Cerita Dewasa Aku Menjadi Lesby Maniak

Cerita Dewasa Aku Menjadi Lesby Maniak

Cerita Dewasa Aku Menjadi Lesby Maniak

Comments Off on Cerita Dewasa Aku Menjadi Lesby Maniak

Cerita Dewasa – Cerita dari seorang wanita bernama Indah. Saat Indah ospek dia melihat siapa yang sedang membaca Ratih di aniaya oleh kaka tingkat yang mengospeknya. Indah yang memiliki Ilmu bela diri-pun membahas Ratih. Dari hal itu mereka-pun menjadi dekat dan menjadi lesbi. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

Sebut saja nama saya Indah, Usia 22 tahun dan saya berasal dari Jatim. Saya adalah salah satu mahasiswi perguruan tinggi di Kota Kembang. Di kota kembang itu saya tinggal di daerah Dago atas. Karena saya punya keluarga disana, saya tidak perlu mkos dan saya tinggal di rumah yang cukup luas milik paman saya. Disana aku tinggal hanya dengan pembantu yang usianya sudah cukup tua.

Karena rumah itu lumayan besar, maka terasa sepi karena hanya tempat yang tinggal di sana. Paman dan keluarga tinggal di luar nengri, mereka kembali kebandung kuda tentu. Disini saya akan bercerita tentang seks saya yang bisa dibilang menyimpang dari kodrat. Kisah seks ini berawal membentuk saya di kampus yang dilakukan oleh kakak tingkatat Saya.

Saat itu saya ospek berlangsung seperti biasa saya mencari teman dan mendapat teman bernama Ratih. Ratih ini seorang wanita yabg bisa dibilang cantik dan cantik. Dia memiliki tinggi badan sekitar 161 cm, berat badan 56 kg dan berkulit putih langsat. Ketika itu ruang Ratih mendapat hukuman yang menurut saya amatlah berlebihan dari oleh seniorku.

Sugguh kasihan sekali dia, saat itu saya berfikir sudah melewati batas. Lihatlah hal-hal yang saya senangkan dan tidak terima jika seniorku sok berkuasa dan menindas mahasiswi baru. Pada akhirnya saat ini saya-pun mencurahkan medekat untuk seniorku dan tanpa banyak biacara saya langsung menghajar mereka dengan beberapa jurus pencak silat yang dari kecil sudah saya pelajari.

Oh iya, saya gini-gini dari sekolah dasar sudah pernah latihan pencak silat, dan hal itu membuat sifat saya menjadi sok pahlawsan, hhe. Saat itu beberapa senior saya-pun mengeroyokku, karena mereka tidak memiliki ilmu beladiri mereka-pun terjatuh satu persatu menerima tendangan dan pukulan tanganku. Setelah itu ada salah satu senior yang cukup bijak, mendekat dan melerai kami, kemudian kami semua-pun diberi hukuman.

Hukuman kami ini masuk akal masuk akal ospek normal. Saat itu kami memberi kebebasan untuk berlari-lari mengitari sekolah sembari menyanyi dan menari. Saya sendiri memiliki prinsip yang harus dibela dan yang terpenting Ratih tidak akan digoda atau diganggu lagi degtan kakak tingkat saya. Pernah ada kejadian itu mereka-pun segan dengan saya dan Ratih.

– Setengah cerita seminggu kemudian, ternyata Ratih itu itu satu kelas denganku dan kami-pun saling menyapa dan berkenalan lebih dekat lagi,

“Hei … terima kasih yah kemarin kamu menolongku. Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah deh, ”Saat itu dia menyapa saya duluan.

“Ah nggak kok, itu sih urusan kecil buatku”, sambil tersenyum kusapa balik.

“Oh, yah kita belum berkenalan kemarin, nama kamu siapa?”, “Saya menanyakan sesuatu yang belum tahu namanya, padahal saya sudah tahu namanya dari senior-senior saya.

“Ratih, kamu?”

Duh mak, nih cewek benar-benar manis sekali, senyumnya aah … apalagi tidur, bulat dengan alis yang tertata rapi berwarna hitam, serasi sekali,

“Hei … kamu kenapa?”

Duh ketahuan kalau lagi terpana. Eh, nih anak pakaian dan celananya seksi dan ketat sekali, mengundang perhatian cowok, pikirku. Beda dengan denganku, celana jeans biru lusuh dengan kemeja panjang, potongan rambut pendek dan memakai jam tangan yang besar. Pokoknya saya senang seperti ini, dulu saya terkenal Tomboy di antara teman-teman cewek saya di SMA,

“Ah .. yah .. nama saya Indah,” Jadi grogi juga nih.

“Hemmm .. kamu tinggal di mana ?,” tanya saya, orang yang tahu, dia lebih rajin punya catatan, kan bisa kupinjam.

Dasar otak nakal dan pemalas. Saya heran juga, dari kecil saya tidak suka belajar tapi saya bisa dengan mudah Menerima apa pun dalam otakku. Bukannya sombong tapi yah .., cuma jadi saja.

Tanpa sadar saya senyum-senyum sendiri, kompilasi ia menegurku,

“Ndah, kamu duduk di sebelahku yah”, pintanya. Saya hanya manggut-manggut saja mengiyakan sambil terus berjalan menuju kelas kami.

“Eh, kamu ini lucu juga yah, dari tadi senyum-senyum sendiri, hhe…”,

Saat itu dia tertawa kecil, beuhh manisnya temanku ini. Tiba-tiba saja tiba-tiba dari arah yang jelas, ternyata segerombolan cowok-cowoknya dan yang mempermainkan salah seorang teman kami yang lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin sekitar 155 cm. Oh, yah saya sendiri 170 cm dan beratku 60 kg. Cukup tinggi besar untuk ukuran cewek kali, yah ?, hhe.

Lagi-lagi aku belagak nih, padahal memang tanganku gatal ingin meninju orang, habis sedang gregetan nih sama Ratih. Kusambar salah satu cowok dan tendanganku sangat tepat bersarang di bawah perutnya, yah si-xxx, tahu bagaimana menjerit, mereka berhenti dan memandangku. Ada masalah di wajah mereka, namun saya tidak tahu mengapa, mereka langsung ngeloyor pergi sambil membantu masuk.

Ahh, saya puas juga. Saat ini, saya cukup disegani di kampusku, mungkin juga mereka telah membaca biodata saya di buku tahunan. lalu,

“Eh, di mana rumah kamu?”

Dia tersenyum,

“Kamu masih inget dengan pertanyaanmu setelah berkelahi barusan? ”, Berkata begitu, masalah menempel di pundakku dan turun menggandeng tanganku.

“Yah, sekali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka terlihatak orang lain,” aku sambil menikmati sentuhan tangan dan jari-jari kami yang saling mengait.

“Ah, sudahlah, jangan dibalikan lagi,”.

Bosan juga saya, kan saya pingin tahu tentang anak satu ini eh, malah melenceng dari pokoknya,

“Saya tinggal di Taman Sari”, jawabnya.

Akhirnya meluncur juga jawaban,

“Tinggal dengan siapa? ”, Tanya saya basa-basi, maklum khusus sih saya.

“Kost, ama teman-teman juga .., banyak kok”, jawabnya sambil memilih tempat duduk untuk tinggal semalam.

“Boleh main nih, aku bosan di rumah”, sambung saya.

“Kalau dilihat dari wajah kamu yang lain tidak dari sini, kalau aku dari sini dan kamu, kamu bukan orang di sini, kan? “, Ia balik bertanya pada saya.

“Iyah, saya bukan orang di sini, tapi saya tinggal di rumah pamanku, sekalian jaga rumahnya,”.

Kuliah pertamsaya dimulai, akh bosan rasanya. Tanpa sengaja tanganku merangkul kursi sebelah dan menempel di belakang Ratih. Antara sadar dan tidak, maklum mengantuk, saya seperti merasakan gesekan halus di tangan kananku. Jantungku berdesir dan memulai berdegup kencang. Saya tengok, ternyata punggungnya benar-benar dia gesekkan ke tangan kananku hingga jamku pun ditarik ke atas-bawah.

Saat itu saya-pun mulai menikmati permainan ini. Bibirnya terbuka sedikit, ia menengadah dan lehernya yang jenjang kulihat sangat menantangku. Aghhh… saya ingin mengecupnya, duh saya bergetar. Ada apa ini? Saya duduk dengan gelisah, akh dia mempermainkan nafsuku. Aduh bisa pening saya dibuatnya. Saya berdoa, semoga kuliah ini cepat selesai.

– Dengan sedikit keberanianku, saat itu aku adalah-takut kalau ketahuan teman lain. Telapak tangan kananku mulai meraba dan meremas bahu dan terus ke belakang, pinggang, dan berhenti di antara dua kantong ssaya di belakang jins. Ia mulai menggoyang pantatnya, geser depan-kanan, kanan-kiri. Kuremas salah satu pantatnya yang masuk juga di tanganku.

Ternyata cukup kecil, tapi kenyal, dan enaak sekali. Nafasku pun memburu dengan cepat. Akhh lamanya kuliah ini. Akhirnya, kuliah selesai juga. Permainan kami pun berhenti. Saya tersenyum dan saya pun membalas senyumku dan mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, gila juga Ratih, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ba-bi-bu kuikuti langkahnya dan pokoknya kami sudah ada di dalam.

Cukup sepi, karena masih ada pagi, belum ada yang ke belakang. Saya bersyukur juga. Lagian yang namanya adalah berjenis kelamin wanita tidak begitu banyak. Saya pikir-pikir cukuplah bermain 15 menit. Saya duduk di lemari dan dia kupangku. Kepalanya tepat di hadapanku. Kami hanya mendistribusikan berapa incii saja. Nafasnya yang hangat menyapu wajahku. Hidungnya yang sangat mancung, ia gesek-gesekkan di hidungku, ih geli juga. Saya tidak tahan,

“Hei, aku bisa angkat kamu”, sambil tersenyum dia berkata.

“Saya cuman 48 kok, San”, sambil melingkarkan lengannya di leherku.

Saat itu saya menggendong dia dan saya duduk kembali. Dia tertawa lirih. Tanganku terus meraba paha, terus ke dalam, meremas pantatnya ke atas menelusuri pinggang dan mulai menyelusup di balik baju ketatnya, setiap gunung kembar itu teraba olehku nampak melayang-layang padat dan besar-besaran sambil menggelengkan nafsu birahinya, duh menempel di punya saya, tulang dan,

“Terus .., lagi .., dan …,”

Karena saat itu belum, kubuka saja baju ketatnya dan gila, Ratih benar-benar berbody indah, saya merasa yang di bawah mulai berdenyut-denyut. Bh-nya yang putih kecil, seakan tak mampu menutupinya, kubuka sekalian, dan nampaklah gunung itu atau bisa dikata bukit sajalah. Kecil dan menantang, kuelus dan kujilati, akh harum, keringatnya mulai keluar satu-perah lagi asin.

Ahhh … saya makin gila. Kuremas pantatnya, kutekan ke selangkanganku, akh ia meremas rambutku dan mewarnai kepala saya tepat di belahan itu. Akhh! Saya mulai menjepit kepala saya, akhh saya hampir tak bisa bernafas. Gila kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh, nafasku sesak nih. Sambil terus kutekan pantatnya ke perutku.

Aghhh … lepas juga setelah itu saya menjerit pelan, kaget juga saya, mengapa dia? Baru sekali ini saya melakukan permainan kait-mengait. Apalagi dengan seorang cewek. Eeh, apa dia masih cewek? Entar kutanya, tapi mata saya yang baru melirik jam tanganku dan saya tahu apa yang harus ditunda, ada kuliah lagi.

Kukecup lembut dan lidahku masih ingin melumat bukit itu, kupasang kembali bra dan baju ketatnya,

“Entar lagi, yah”, kata saya, dia tersenyum.

“Makasih, Ndah,”.

Kutepuk-tepuk pantatnya dan segera kuputuskan,

“Tih .., kamu mau pindah ke rumahku? “, Tanpa pikir panjang dan dia mengangguk. Kuturunkan dia dan saya merasa CD-ku seperti lembab dan lengket,

“Tih, entar dulu yah”, sambil kubuka retsleting celana saya dan kuraba yang di balik CD-ku yaitu selangkanganku.

Jariku basah seperti ada jeli, Ada apa nih? Seketika kubuka pada lebar dan saya melongok untuk menyenangkan lebih jelas. Ratih memenangkan jariku yang basah dan menghirup serta menjilatinya,

“Enak, asin, gurih, harum selangit !,” terpana saya melihat mulutnya yang bergetar menggumamkan kata-kata itu.

– Tangannya menuntunkuasuk celana ketatnya dan terus ke bawah dan di balik CD-nya, basah juga. Kenapa kami, yah? Bingung juga yah saya waktu itu. Hehehe, saya mulai ini. Telapak tanganku ternyata cukup kegunaan selangkangannya, ia gesek-gesekkan dan saya mulai masuknya kemaluannya, jari tengahku mulai bermain-main kesana-kemari.

Kembali Ratih menggeliat dan mengerang lirih. Duh, apa toilet ini memang kosong yah? Gila juga nih anak, siapkan acara mengerang segala sesuatu yang membuat terjerit.

Eh, seakan dia tahu apa yang kupikir, dia berhenti dan hanya menggigit bibirnya. Saya tidak tahan, kulumat lagi bibirnya dan kubuka pelan dengan mulutku, dan kami berpagutan lagi. Lidahku dan lidahnya tentang dan lama.

Matanya terpejam dan akh .., saya menemukan daging kecil di dalam, jariku menerobos dan mulai masuk sedikit. Tiba-tiba saja tiba-tiba memeriksa di otakku, refleks kukatakan harga,

“Tih, kamu pernah melakukan beginian ?,”.

Ia menjawab pelan, “Belum, Ndah, baru sama kamu,”

“Jadi kamu masih cewek, masih punya selaput? “, Ucap saya.

“Iya, masih. Pelan aja Yan entar sakit, ”

“Maaf, San. Lebih baik nggak sekarang, ada kuliah kan, ”

Kulihat Ratih kecewa, tapi demi amannya saja sih, padahal sungguh saya bodoh sekali pelajaran biologis, jadi saya tidak tahu berapa jarak selaput itu dari luar vagina. Kutarik jariku dan ia pun menjilatinya sampai bersih. Oke, entar lagi. Nikmat juga jilatannya.

Cerita singkat, Ratih pindah ke rumah tinggalku dan dia tak mau beda kamar. Inginnya satu kamar denganku.

Yah, tidak apa-apa sih, lumayan ada yang menemani. Saya memiliki kebiasaan bermain gitar di sore hari, karena hanya pemain yang bisa kumainkan. Kini setiap kali saya mainkan senar gitar Ratih Selalu menyanyi merdu hanya untukku seorang. Terkadang saya duduk di kursi malas beranda luar tidur taman dalam. Ratih datang dan duduk mengangkangi kedua kakiku.

Dia suka sekali memakai daster Pendek di atas lutut dengan CD yang terlihat ketika angin bertiup atau kencang. Pokoknya hal-hal mudah seperti itu sudah cukup penyatuan nafsuku. Pantas saat tiba tiba, Ratih memakai kimono sutra yang sekali talinya kubuka, nampaklah segalanya. Tiap malam dia membuatkan saya susu kegemaranku.

Saat saya asyik duduk di komputer sedang online atau mengerjakan tugas, Ratih menghampiriku dan menempel di punggungku. Hal ini sangat kusukai dan Ratih tahu itu. Saya merasakan lekukan bibir kemaluannya, bukitnya dan saya tempelkan, merenggangkannya Aghh… mengaduk-aduk emosiku. Segera saya balikkan badanku.

Kurengkuh tubuh dan kukempit cetakan dengan kedua pahsaya yang kuat, kadang Ratih meronta dan saya pun lepasnya, biasa kami berlarian seperti dua orang kakak beradik bermain kejar dan tangkap. Saya sangat menyenangkan ini. Kadang-kadang Ratih tiba-tiba saja mengerem dan membalikkan tubuh dan tentu saja saya menubruknya dan jatuh bersama bergulingan saling menindih.

Nafas kami yang tak beraturan karena berlari-lari saling memburu dengan kecupan-kecupan yang semakin menambah ketidakberaturannya nafas kami. Buah dada kami saling menggesek dan,

“Berat ah … Ndah”,

Saat itu saya bisa dengan sigap ganti posisi di bawah, dan saya menyeringai karena Ratih sangat tahu saya sangat menyayanginya dan tidak mau saya menemukan sakit atau apapun. Dan mau tahu apa yang ia lsayakan setiap itu terjadi? Ratih mengambil susu itu dan menuangkannya di vaginanya dan saya menjilatinya hingga kepuasan yang sangat sangat padaambang.

Coba saja deh atau mungkin siang bisa saja pakai es sirup, dengan dingin yang mengalir pelan rasakan. Kami saling menjaga, menyayangi, dan berusaha memberikan kepuasan. filmbokepjepang.com Namun sudahkah dia menderita sakit demam, duh saya bingung sekali. Kukompres besarbesaran jika panas dan kuselimuti besarbesaran saat-saat dingin menyerangnya. Tapi dia tak mau selimut.

Dia mau tubuhku menyelimutinya dan sekali lagi dia sangat tahu kalau aku benar-benar hanya sebagai penghangat tubuh dengan bakat di wajahku yang sangat dihafalnya. Ratih sangat suka sikapku yang melindungi dan menyayanginya. Sikap yang dapat membedakan kapan bermain dan kapan harus menjaga dan merawat.

Ratih sangat akrab dengan keluargsaya, begitu juga saya. Keluarganya dan keluarga saya telah saling mengenal dan tidak mempermasalahkan hubungan kami. Saya bungsu dari empat bersaudara, kupunya 1 orang kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan sementara Ratih sulung dari tiga bersaudara, 1 orang adik perempuan dan 1 orang adik laki-laki.

Kemana bikin kita tinggal di sini, ke supermarket beli bahan kebutuhan sehari-hari, ke mall untuk cari pakaian atau keperluan lain, ke toko-toko buku, ke bioskop, dan lain-lain, dan jika Anda sedang memiliki aktivitas yang berbeda. Saya senang berorganisasi dan berolah raga sementara dia suka melukis dan bermain musik.

Dini hari saat fajar tiba, Sedang tidur saya selalu merasakan sesuatu yang berdenyut di bawah dan refleks saya menyentuh lekat ke tubuh, entah itu punggung dengan sentuhan pantat hangatnya atau langsung perut dengan bukit kembar dan selangkangan yang mengaitku. Ratih mengerti kebiasaanku di setiap fajar dini hari dan kami pun saling menggesek.

Sekali merengkuh tubuh, ia jatuh menindihku dan berbaring tiduran di tubuhku. Enak katanya, sensasi pelukanku yang hangat, maklum kota ini lumayan dingin. Pokoknya kami melakukan itu kapan saja. Tidak ada bosan-bosannya, soalnya kami mulai ahli sih. Kami mengubah posisi setiap kali mulai bosan dan yahud juga!

Saya mulai mengerti apa yang namanya liang garba itu.

Wah, indah sekali, berapa jarak selaputnya, apa itu klitoris, dan perlu dicatat, sampai kini selaput itu belum robek. Saya tidak mau kalau dia sakit, jadi mulutku hanya mengecap, mengulum dan lidahku menjilati ke dalam. Ia sangat menyenangi posisi di atas dan saya di bawah. Terkadang saya bertahan cukup lama, Kasihan Ratih sudah 2-3 kali keluar baru saya keluar.

Kalau saya tentu saja suka posisi kaki saling mengait dan selangkangan kami saling menyentuh dan bergesek semakin kencang, jadi kami bisa orgasme bersama. Tahu kan caranya. Begini, kuangkat kaki kirinya, kuselipkan kaki kiriku, dan kedua kaki kami saling membelit. Posisi ini menghasilkan cairan dari kedua keluarga kami yang keluar bersama bercampur dan euunaak sekali.

Kadang-kadang dengan cara ini Ratih sudah sangat kewalahan mengatur nafas, memekik dan menggeliat kencang, di tempat tidur, tidur, dan tidur setiap kali kami utama di kamar. Perlu dicatat, selesai permainan dan mandi, tempat tidurku kembali sangat rapi karena Ratih orang yang sangat rajin dan menjaga kebersihan. Tidak sepertiku, ceroboh.

Kalau di meja saat dia memasak saya merengkuhnya dan mengecup lembut lehernya.

Saat itu serasa kami para suami istri selayaknya, mendudukkannya di meja dan biasa saya rentangkan kedua paha itu dan mulai mencumbuinya, kubuka sepatu saya dan kugesekkan CD-ku ke CD-nya. Enak lho. Jika kami bermain di kamar mandi, yah seperti dua anak kecil yang menyerukan kegirangan saling menyiram tempat-tempat sensitif yang sudah sangat kami hapal sambil menciumi tempat-tempat itu.

Mandi yang sudah mulai terisi dengan busa sabun kuoleskan ke seluruh tubuh, terutama di-xxx-nya, pelan karena saya takut kalau ada apa-apa. Ratih senang sekali telentang di atas tubuhku,

“Nyaman, Ndah ?,” sambil mencoba mencari di mana pinggangku.

Lalu kupeluk dengan cepat, kurasakan gunungku dan satu hal yang saya lakukan untuk mengubah tubuh saya tepat ke arahku (di bath-up). Pernah ia coba dan saya tidak menikmati melihat kesulitannya mencumbuiku. Permainan di beranda pun kami buat berbeda, seperti pasangan kekasih yang tenang saling membelai dan menata taman sambil tiduran di luar.

Saat itu kami sangat Biasa tidur di atas rumput yang lembut. Cuma kadang saya sangat risih melihat semut. Jadi kami nggak begitu memaksakan diri tiduran di taman. Atau saya cemburu dan takut sama semut, kalau-kira semut itu memasukkan area xxx dan menggigit vagina kekasihku. Aghhh… kan kasihan Ratih hanya bisa meringis kesakitan.

Nah, kalau yang ini, di tempat tidur Kami Seperti dua orang gila yang selalu tergila-gila. Banyak posisi yang kami lsayakan, pasti bisa dilakukan secara alami. Intinya cuma satu, berhenti kata hati, kalau mau berhenti ya berhenti, mau nge-sun, sun saja, mau membelai, belai aja, kalau mau maju yah maju, mau mau ganti yah ganti posisi, jadi saja, sepele.

Dan seperti yang telah dilakukan untuk Ratih untuk selalu membersihkan punysaya dan saya begitu juga, menjilati dan saling menghangati kedua vagina kami dengan telapak tangan yang saling kami selipkan di antara kedua paha kami dan hehehehe. Hangat kan, coba deh. Pernahkah saya melakukan hubungan dengan saya dan saya juga termasuk transexsual.

Saya ini berjiwa dan bertingkah seperti laki-laki namun bertubuh wanita, jadinya setengah-setengah dengan hormon yang lebih banyak jenis laki-laki. Yang umum sih salah satu lebih besar dan menyusul hormon seksualnya. Kalau saya mau, kata beliaunya bisa saja bedah kelamin. Tapi biaya yang dikeluarkan pun sangat besar. Yah, sudahlah saya seperti ini saja.

Sampai selama ini Ratih Selalu mendampingiku entah sampai kapan. Sudah dua tahun ini saya nyambi bekerja di kontraktor dan saya menikmatinya. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya sanggup menghidupi sekarang dengan 3 orang sekaligus, misalnya. Mungkin selesai kuliah ini, selesai semuanya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account