Three Fs

Three Fs

Three Fs

Comments Off on Three Fs

Amanda

Ya.!
Terdengar sahutan dari dalam kamar, sesaat setelah dering bell berbunyi.

Gadis itu meremas kedua tangannya. Untuk ke lima kalinya ia harus berada di balik pintu kamar sebuah hotel sambilmenundukkan kepalanya, membiarkan rambutnya sedikit dapat menutupi wajahnya dari cctv yang terpasang di beberpa bagian hallway hotel kelas melati yang nampak kurang terawat, bahkan menjurus kumuh yang berada di belakang bar remang-remang kelas teri tempat beberapa saat sebelumnya ia telah berkeringat mengantarkan minuman bagi para pelanggan yang mabuk, sambil mencoba tidak meperdulikan remasan di pantatnya, colekan dipayudaranya yang sebenarnya terbungkus dengan seragam yang sopan, kemeja putih dengan rok span hitam, dan pantofel hitam di kakinya.

Manda!
Sang gadis menoleh ke Doel, sang bartender memberi gesture memanggilnya agar mendekati bar.
Iya bang? Katanya pada Doel yang mengajaknya ke gang belakang bar.
Nda Bener kamu masih mau ngelakuin ini? tanya sang lelaki, menghembuskan asap rokoknya ke udara malam yang terasa panas, pengap, dan lembab.

Sang gadis terdiam, menundukkan kepalanya, menyandarkan punggungnya ke pintu bar
Abang punya solusi lain? Tanya nya lirih ke arah sang bartender yang kini ikut bersandar di samping sang gadis. Ia ingin sekali membantu sang gadis dengan cara yang lain, tetapi sang gadis benar Ia sama sekali tak punya solusi lain, penghasilannya sendiri tak seberapa, terlebih kini ia sendiri harus bertanggung jawab atas benih nya yang kini tumbuh di rahim waitress lain yang dibuahinya wlaau tanpa niat, di bawah pengaruh alcohol dan drugs yang mereka pakai beberapa bulan sebelumnya.

Dan ia tidak ingin menjerumuskan sang gadis ke lembah dosa lain yang memang juga digelutinya. Dunia hitam yang satu itu akan sebisa mungkin dijauhkan dari gadis yang sudah seperti adiknya sendiri.

Ia kemudian menghambuskan asap rokoknya dengan kuat sebelum memberi selembar post-it pada sang gadis.
Ngga usah ganti, dia seneng lihat kamu pakai seragam itu. Aku nanti bilang sama bang Andre, kamu ada perlu mendadak. Katanya dengan ekspresi wajah campur aduk dan melangkah masuk ke dalam bar, meninggalkan sang gadis yang menggenggam post-it itu di tangannya.

Wajah sang gadis menampakkan senyum simpul ketika pintu kamar itu terbuka, lalu perlahan ia melangkakhkan kakinya memasuki kamar hotel, sementara lelaki yang tersenyum senang akan kedatangan gadis itu, memasang tanda do not disturbed sebelum menutup pintu dibelakangnya.
****
Gadis

Mata gadis itu memandang jauh ke belakan rekan-rekannya yang sedang asyik terkikik satu sama lain. Matanya mengerling sambil mengedip genit kea rah lelaki paruhbaya yang jelas memperhatikan dirinya sejak pertama kali ia masuk ke dalam foodcourt bersama teman-teman kuliahnya.

San, Nit Aku ke lihat-lihat dulu sebentar, ya. Ujar sang gadis sambil beranjak meninggalkan ke dua temannya yang kembali terkikik di antara mereka berdua
Kakinya ringan melangkah menuju clothing booth merek pakaian yang cukup terkenal dan mulai melihat-lihat pakaian yang ada di sana.

Baju itu bikin kamu tambah manis.
Sang gadis sedikit terkesiap sebelum tersenyum simpul
Masa sih Oom Si Oom bisa aja. Katanya sambil menundukkan wajahnya yang pipinya bersemu merah mendapat pujian seperti itu
Oom ngga bohong kamu bakal lebih cantik kalau pakai baju itu. Kata lelaki paruh baya berpenampilan rapi, dengan kaus polo yang di bagian perutnya mulai menyempit.

Sang gadis membalik price tag, lalu mendesah dengan raut wajah antara kecewa dan sedih
Mending kamu coba dulu. Kata lelaki itu lagi sambil mencegah tangan sang gadis yang hendak mengembalikan baju tadi ke raknya.
Tapi Oom. Kata sang gadis dengan nada yang justru terdengar sedikit manja.
Oom yang beliin. Ambil beberapa yang kamu suka.

Pandangan sang gadis berbinar. Bener Oom? Tanya nya seakan tak percaya.
Bener. Oom ngga bohong. Kata lelaki itu tersenyum melihat tingkah gadis yang mendadak jadi kekanak-kanakan di hadapannya sebelum bergegas menuju kamar ganti.
Makasih ya Oom Kata gadis itu riang sambil berjalan sambil melangkah dengan girangnya di samping lelaki yang baru deikenalnya tadi, sebagaimana umumnya seorang putrid kecil yang brau saja dibelikan baju baru oleh ayahnya.

Dan pandangannya makin berbinar, bagai seorang gadis cilik yang senang ketika ayahnya memanjakannya, sementara kini kaki keduanya melangkah masuk ke dalam booth lain, mencari sepatu yang cocok untuk dipakai dengan baju yang kini tersimpan rapi di dalam kantong belanja di tangannya.

Om. Gadis pengen coba baju sama sepatu ini. Katanya dengan tatapan penuh harap pada sang lelaki yang tersenyum, mengerti keinginan sang gadis
Teman kamu bagaimana? Tanyanya basa basi
Biarin aja Om udah pada besar ini Sergahnya, tak ingin perhatian lelaki itu terbagi dengan kedua temannya.
Sang lelaki tersenyum sambil membiarkan gadis itu mengamit lengannya, dan keduanya berjalan menuju basement parking lot
****
Niken

Gadis itu mengakui dalam hatinya kalau culture di terminal tiga bandara internasional tu jauh berbeda dari culture di terminal satu. Ada rasa yang campur aduk yang dirasakannya di saat ia duduk di lounge milik maskapai plat merah negara ini. Di terminal itu, ia masih bisa merasakan tatapan mata yang mengenali dirinya, namun tak ada seorangpun yang menghampiri dirnya untuk sekedar berfoto atau meminta tanda tangannya, bahkan tidak para pegawai lounge yang jelas nampak menahan diri mereka untuk tidak menghampirinya. Tidak seperti rombongan di terminal satu yang, terutama anak-anak abg, langsung riuh melihat kedatangannya.

Tapi, kesempatan untuk duduk di kelas business maskapai plat merah milik negara ini, menginap di salah satu resort terbaik di destinasi wisata yang disebut sebagai pulau dewata, all expense covered Hmmm. putri77.com Para abg itu bisa tetap menjadi followernya. Thats what social media is for, right? They can praise her from afar…. and sending her all their likes to make her channels grows more and more

Ia memandang lagi ke arah gadget di tangannya, melihat itinerary sesi pemotretan salah satu merk terkenal yang akan ia lakukan di resort nantinya. Lalu ia memandang satu itinerary lagi yang membuatnya teringat akan sesuatu

Mbak Saya titip tas saya sebentar, ya Katanya pada salah satu pegawai yang tampak berbinar dan mengangguk cepat karena di sapa oleh salah satu public figure yang memang menjadi idolanya itu dan memandang sang idola melangkah menuju toilet.

Di sana , setelah ia memastikan kalau ia hanya seorang diri sebelum ia membuka tas makeup yang dibawanya, mengambil satu butir obat dari sebuah strip yang nampak sudah beberapa hari dikonsumsi secara teratur olehnya beberapa hari ini, lalu menelannya tanpa bantuan air, dan sambil meletakkan kembali strip obat itu ke dalam tas nya, ia juga memastikan strip obat yang berisi dua tablet di setiap stripnya tak lupa dibawanya serta. Lalu ia membenahi makeupnya, dan selesai tepat di saat pengumuman kalau waktu boarding sudah tiba terdengar.

Mbak. Nggghh Maaf. Kata pegawai itu ketika sang gadis bersiap untuk meninggalkan lounge menuju boarding gate.
Ia sudah biasa berlatih menahan dengus keslanya, hingga kini dengan senyum ringan, ia membiarkan para pegawai yang akhirnya berkeruman mengambil group selfie bersamanya dan memberi beberapa tanda tangan sebelum akhirnya ia masuk ke dalam pesawat.

Dan kembali senyum binar para pramugari muda yang mendadak sibuk hilir mudik di sampingnya memcoba membuatnya nyaman dalam penerbangan itu menandakan kalau statusnya sebagai public figure memang membuatnya berbeda dengan para pengguna pesawat lainnya. Bahkan sesama mereka yang duduk di business class.

The perk of being famous.
*
Amanda

Pintu kamar itu berderit membuka. Amanda melihat seorang lelaki berusia sekitar empat puluhan berdiri di sana, menyambutnya dengan mulut yang menyeringai menjijikkan.

Tubuh sang gadis merinding ketika tangan sang lelaki menempel di belakang pinggangnya, tepat di atas rok span seragam yang masih dikenakannya sebagai salah satu syarat yang diinginkan lelaki yang kini tangannya dengan halus mendorongnya memasuki kamar hotel sederhana, dengan aroma rokok, dn persetubuhan yang begitu kental terasa.

Matanya bisa melihat kondisi kasur dengan sprei yang nampak jarang diganti, penuh dengan noda sundutan rokok, bahkan noda-noda sperma dan cairan entah apa yang menodainya. Perlahan ia meletakkan tas selempangnya di kursi kamar yang nampak reot itu dan berkata pada sang pelanggan.
Pak. Saya ganti baju dulu, ya. Katanya sambil hendak beranjak menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti karena lelaki itu terus memegangi tangannya
Aku suka kamu pake seragam. Katanya dengan suara bergetar

Amandapun maklum…. Ia memang baru beberapa kali menjajakan tubuhnya seperti ini, namun ia bisa mengetahui Bagaimana setiap pelanggan memiliki fantasy atau fetish yang berbeda, walau untuk endgame yang sama menumpahkan benih mereka mdengan menggunakan tubuhnya sebagai sarana pelampiasannya.
Ada yang memang mengingkan tubuhnya untuk telanjang bertelanjang bulat dan melayani mereka sebaik mungkin, namun beberapa ada juga yang memintanya memakai pakaian dancer, atau lingerie yang untungnya selalu disediakan Doel di dalam bar untuknya.

Pelayanan yang diharapkan darinyapun beragam, ada dari mereka yang memintanya memijat mereka terlebih dahulu sebelum mereka menyetubuhinya sepuas mereka, dan membuang benih mereka di dalam tubuhnya dengan kondom di dalam vagina dan anusnya, dan tanpa kondom di dalam mulutnya, walau ia memang tak menelan benih mereka.
Kini, ia kembali harus mengikuti kemauan sang pelanggan yang kemudian memeluknya erat, dan mengendusi tubuhnya yang masih lengket karena berkeringat Lelaki itu malah nampak sangat bernafsu dengan kondisinya.

Amanda membalas pagutan sang lelaki yang kasar, penuh nafsu di mulutnya, walau sebenarnya dirinya menahan mual ketika lidah lelaki itu merejok ke dalam mulutnya, lidah yang liurnya pekat dengan aroma rokok dan alkohol itu. Sang gadus kemudian merangkak, masih dengan seragam lengkapnya ke atas kasur mendekati sang tamu yang sudah sepenuhnya telanjang, menantinya di atas kasur kumal itu. Ia lalu menarik rok spannya ke atas hingga tergulung ke pinggangnya sambil ia menduduki pinggul sang lelaki lalu muai membalur punggung lelaki itu dengan baby oil yang dibawanya lalu perlahan mengusap punggung lelaki itu dengan telaten, lalu perlahan ia membenahi rambutnya sang gadis menurunkan wajahnya dan memagut bibir sang tamu sambil tangannya mengusap dada sang tamu yang tangannya kini meremas bulatan pantanya yang masih terbungkus celana dalam, dan sesekali mengelusi dan meremasi kedua paha sekalnya.

Sang gadis lalu mengecupi dada sang tamu, jilatinya turun ke arah perut buncit sang tamu sambil kedua tangannya mengocok penis sang tamu yang terasa berdenyut, keras di dalam genggamannya. Ia lalu menjilati pangkal kemaluan sang tamu yang berbulu lebat, yang berbau asam oleh keringat karena sang tamu menolak membersihkan dirinya. Ia mau lidahnya yang membersihkan tiap centimeter selangkangannya, dan sekarang, itu yang sedang dikerjakannya.

Menahan mual dan jijik, sang gadis memainkan lidahnya dengan lincah mengeliliki pangkal kemaluan sang tamu, membersihkan tiap daki dan kerak-kerak yang ad adi sana. Lidahnya juga telaten menjilati kantung zakar sang tamu yang mengerut tegang.

Amanda bisa mendengar desis dan lenguhan sang tamu, ketika ia mulai memasukkan penis sang tamu ke dalam kehangatan mulutnya. Dan ia menarik rambutnya ke belakang telingana agar sang tamu dapat memandang wajahnya yang sedang menghisap kemaluan bau dan kotor miliknya, seakan menikmati sebuah sosis bakar.

Ia membiarkan saja ketika lelaki itu menggenggam belakan kepalanya, dan kini, ia mengikuti saja hentakan kasar pinggul sang tamu yang membuat penisnya menghujam tenggorokannya dengan kasar, sementara ia tam bisa menarik kepalanya karena tertahan tangan sang tamu yang maah menekan-nekan belakang kepalanya, agar penisnya bisa masuk lebih dalam ke dalam mulutnya.

Sang gadis menarik nafas, megap-megap ketika akhirnya sang tamu membebaskan mulut dan tenggorokannya dari gempuran penisnya. Namun sang gadis adar, pelayannya baru saja dimulai.

Sejenak Amanda turun dari ranjang, membiarkan sang tau melihat bagaimana ia menurunkan celana dalam sederhana yang dikenakannya. Membiarkan sang tamu melihat keindahan vaginanya yang bersih sebelum ia kembali naik ke atas tempat tidur.

Ia tahu sang tamu sedikit kecewa ketika ia mengmabil bungkus kondom itu dari kantung seragamnya Ia tahu kalau semua laki-laki lebih senang menikmati vagina tanpa terbungkus latex pengaman yang dirasa mengganggu, dan mengurangi kenikmatan. Kenikmatan bagi mereka, musibah baginya Namun, walau baru sepuluh kali ini ia melayani tamu, ia memiliki satu trick lecil yang membuat tamunya rela menmakai latex itu di penis mereka. Sang gadis menyelipkan kondom itu di dalam mulutnya, lalu perlahan, kembali menelan penis sang tamu, dan ketika ia smenarik bibirnya, kondom itu terpasang sempurna di sana. Ia lalu memposisikan dirinya berjongkok di atas sang tamu, membimbing penis tegang itu hingga menempel di bibir vaginanya, dan perlahan menurunkan tubuhnya, hingga penis itu perlahan terbenam di dalam kehangatan, kerapatan vagina mudanya.

Ia kemudian mulai menaik-turunkan pinggulnya, membuat penis itu mengaduk-aduk vaginanya dengan bebas, ia lalu menduduki selangkangan sang tamu dan mulai meliukkan pinggulnya, memaju mundurkan pinggulnya, sambil lengannya meremas dada sang tamu, dimana tangan kasar sang tamu melakukan hal yang sama dengan meremasi payudaranya yang masih berbalut seragam pelayan.

Ia pasrah ketika tamu itu bangkit, lalu berbalik menindihnya dalam posisi misionaris, menpangkan tubuh beratnya di atas tubuh mungilnya, membuat seragam putihnya kini ternoda baby oil, keringat dan kekusaman dari sang tamu Ia pasarah Ia menerima hujaman demi hujaman penis sang tamu di dalam vaginanya yang kini sudah beradaptasi sepenuhnya dalam menerima tiap hujaman.

Tangannya meremas tubuh sang tamu seakan menikmati tubuh yang menimpanya, sementara kakinya menekuk mengangkang, menerima hujaman penis sang tamu yang semakin cepat dan buas di vaginanya
****
Makasih, om. Kata sang gadis, menerima beberapa lembar uang kertas bergambar kedua proklamator yang jumlahnya satu lembar lebih banyak dari jumlah yang sudah disepakati sebelumnya.
Nanti om minta ditemenin lagi ya. Kata sang tamu yang hanya disahuti senyuman dan anggukan ringan sang gadis sementara sang tamu kemudian pergi meninggalkan kamar, meninggalkan Amanda di dalam kamar.

Baru saja ia hendak beranjak ke kamar mandi, terdengar ketukan dipintu kamar.

Eh. Bang Amir. Ada apa bang? Kata sang gadis, membuka sedikit pintu dan mendapati Amir, penjaga pnginapan itu menyeringai sambil mendorong pintu dan masuk ke dalam kamar dan menguncin pintu di belakangnya
Ngga ada apa apa sih neng Manda. Abang cuma mau minta jatah abang. Katanya dengan seringai menyebalkan mendesak Amanda ke arah kasur
Kasihanin Manda, Bang. Manda perlu uangnya buat ibu. Hiba sang gadis, berharap lelaki itu mau membiarkannya pergi
Wah Gimana ya, Neng Abang kan harus mastiin kalau Neng Manda ngga sampai digerebeg waktu ngelayanin tamu. Nanti gimana ibunya Eneng. Kata Amir, mengintimidasi sang gadis yang nampak galau itu
Ya udah deh Neng. Lain kali Neng Manda jangan maen di sini lagi, ya. Abang ngga jamin keselamatan Eneng. Katanya sambil melangkah ke arah pintu.

Bang. Kata Amanda lirih.

Amir berbalik dan tersenyum jahat demi melihat sang gadis menjatuhkan tas nya ke lantai, dan.
Manda bayar sama ini aja, ya.. Katanya sambil menurunkan tangan ke samping badannya, membiarkan tubuh telanjangnya terpampang jelas di hadapan sang penjaga malam yang meneguk liurnya sambil mendekati sang gadis yang sudah pasrah itu

Untuk kedua kalinya malam itu sang gadis harus merelakan vaginanya dihujam penis, namun kali ini, tak ada rupiah yang menjadi bayaran bagi kepasrahannya, tak ada kondom yang akan melindungi rahimnya dari semburan sperma yang dibuang penjaga mesum itu ke dalam tubuhnya, atau kemungkinan terjangkit penyakit dari lelaki yang jelas sering jajan sembarangan itu.

Amanda memalingkan wajahnya, sambil menutupi ketelanjangannya dengan sprei kusam, tak mau melihat wajah sang penjaga mesum yang tersenyum penuh kepuasan. Puas bisa menikmati tubuh ranum gadis itu, Puas bisa menodai rahimnya dengan benihnya.

Makasih, Neng Pokoknya selama Neng bayar, neng pasti aman maen di sini, hehehehe. Kekehnya menjijikkan sambil meninggalkan sang gadis meringkuk, menagis tersedu-sedu di atas kasur
****
Gadis

Waaah. Oom Apartmentnya bagus banget. Kata sang gadis demi melihat apartment lelaki yang tersenyum melihat tingkahnya yang bagai putri kecil yang melihat keindahan dihadapannya.

Oom Katanya manja, menggelayut di tangan sang lelaki. Gadis ikut ke kamar mandi ya..
Lelaki itu tersnyum, Makasih Oom. Ujarnya girang, menjinjit dan mengecup pipi sang lelaki sambil menuju kamar mandi yang ditunjukkan lelaki itu sambil ia sendiri mulai melepas sabuk yang mnahan celananya yang terasa menyempit dibagian selangkangannya..

Tesenyum senang di dalam kamar mandi, sambil bersenandung kecil, sang gadis perlahan melepas kaus yang dikenakannya, perlahan melepas skinny jeans yang dikenakannya. Mematut tubuhnya di depan cermin, sang gadis memandang cermin, memandang bayangan tubuhnya yang sekal yang berbalut bra dan celana berwarna biru muda yag kotras dengan kulit cerahnya. Lembaran terakhir yang akhirnya terlepas dari tubuhnya, sebelum ia masuk ke dalam shower dan membilas tubuhnya bersih bersih
****
Oom nunggu lama, ya. Kata sang gadis sambil menghampiri sang lelaki yang sudah menanti di atas kasur empuk di kamar itu, selimut tipis putih sepinggang itu nampak menyembul di bagian selangkangan sang laleki yang terangsang melihat tubuh beraroma segar sang gadis yang masih sedikit basah, dengan rambut yang digelung ke atas, menampakkan leher jenjangnya yang nampak menggairahkan….

Pemandangan yang disajikan sang gadis membuat lelaki itu meneguk ludah, entah disengaja atau tidak, gadis itu sengaja memiih handuk kecil untuk menutup tubuhnya yang padat dan sekal itu.
Belahan handunk itu berada disamping tubuhnya, hingga pangkal paha kirinya terekspose bebas saat dengan pandangan manja sang gadis mendekati lelaki itu, menangkak naik ke atas kasur.

Makasih ya Oom. Katanya lirih di telinga sang lelaki yang merengkuh kepalanya dan memegut bibirnya, sementara handuk kecil itu sudah tercampak entah ke mana.
Sang gadis melenguh nikmat merasakan remasn lengan sang lelaki di payudaranya, sementara sang elaki sendiri melenguh merasakan kelembutan lengan sang gadis yang mengurut penisnya yang menegang itu.

Lenguhan lelaki itu makin keras ketika sang gadis menyingkirkan selimut itu dan langsung melahap penis sang lelaki dengan rakusnya, bagaikan seorang anak kecil yang menikmati lollipop kegemarannya. Sementara bungkahan pantatnya yang menjulang tinggi begitu menggemaskan sehingga sang lelaki, sambil menikmati sedotan mulut sang gadis di penisnya, meremasi bungkahan pantat itu, menepukinya dengan gemas, dan mulai menusuk nusuk vagina sang gadis dengan jari-jarinya sebelum akhirnya ia mengarahkan vagina ranum itu di atas mulutnya, dan desah, lenguhan, desisan tertahan oleh dua kelamin di masing-masing mulut mereka terdengar mengisi kamar apartment itu.

Oom. Gadis masukkin yah. Desah sang gadis, duduk di pinggang sang lelaki yang asyik meremasi payudara sekalnya, pengelus perut ratanya, pahanya yang padat.
Boleh ya Oom Desahnya sang gadis manja, menahan nafsunya yang memuncak, merengek karena lelaki itu menggodanya dengan hanya menyeringai jahil sebelum akhirnya mengangguk.

Dan dengan rakus sang gadis langsung membimbing penis sang lelaki, menempelkan kepala penis itu di mulut vaginanya, dan dengan hentakan pasti, sang gadis melenguh panjang merasakan panasnya batang penis yang kini tertanam sepenuhnya dalam kehangatan vagina ranum miliknya.

Dengan pasti sang gadis mulai meliukkan pinggulnya, membuat penis sang lelaki merasakan kenikmatan dalam jepitan erat vagina itu, sementara sang gadis membantu tangan sang gadis meremasi seluruh tubuhnya.

Ia merebahkan tubuhnya, memagut bibir sang lelaki, lidah keduanya saling membelit, sementara pinggulnya terus-menerus mengaduk penis sang lelaki, sementara sang lelaki membalas dengan menghentak-hentakkan pinggulnya, menghujamkan penisnya dalam-dalam di vagina sang gadis yang terlonjak-lonjak di atas tubuhnya.

Sang lelaki lalu merengkuh sang gadis dan membalik tubuh sang gadis hingga kini ia yang aktif menggenjot vagina sang gadis, menghentak-hetak pinggulnya, memutar-memutar pinggulnya, membuat sang gadis menggeliat-geliat keenakan, menjerit-jerit tak tertahan.

Oom Aduhh Oom Ampuuun Gadis dapeeet aaaahhhh Lolong sang gadis mengikuti orgasmenya yang pertama, yang disambut seringai bangga sang lelaki yang bisa membuat gadis muda itu bertekuk lutut dengan kekuatannya

Oom kuat banget. Gadis udah keluar tapi Oom masih keras begini Desah sang gadis kagum dengan batang penis keras sang lelaki yang masih tertanam di vaginanya yang mengerut menikmati orgasme yang melandanya. Sang gadis kini hanya pasrah ketika sang lelaki menariknya hingga posisinya kini duduk di pangkuan sang lelaki yang mencengkram pinggulnya dan memaksanya menaik turunkan pinggulnya, hingga penisnya kini terkocok-kocok mengaduk vagina yang basah oleh cairan orgasme itu. Tubuh sang gadis terlempar-lempar di atas pangkuannya.

Auh Oom Oom Aduh Enaaaaghhhhhh.! Kata sang gadis terputus-putus sementara tubuhnya terlonjak-lonjak di hujam sang lelaki dari belakang, wajah tertanam di kasur, dua tangan sedikit terentang menremasi sprey. Da posisi face down ass up itu membuat sang lelaki merasa penisnya bagai diremas dengan kuat hingga

Oooomm Dapeeeeeeeeettttttttttttthhhhh. llaaagiiihhhhh Aaaaggghhhhhh! Teriak sang gadis menikmati semburan demi semburan sperma sang lelaki di dalam vaginanya yang kembali berkedut dan mendapat orgasmenya… Tubuhnya bergetar hebat, matanya hanya meyisakan bagian putih. Mulutnya menganga. Liur berhamburan.
****
Makasih ya Oom. Gadis seneng banget bisa bareng Oom. Kata sang gadis, sambil merebahkan kepalanya di dada sang lelaki yang mengelusi kepalanya lemut, setelah keduanya pulih dari ekstase yang menghantar mereka ke puncak kenikmatan

Kalau Gadis pengen nemenin Oom lagi, Oom ngga keberatan kan? Tanyanya dengan nada penuh harap.

Sang lelaki tersenyum dan mengangguk kecil lalu mencium kening sang gadis, yang langsung beringsut manja memeluk lelaki itu, bagai seorang anak kecil yang tidur dipelukan ayahnya. Sebelum akhirnya, walaupun dengan agak segan, bangkit dari tempat tidur, lalu membersihkan dirinya di kamar mandi sebelum akhirnya kembali ke luar dan merapikan dirinya di dalam kamar, sementara lelaki itu duduk bersandar di ranjang, memandang tubuh ranum yang kini akhirnya kembali terbungkus pakaian itu.

Lelaki itu lalu bangkit dan mengambil handuk kecil yang tadi dikenakan sang gadis untuk menggodanya, dan mengalungkannya di pinggangnya.

Jangan lupa telepon Gadis Ya, Oom.. Katanya penuh harap, sambil mengecup pipi sang lelaki yang mengantarnya ke pintu, yang tersenyum sambil mengangguk kepada sang gadis yang melangkah riang di sepanjang hall apartment sementara lelaki itu menutup pintu dan menuju ke arah meja di sebelah ranjangnya, mengambil handphone yang dipakai sang gadis mengorder taxi online dan memasukkan nomornya ke sana.

Ia membuka laci meja samping ranjang itu sambil sebelah lengannya mengetik tahapan unregister nomor telephone, mengambil kartu baru dari dalam laci dan memasukkannya ke dalam hp cadangannya itu
****
Niken

Sang gadis kagum dengan keprofesionalan team yang bekerja dalam sesi pemotretan kali ini.

Bagaimana tidak. Brand yang di endorses nya kali ini merupakan brand yang cukup ternama. Yang sebenarnya tak mungkin begitu saja memilih seorang selebgram yang belum terlalu terkenal seperti dirinya.
****
Makasih kerjasamanya, ya semuanya. Kata sang gadis pada para crew pemotretan yang sedang membereskan peralatan, yang mengangguk dan tersenyum sekilas kepadanya sebelum kembali meneruskan pekerjaan mereka.
Ia lalu memandang ke arah sang fotografer yang menganggukkan kepala kepadanya, dan ia lalu menuju kamar ganti.

Tak lama, para crew bisa melihat sosok sang selebgram yang kini mengenakan sebuah kaus sleeveless ketat berwarna kuning, sebuah waist high jeans shorts warna putih dengan ripps yang menampakkan pangkal paha yang begitu putih, sepasang ankle sneakers berwarna putih menghias ujung kaki jenjangnya, rambutnya yang dikuncir kuda membuat leher jenjangnya yang berkilat karena keringat begitu menggairahkan, membuat beberapa crew jelas-jelas menelan ludah.

Si Boss untung banget..
Sayang. Kenapa dia harus ngelakuinnya.
Gila Ngelihatnya aja bikin ngiluuu.

Batin para crew memandang sosok muda, ranum, yang masuk ke dalam ke dalam taksi yang menjemput sang gadis, terakhir kali untuk hari itu, melihat keindahan bulatan bokong ranum berbalut jeans sebelum pintu taksi itu tertutup dan kendaraan itu melaju meninggalkan lokasi pemotretan.
****
Pemotretannya lancar, Nik? Tanya lelaki paruh baya, yang berendam di dalam jacuzzy outdoor yang berada di bagian belakang bungalow yang disewanya, pada sang gadis yang menampakkan diri di hadapannya

Iya Oom. Makasih kesempatannya ya. Kata sang gadis, dengan kaki yang sudah telanjang setelah ia melepas sepatu tepat di pintu belakang bungalow, lalu berjalan mendekati jacuzzy sambil menarik kaus ketatnya melewati kepalanya dan mencampakkannya sambil ia berjalan menuju jacuzzy.

Lelaki itu merasakan penisnya menegang, melihat payudara sekal, perut rata sang gadis yang berjalan mendekatinya sambil membuka kancing short jeanya yang kemudia terlepas begitu saja mengikuti kaus ketatnya tadi.

Mata lelaki itu melebar melihat vagina mulus sang gadis yang nampak masih rapat itu.
Kaki jenjang sang selebgram yang bagai pualam itu perlahan, selangkah demi selangkah masuk ke dalam jacuzzy; yang kemudian merendam seluruh tubuh mudanya yang kini berlutut di hadapan sang lelaki. Tangan lembut dan jemari lentiknya megusap dada kisut sang lelaki, merayap turun ke perut buncit karena usia dan lemak itu.

Sang lelaki beringust, membenarkan posisi duduknya ketika jemari lentik itu kini mengusap penisnya yang tegang dari balik boxer yang dikenakannya, tangannya meraik belakang kepala sang gadis dan menariknya untuk memagut bibir sang gadis dengan bernafsu, memasukkan lidahnya dan membelit lidah sang gadis sementara tangannya kasar meremasi punggung mulus sang gadis, meremasi bulatan pantatnya yang ketat, meremasi payudara montoknya.

Lelaki itu berdiri untuk memudahkan sang gadis meloloskan boxernya.

Sejenak Niken merasa galau, tangannya menggenggam penis yang jelas tak sekeras beberapa lelaki yang lebih muda dari lelaki itu yang pernah menikmati tubuh indahnya, ya biar bagaimana, usia lelaki yang di atas enam puluh itu, walau dibantu pil biru yang legendaries, tetap tak akan membuat penisnya mengacung tegak.

Lelaki itu seusia kakeknya.

Ia mengeraskan hatinya dan.
****
Lelaki itu mendesah menegadah kea rah mentari senja yang mulai tenggelam di cakrawala ketika ia merasakan lidah sang gadis perlahan menjilati seluruh batang penis kisutnya itu.

Desahannya mengeras ketika kepala penisnya kini terjepit rapat di bibir sensual sang gadis, bibir yang menjadi bahan imaginasi lelaki lain yang hanya berimaginasi menikmati kuluman bibir itu di penis mereka. Dan perlahan, dengan instinknya, kedua tangannya memegang belakang kepala sang gadis, lalu menahannya sementara pinggulnya mulai menyentak-nyentak; menyetubuhi mulut sang gadis yang tetesan air mata dipipinya disalah artikan sang lelaki dengan keperkasaan penisnya.
****
Lelaki itu sama sekali tak mempedulikan sunset di hadapannya, ia sedang menikmati kelembutan jemari lentik sang gadis yang mengocoki penisnya, dan lidah sangselebgram yang sedang menjilati lubang anusnya..

Tak lama, kini Niken yang nampak berusaha menikmati jilatan sang lelaki tua itu di vagina dan anusnya, sambil menikmati remasan tangan kisut itu disekujur tubuhnya, terutama di bungkahan pantatnya yang juga menjadi impian banyak lelaki itu

Iyahhh Ngghhh Oom Hebatthhh Niken. Enaaagghhh Desahnya memancing nafsu sang lelaki yang dengan tak sabar menelungkupkan sang gadis di pinggir jacuzzy, dan menghujamkan penisnya ke dalam anus sang gadis dengan kasar

Auugghhh Iyaaahhh Ooommhhh Enaaagghhhhh Terussshhh. Pantat Niken buat Oomm.. Oom Hebathh bangeetthh. Racau sang gadis yang membuat pria tua itu merasa bangga; tanpa melihat airmata di pipi sang gadis yang sebenarnya tak rela tubuhnya dinikmati lelaki tua itu.

Terlebih karena kekasaran lelaki itu yang kini menengkeram leher jenjangnya dari belakang, memaksa mendongakkan kepalanya, dan memagut bibirnya buas, sementara penisnya terus membombardir anus sang gadis.

Ngghhh. Keluh sang gadis, yang didengar sebagai lenguhan nikmat oleh sang lekaki ketika ia memindahkan penis tuanya itu dalam vagina sang gadis. Penis yang entah membawa kotoran apa dari dalam anus sang gadis..

Niken meringis ketika merasa lengan kisut yang lelaki merayap meremasi payudaranya, merayap turun ke perut dengan gurat yang membelah abdomennya yang rata, dan kini megusap-usap clitorisnya dengan kasar, sebelum

Auchh OOOmmhhh Shhhh. Sang gadis meringis, ketika telunjuk sang lelaki mengait masuk ke dalam vaginanya yang masih dihuni penis sang lelaki. Megait bagian dalam vaginanya, mebuat ia terkencing-kencing tanpa bisa ditahannya.

Dan ditengah ke engganannya, di tengah rasa sakitnya..

OOommmhhhhhh!!!!!!!

Niken. Ia orgasme dengan dahsyatnya

Dan tubuhnya kembali bergetar ringan ketika merasa benih lelaki itu menyembur di dalam vaginanya
****
Lelaki itu beringsut, berdiri dengan lunglai, membiarkan sang gadis terlentang lemah dipinggir jacuzzy. Ia lalu menjepit ujung penisnya yang layu yang masih belepotan cairan vagina sang gadis dan bercampur dengan spermanya sendiri, dan.

Kembali airmata mengalir dipipi sang gadis, walau kali ini airmata itu tersamarkan kencing lelaki tua yang Membasahi wajahnya..
****
Perlahan. Sang gadis kembali berlutut di hadapan sang lelaki, dan dengan telaten membersihkan penis itu dengan kuluman mulutnya dan jilatan lidahnya hingga bersih
****
Ayo Nik. Kita terusin di dalem. Kata sang lelaki meninggalkan sang gadis begitu saja di dalam jacuzzy dan melangkah masuk ke dalam bungalow
Perlahan sang gadis bangkit, dan dengan lunglai, tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya; ia mengikuti langkah sang lelaki…. Ke tempat pembantaiannya.
****
Amanda

Dasar anakngga tahu diri. Kelayapan malem Ngga tau ibunya sakit apa?
Apa ngga ada kerjaan lain?
Dasar sampah.

Gadis itu berjalan perlahan menundukkan kepalanya melewati rombongan bapak-bapak dan ibu-ibu yang kebetulan berangkat melakukan ibadah mereka

Ia bisa merasakan penghakiman dari mereka yang menganggap dirinya nista, kotor, hina Termasuk yang secara frontal membuang ludah tanda jijik ketika ia melewati mereka, seakan ia adalah binatang najis.

Cahaya lampu delapan watt berwana kuning di teras rumah yang berkedip-kedip tanda harus segera diganti itu menyadarkannya Ia segera menarik nafas dan menghelanya, menghapus air mata yang mengalir dipipinya, lalu melangkah masuk ke dalam rumah yang sudah reyot itu.

Ia mendapati sosok adik perempuannya yang tertidur di menelungkup di meja makan tua di ruang tengah

Tar Bangun. Kamu semalaman tidur di sini? Katanya sambil mengusap rambut sang adik yang mengucek matanya.
Semaleman mama susah tidur, kak. Katanya dengan suara pelan.
Tapi udah-ngga apa-apa ko Mama udah bisa tidur. Katanya lagi demi melihat wajah kakaknya yang langsung muram itu Tari siap-siap mau sekolah ya kak.

Amanda terenyuh melihat adiknya. Ia bersyukur kalau sang adik dapat memahami keadaan mereka.
Itu Kakak bawa roti bakar Sarapan dulu Katanya lagi sambil mencium kening sang adik yang memeluknya erat sebelum membawa roti bakar itu ke meja dan memakannya.

Amanda lalu melangkah masuk ke dalam kamar berpenarangan minim itu, mendapati ibunya yang nampak pulas, walau terdengar nafasnya yang berbunyi dan sesak Perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan sang ibu, Amanda membuka tirai usang yang menutipi jendela, dan membuka nako agar udara pagi bisa mengisi kamar itu

Nak. Baru pulang.. Suara sang bunda lirih, serak.
Iya buManda tadi malam lembur lagi.. Kata sang gadis sambil duduk di sebelah sang bunda, mengangsurkan segelas air hangat untuk meredakan batuk sang bunda, dan mengangsurkan mangkuk plastik kecil yang berisi dahak dan liur itu.

Bu Nanti kita periksa ke dokter lagi ya. Kata sang gadis, mengusap keringat dari dahi sang bunda
Ngga usah, Nak. Ibu baik-baik aja…. Tari lebih perlu buat sekolahnya. Kata sang bunda lirih, lengannya bergetar menggenggam lengan putrinya
Bu. Ngga usah mikir yang lain. Yang penting ibu cepat sembuh. Sore ini kita ke dokter . Kata sang gadis lagi, sambil memberi obat ke pada sang bunda yang tak bisa menahan airmatanya

Kak. Kata sang adik dari pintu kamar. Suaranya penuh keraguan
Amanda mengecup kening sang bunda sebelum ke luar dan menemui Tari yang sudah siap untuk berangkat ke sekolan, berdiri galau di sana.
Ada apa, Tar
Minggu depan terakhir Tari harus bayar biaya sekolah. Kalau ngga Tari ngga boleh ikut ujian kata sang adik dengan suara bergetar menahan tangis Ia sebenarnya tak ingin membebani sang kakak. Namun apa yang bisa diperbuatnya?

Amanda mencium kening adiknya dengan penuh kasih. Lusa kakak usahakan paling telat bayar kamu. Kakak minta kamu tetap sekolah yang benar, ya sayang, biar beasiswa kamu ngga sampai lepas.

Iya kak kata sang adik lirih, kembali memeluk erat kakaknya yang sudah berkorban begitu besar bagi keluarga mereka Dan dalam damai karena ciuman sang kakak di dahinya, ia pun menuju sekolah, sementara Amanda duduk di meja makan, memandang roti bakar yang nampak sengaja disishkan sang adik untuk dirinya, dengan perlahan mengambil handphonenya dan.

Bang Doel. Boleh Manda minta tolong lagi…? Manda perlu banget, bang tapi kalau bisa jangan di tempat bang Amir. Di mana…? Semprot.? Ya udah.. Ngga apa-apa bang yang penting jangan di Bang Amir.. Makasih bang.
****
Gadis

Wajah ceria sang gadis mendadak muram ketika taxi online yang dipesannya berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar

Mah Gadis pulang kata sang gadis pada seorang wanita berpakaian rapi yang nampak sedang berbicara serius di telepon.
Kamu dari mana.? Kenapa baru pulang…?. tanya sang mama dengan pandangan menegur pada sang putrid sambil tangannya menutup speaker
Ngga dari. Ucapan sang gadis terputus oleh acungan tangan sang mama yang membuatnya diam, sementara sang mama kembali sibuk berbicara di telephone yang kini diselipkan di telinganya, sementara ia sibuk membenahi tas travel yang nampak siap untuk di bawanya pergi

Mama mau ke. Kembali kalimatnya terputus ketika
Kita ngomong lagi nanti Mama ngga mau kamu kelayapan Belajar. Minggu depan mama pulang. Kata sang mama sambil pergi tepat di saat sebuah taksi online lain berhenti di depan rumah dan membawanya pergi ke bandara
****
Dagu sang gadis bertelekan lengannya di meja makan, sambil sebelah tangan yang lainnya mengetuk-ngetuk ujung hpnya Ia tahu. Percuma menelepon lelaki tadi. Awal-awal petualangannya dulu ia mencoba menelepon mereka kembali, sekedar ingin merasakan kehangatan pelukan seorang ayah. Kehangatan sebuah keluarga.
****
Neng Gadis. Ada apa neng nelepon? Ujar Mang Karjo Security kompleks perumahan yang bergegas datang ke rumah sang gadis yang meneleponnya dengan nada ketakutan
Tolong MangKatanya dengan suara berbisik Sepertinya ada orang.. katanya sambil langsung berlari ke belakang mang karjo dan seperti seorang anak kecil, ia berlalr ke belakang lelaki itu dan kedua lengannya memegang lengan security kompleks yang sudah berumur itu

Sini Neng. Balasnya dengan suara pelan, lalu dengan perlahan dan seksama memeriksa sekeliling rumah, di tiap ruangan, di tiap sudut rumah
****
Aman, Neng. Ngga ada siapa-siapa. Kata Mang Karjo sat keduanya berada di ruang tengah rumah sang gadis.
Sang security mengalihkan pandangannya ke seliling ruangan ketika, setelah adrenaline nya berkurang demi melihat sang gadis yang mengenakan tanktop ketat dan celana Hawaii pendek, yang seakan tak ada gunanya dalam menutupi tubuh ranumnya, terlebih ketika sang gadis membungkuk di hadapannya, meletakkan segelas kopi di meja di hadapannya

Celananya mendadak sempit

Dengan gugup sang security meneguk kopi itu, berdehem lalu berkata, Neng Mamang lanjutin keliling dulu

Lho. Bukannya Mamang lagi jatah libur? Tanya sang gadis yang membuat sang security sadar kalau tadi ia bergegas dari rumah menuju kediaman sang gadis, sambil duduk di samping sang security tua yang langsung salah tingkah itu

Oh.. Itu Anu, Neng.

Oh Ada ibu di rumah? Tanya Gadis lagi.

Ngga Ibu kebetulan lagi pulang kampung, Neng. Eh Sang security terkejut menyadari dirinya yang tak bisa menahan diri.
Kalau gitu Gadis minta toloong banget sama mang Karjo. Temenin Gadis malem ini, ya. Gelayutnya manja di tangan sang security yang kini menggigil bergetar.
I Iya neng Ujarnya tergagap Tak menyangka akan menghadapi hal seperti ini
Yuk ke kamar, Mang. Gadis pengen mandi. Katanya manja sambil menarik tangan sang security yang kini bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, mengikuti langkah sang gadis masuk kedalam kamar nyaman dan wangi.
****
MaaaangPanggil sang gadis manja dari dalam kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya
Eh I Iya neng Ada apa? Mang Karjo yang duduk dengan tegang di pinggir ranjang melompat berdiri dan bergegas menuju pintu kamar mandi. Ia meneguk ludah, matanya melotot

Dihadapannya nampak punggung mulus sang gadis.Bungkahan pantatnya yang menggoda, pinggagnya yang ramping.

Gosokin punggung Gadis dong. Tangan gadis ngga nyampe. Katanya sambil melirik manja pada sang lelaki yang segera melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi.

Buka bajunya sekalian, Mang. Nanti bajunya kebasahan Kata sang gadis lagi sambil berbalik, membiarkan mata sang lelaki meronta melihat keindahan tubuh polos sang gadis, payudaranya yang sekal, perutnya yang rata, vaginanya yang ranum. Tak perlu waktu lama sampai tubuh tuanya juga telanjang, dan.
****
Malam itu Gadis tidak merasa kesepian.
****
Niken

Sang gadis beringsut menahan perih di bagian selangkangannya. Deengan tertatih, tubuh berbalut bedcover, sang gadis melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Kakinya bahkan sampai tak kuat menahan tubuhnya hingga ia menggelosor di bawah shower air hangat di dalam kamarmandi itu

Lama ia duduk di lantai kamar mandi. Airmata yang mengalir tersamarkan guyuran shower

Perlahan ia berdiri, beberapa kali ia mendesis menahan perih ketika sabun itu melewati bagian-bagian tubuhnya yang berhias lecet hasil cubitan, bahkan gigitan lelaki tua yang begitu ganas menggumulinya.
****
Berbalut bathrobe, dengan rambut basah yang dibalut handuk, sang gadis masuk kembali ke dalam kamar. Ia lalu sebisanya merapikan kamar sebelum ia menelepon room service untuk memesan sarapan.
****
Di kursi teras belakang bungalow, menikmati paparan sunrise dan sarapannya, sang gadis memeriksa handphone yang semalaman memang dimatikannya….

Rasa sakit disekujur tubuhnya mendadak lenyap.

Comments positive yang membanjiri accountnya. DM yang mengajaknya untuk mengendorse beberapa product bermunculan, lebih banyak dari orderan yang pernah diterimanya sebelumnya.

Dan terutama.

Notifikasi dari bank yang memperlihatkan pundi-pundinya bertambah dengan significant.
*
Kamar hotel di negeri tetangga dengan lambing negara singa itu menjadi saksi bagaimana Niken berlurut dengan paha yang terbuka telanjang bulat di kamar mandi, kedua tangan berada di belakang kepalanya. Mulutnya terbuka. Menerima siraman cairan pesing, kelat itu di dalam mulutnya. Membasahi wajahnya. Tubuhnya.,,,,,,,,,,,,,
****

Amanda.. Gadis. Niken..
For Family. For Feelings. For Fame.
Fin.

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account