belakangnya ketika dia melepaskan sabuk dan membiarkan celananya jatuh turun. Dengan mudah tangan Rengga menarik celana dalamnya ke samping. Pipit menarik nafas dalam-dalam ketika dia merasakan daging kepala k0ntolnya menekan bibir mEmeknya yang masih basah.. Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel ketika dengan perlahan Rengga mulai mendorongkan batang k0ntol itu memasukinya. Pipit merasakan bibir mEmeknya menjadi terdorong ke dalam, merasakan dinding bagian dalamnya melebar untuk menerimanya.

“Apa ini terasa lebih baik dari k0ntol putaku?” Rengga tersenyum puas. Dia tahu se berapa ukuran k0ntol putranya, dan dia yakin kalau putranya mewarisinya dari garis ibunya. MEmek calon istri putranya terasa sangat menakjubkan pada batang k0ntolnya, dengan cepat dia sadar kalau dia layak untuk menyetubuhi calon menantunya lebih sering dibandingkan putranya. Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa melakukannya kapanpun mereka memiliki kesempatan.

“Oh brengsek!!! Ya Ayah… ayo… beri aku yang terbaik untuk merayakan pernikahanku dengan putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah, dan merasakan tangan Rengga pada pinggulnya. Dia mencengkeramnya dengan erat dan mulai memompanya keluar masuk. Mereka sadar akan terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi Rengga memastikan mEmek sang mempelai wanita benar-benar berdenyut menghisap sehabis persetubuhan keras yang lama. Pipit mengerang dan menjerit dan bergoyang pada batang k0ntol itu, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi bayangan mereka berdua di dalam cermin ketika menyalurkan nafsu terlarang mereka.

Pipit merasa teramat sangat nakal, disetubuhi dengan layak dan keras oleh ayah calon suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya. Rengga merasakan mEmeknya mengencang pada batang k0ntolnya, dan kali ini, dia merasa seluruh tubuh Pipit mengejang sepanjang orgasmenya. Wanita ini adalah pemandangan terindah yang pernah disaksikannya, punggungnya melengkung ke belakang ke arahnya seperti sebuah busur panah yang direntangkan, matanya melotot indah, mulutnya ternganga dalam lenguhan bisu. Rengga bahkan dapat merasakan pancaran dari orgasmenya menjalari batang k0ntolnya ketika dia tetap menyetubuhinya.

Dia telah membuatnya mendapatkan orgasme seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya, mEmeknya hampir terasa kelelahan untuk orgasme lagi. Tapi Rengga tahu bagaimana membawanya ke sana.

“Kamu mengharapkan spermaku, iya kan, Pipit? Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat mEmekmu terlumuri spermaku yang sudah mengering ketika berjalan di altar pernikahanmu, benar kan wanita jalangku?”

“Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai kesulitan bernafas dan Rengga dapat merasakannya menyempit. Rengga melesakkan batang k0ntolnya sedalam yang dia mampu, dengan setiap dorongan yang keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar itu A?a,?aEs dan dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama lagi. Tepat ketika k0ntolnya melesak jauh ke dalam mEmek calon istri putranya, menyemburkan cairan sperma yang banyak ke dalam kandungannya, dia merasakan tubuh Pipit menegang dan orgasme untuk sekali lagi.

Dicabutnya batang k0ntolnya keluar, menyaksikan lelehan sperma yang mengalir turun di pahanya menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Rengga tersenyum.

“Aku akan menunggu di mobil, Pipit…”

Perlahan Pipit bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya lemah, mEmeknya berdenyut dan bocor.

“Mmm, baiklah ayah.”

Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya” dan dan mengorek sperma ayah Bima dari pahanya dengan jari tangan kirinya yang dilingkari oleh cincin berlian pemberian Bima.

Ketika Rengga melihat mempelai wanita putranya masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap untuk upacara pernikahan, sedangkan bayangannya yang terpantul dari kaca mobil adalah ketika Pipit memandang tepat di matanya dan menjilat spermanya dari cincin berlian pemberian putranya.,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account