Cerita Sex Aku dan Bu Hana Beradu Birahi

Cerita Sex Aku dan Bu Hana Beradu Birahi

Cerita Sex Aku dan Bu Hana Beradu Birahi

Comments Off on Cerita Sex Aku dan Bu Hana Beradu Birahi

Cerita Dewasa Terbaru | Bu Hana, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak 3, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Hana. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya, tubuh Bu Hana masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun tetap montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar.

Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya. Pembawaannya tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Hana paling sering memakai daster sehingga bentuk tubuhnya menggodaku untuk selalu mencuri-curi pandang. Buah dadanya yang montok itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di tutupi BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk membersihkan tanamannya.

Pada suatu hari ketika itu aku masuk siang jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka. Beberapa saat kemudian kulihat ibu kost berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk, rupanya mau mandi.

Dia berhenti sejenak di depan kamarku untuk menyapaku.

”Kok belum berangkat? ” Sapanya .
”Iya Bu, hari ini masuk siang”. Jawabku.
”Wah enak dong bisa santai..,” Kata Bu Hana lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.

Dari kamar mandi ku dengar Bu Hana bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Hana telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya.

Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis yang karena cet nya sudah hancur, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, aku intip Bu Hana, tampak dia telanjang bulat, badannya masih montok untuk ukuran wanita seusia Bu Hana. Teteknya sudah agak turun tapi besar dan menantang, sedangkan kemaluannya ditutupi bulu cukup lebat.

Dia menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama.

Bu Hana lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Hana mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Hana.

Bu Hana pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi.

Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Hana melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Hana dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Hana hingga ahirnya Bu Hana telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya.

”Aw, aduh.., apa-apaan nih..,” Pekik Bu Hana terkejut.
”Aduh Dal, jangan Dal ah…,” Bu Hana mencoba menghindar.

Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Hana. Tubuh Bu Hana mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku.

”Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Hana memohon.
”Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa.
”Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” Hiba Bu Hana.
”Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.” Tangkisku.

Akhirnya Bu Hana pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Hana, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Hana, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Hana yang dapat membuat gairah Bu Hana semakin tinggi agar tidak kehilangan momen.

”Ahh.., ssshh…, aahh…, geli Dal, ahh..,” Bu Hana mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.

Ku putar tubuhku menghadap Bu Hana, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Hana ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Hana bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Hana ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai.

Tanpa ku minta Bu Hana menarik ke bawah celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain.

Leher Bu Hana ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Hana yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Hana kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya.

Desahanannya semakin sering terdengar.

”Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,”

Dengan posisi tubuh Bu Hana yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Hana ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya.

Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya.

Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Hana, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Hana sambil ku pitar-putar.

Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Hana menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan.

”Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..”

Begitu bernafsunya aku dan Bu Hana bercinta, hingga aku dan Bu Hana sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Hana. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku.

”Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri.
”Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu Hana nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Hana.

Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Hana sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali, kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos.

”Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?” Tanyaku ketika sudah dekat Bu Hana.
”Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.” Jawab Bu Hana sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya.
”Dal kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Hana.
”Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.”
”Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Hana sambil membuka kaosku.

Aku dan Bu Hana kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Hana ku pangku di atas pahaku, Bu Hana semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah.

Bu Hana kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Hana benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan.

”Ahh, enak Bu..,” Erangku penuh nafsu.

Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap kontolku. Bu Hana lalu menghentikan hisapannya pada kontolku.

”Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di ewe.” Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu.

Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Hana dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Hana meraih kontolku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Hana lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Hana terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Hana terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Hana berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap.

Bu Hana lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Hana duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam memeknya. Bu Hana menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti memeknya memilin-milin kontolku. Dari bawah tetek Bu Hana ternyata tampak lebih indah ……menggantung bergoyang-goyang.

Aku dan Bu Hana kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Hana semakin liar. Tusukan kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Hana yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Hana lakukan.
Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar.

”Bu saya mau ke luar..,” Erangku.
”Ibu juga mau keluar, Dal..,” Desah Bu Hana.

Aku dan Bu Hana saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Hana saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Hana.

Beberapa saat aku dan Bu Hana saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Hana melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek Bu Hana entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Hana itu.

Aku dan Bu Hana lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Hana kembali bangkit, aku dan Bu Hana kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas.
Wanita seusia Bu Hana memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Hana cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya.

Gairahku terhadap Bu Hana entah kenapa selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Hana pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya.

Saat Bu Hana sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Hana menolaknya.

”Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.” Kata Bu Hana.
”Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,” Sanggahku.
”Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.”

Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan.
Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Hana hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Hana. Di dalam rumah tampak Bu Hana baru keluar dari kamarnya.

Bu Hana ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Hana mau pergi.

”Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya.
”Ibu mau ngaji dulu Dal..,” Jawab Bu Hana.
”..Bu, ayo dong, sudah lama nih..,” Rujukku.
”Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.”
”Ayo lah Bu sebentar aja..,” Paksaku sambil ku peluk Bu Hana.

Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu Hana yang gombrong. Buah dada Bu Hana yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.

”..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!” Rengek Bu Hana akhirnya pasrah.

Ternyata Bu Hana juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Hana memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Hana untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Hana melepas kerudungnyapun kularang.

”Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu Hana.
”Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..”. Larangku.
”Ah kamu ini ada-ada saja.”

Sambil terus berciuman Bu Hana melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Hana merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku.

”..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,” Suara Bu Hana pelan.

Tangan Bu Hana menarik celanaku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku dengan meremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Hana ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya.

”Dal.., ayo Dal cepet masukin..,” Pinta Bu Hana.
”Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Hana ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.
”Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?” Tanya Bu Hana khawatir.
”Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku meyakinkan Bu Hana.
”Dal, Ibu di atas yah..!” Bu Hana meminta posisi di atas.

Aku mengiyakan kemauan Bu Hana, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu Hana menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu Hana menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke kontolku. kontolku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya.

Setelah itu Bu Hana menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat. Buah dada Bu Hana yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Hana yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya.

Biarpun Bu Hana tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Hana tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Hana dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Hana Menekan ke bawah sehingga aku merasakan *kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Hana, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan.

”Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,” Mulut Bu Hana tak berhenti merintih.
”Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,” Katanya di sela-sela rintihannya.

Setelah beberapa saat aku dan Bu Hana saling menggenjot dengan posisi Bu Hana tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.
”Bu saya mau keluar.., Bu..,” Erangku.
”Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,” Balas Bu Hana.

Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Hana sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Hana semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Hana saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Hana bertautan erat saling hisap , hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Hana sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Hana. Aku dan Bu Hana bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama.

Aku dan Bu Hana sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Hana mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Hana begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi.

”Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.” Kata Bu Hana sambil beranjak menuju kamar mandi.

Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Hana sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Hana saling basuh.

”Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,” Kata Bu Hana sambil meremas pelan kontolku yang mulai layu.

Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Hana. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Hana keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Hana berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Hana berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.

”Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Hana.
”Iya Bu”. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Hana, iseng dari belakang ku remas pantat Bu Hana yang bergoyang-goyang. Bu Hana hanya mendelik manja.
”Dal, ah nakal kamu, belum puas yah..?”
”Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.”

Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur. Malamnya aku dan Bu Hana nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Hana bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar telepon Bu Hana berdering yang ternyata dari cucunya Bu Hana yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati.

Jam setengah tujuh pagi aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Hana sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku tertuju terus ke Bu Hana, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Pikirku kalau sekarang nggak bisa menikmati tubuh Bu Hana bisa gigit jari, soalnya kalau cucu Bu Hana datang bisa berhari-hari mereka tinggal.

Aku segera mengganti kaos, sedangkan celana pendek tetap ku pakai biar praktis. Aku lalu mengendap-ngendap mendekati Bu Hana yang sedang berdiri di depan meja dapur dengan posisi membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Hana kepalaku langsung ku susupkan ke bawah pantat Bu Hana setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat dan langsung ku ciumi belahan pantat Bu Hana yang ternyata tidak memakai celana dalam.

”Aw!.., apaan nih..!” Teriak Bu Hana terkaget-kaget setelah tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mendesak-desak pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Hana pun tenang kembali.
”Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”. Rutuknya. Sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.

Aku terus saja menciumi sekeliling pantat Bu Hana yang masih berwangi sabun, rupanya Bu Hana juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak memakai BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Hana sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih ……sayuran.

”Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata Bu Hana.
”Memangnya kenapa Bu.” Tanyaku dari dalam dasternya.
”Iya, kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,” Jawab Bu Hana sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti.
”Nasib-nasib.., ” Sesalku. Bu Hana kembali tertawa mendengar ratapanku itu.

Sambil terus menciumi pantat Bu Hana, kuminta dia agar sedikit melebarkan kedua kakinya, dan setelah kedua kakinya lebar mengangkang ku geser tubuhku semakin kedalam lalu ku balikan badan dengan wajahku menghadap keatas persis di bawah memeknya.

Memek Bu Hana yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, dan lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Hana pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu Hana pun mulai naik.

”Dal berhenti dulu sebentar” Pintanya.

Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya.

Memek Bu Hana kembali ku jelajahi , dan tak lama berselang kurasakan Bu Hana mengejang dengan kepala kini munumpu di atas meja satu tangannya menekan kepalaku tersuruk kian dalam ke memeknya., lalu gerakan Bi Hana pun melemah kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat.

Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Hana, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Hana. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Hana yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Hana masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu Hana dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas.

Setelah merasa pulih, Bu Hana lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Hana lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Hana menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Hana saling berpagutan dan bertukar lidah.

Bu Hana Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya kontolku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya.

Aku dan Bu Hana menuju ke menu utama permainan,dengan menyingsingkan dasternya, Bu Hana lalu tengkurap diatas meja satu kakinya tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang di atas meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya.  filmbokepjepang.com Terlihat memeknya sedikit mendongak. Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Hana, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat.

Tubuh Bu Hana terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Hana kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup.

Aku dan Bu Hana lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Hana memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pundak satu kaki Bu Hana hingga terpentang, lalu kuarahkan kontolku ke memek Bu Hana yang tampak merekah itu dan kutusukan hingga dasar memek Bu Hana.

Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, kusetubuhi Bu Hana dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Hana. Kedua kaki Bu Hana melingkar di pinggangku, hingga aku akhirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Hana. Aku dan Bu Hana berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Hana mengahiri pergulatan puas.

Setelah itu aku dan Bu Hana segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Hana datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Hana datang. Ternyata cucu Bu Hana tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Hana yang tidak dapat tersalurkan.

Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Hana hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Hana di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Hana.

”Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,” Rengekku pada Bu Hana.
”Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.” Jawab Bu Hana.
”Tuh Ibu juga sama, sudah kepengen kan ayolah Bu, sebentar saja.” Desakku.
”Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..”
”Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.”
”Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?” Kata Bu Hana Khawatir.
”Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.”
”Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Hana lagi.
”Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang gelap kalau malam.
”Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.” Jawab Bu Hana setuju.

Saat Bu Hana berlalu, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Hana sepi. Bu Hana hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi.

Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Hana di buka, segera ki intip dari celah jendela, dan seperti yang ku harapkan terlihat memang Bu Hana yang keluar.
Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Hana langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati.

Setelah berdekatan, aku dan Bu Hana langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Hana saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Hana sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Hana hingga bagian bawah daster Bu Hana ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam.

Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Hana yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu Hana dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu Hana segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku.

Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Hana tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu Hana bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar.

Tubuh Bu Hana berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Hana ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke memek Bu Hana.

Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Hana saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Hana sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Hana saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Hana sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Hana.

Aku dan Bu Hana terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Hana menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini.

Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Hana setelah Bu Hana membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Hana dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Hana meliuk-liuk penuk nikmat.

Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Hana sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Hana bergelut kian rapat, pantat Bu Hana menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Hana terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Hana sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Hana.

***

  • ,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account