Gairah Yang Terpancing

Gairah Yang Terpancing

Gairah Yang Terpancing

Comments Off on Gairah Yang Terpancing

Bayangkan ada seorang lelaki besar yang sedang memukul dadamu dengan palu karet. Itulah yang kurasakan ketika Rae menyentuhku tuk pertama kalinya. Aku tak merasakan ini dengan mantan pertamaku dan akupun juga yakin tak merasakannya dengan suamiku saat awal dulu.

Saat itu aku sedang duduk di dapur sambil membaca koran. Keponakanku, Rae, berdiri di belakangku. Ia tiba tiba menciumku di bagian leher, lalu tangannya masuk ke dalam dan dengan lembut memilin putingku di antara jarinya.

Ia berkata, “Salah satu hal yang terindah yang pernah aku lihat”, lalu ia lepaskan tangannya dan pergi tanpa sepatah kata pun.

Aku tercengang. Semua terjadi begitu cepat dan rasanya sangat sureal. Aku berpikir apakah semua ini benar-benar terjadi? Ya, ini benar-benar terjadi; putingku masih terasa geli.

Namaku Rini dan suamiku bernama Rafta. Kami tinggal di Kabupaten Rembang dan kami menjual berbagai perabotan.

Sudah 3 bulan semenjak Rae tinggal bersama kami. Kami mengajaknya tinggal bersama, karena kampusnya dekat dengan rumah kami.

Rafta dan Rae sangatlah berbeda hingga mungkin kalian akan berpikir bahwa mereka beda spesies dan planet. Rafta seorang yang pendiam dan selalu ingin menyendiri sedang Rae anaknya ramah, hangat, penyayang, ganteng…. Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri untukku. Aku cinta Rafta, namun aku jatuh hati pada Rae.

Suamiku sendiri: ia lebih tertarik pada Bu Asti yang selalu punya masalah pada kerannya, sampai sampai suamiku terus-terusan ke rumahnya tuk membantunya (sepertinya ga cuma kerannya yang ‘bocor, namun aku tidak peduli); kami berdua hanya mempertahankan pernikahan ini, karena mengurus perceraian itu rumit.

Malam itu Rae baru saja pulang dari kampusnya saat aku memintanya membantuku merapikan dapur. Saat sedang membereskan barang-barang di rak atas, aku berkata, “Apa maksudmu tadi pagi?”

“Tante, aku bukan anak kecil lagi dan aku sudah bertualang dengan banyak wanita. Aku tahu bagaimana seorang wanita bertingkah ketika ia suka padaku. Aku memperhatikan caramu melihat dan berbicara padaku; Tante melihatku lebih dari sekadar keponakan. Ayolah, aku tahu Om Rafta ada main dengan beberapa tetangga lainnya (oh, jadi bukan cuma dengan Bu Asti bangsat itu) dan aku ga terima Tante diginiin.”

“Makasih, Rae, tapi itu semua sudah tak berarti lagi buat Tante. Saat ini hubungan kami hanya sekedar hubungan bisnis”

“Ya, om memang brengsek, tapi aku serius, Tan. Aku tahu apa yang tante rasain dan aku juga ngerasain hal yang sama.” Ia pun menyentuh lenganku dan aku mulai merasa seperti kesetrum.

Kalian harus tahu, rasanya disentuh bagi tubuhku itu berbeda bagi kebanyakan orang. Sebagian orang memiliki pendengaran yang lebih sensitif dari kebanyakan orang; sebagian ada yang penciumannya lebih tajam, sedang beberapa orang Bahkan tidak bisa mencium bau benda yang berada di bawah hidungnya.

Untukku, semua bagian kulitku sangat sensitif terhadap sentuhan. Itu mengapa aku selalu melepaskan braku kapanpun ada kesempatan. Itu juga mengapa pakaianku selalu tipis dan lembut.

Sentuhan Rae di tubuh sensitifku ini sangat membuatku menggila. Ditambah tangannya mulai merambat ke dadaku. Ahh, aku benar-benar terangsang!

Rae pun menggenggam tanganku lalu menarikku menuju ruang keluarga, tentunya setelah mengunci pintu depan. Ruangan nyaman dengan dinding dihiasi berbagai lukisan, tempatku biasa bersantai sambil menenangkan pikiranku di akhir minggu. Ahh, siapa peduli?! Rae sedang menciumku! Rae menciumku seperti sepasang kekasih yang lama tak bertemu. Aku benar-benar mendambakan ciuman seperti ini. Rae pun meraba-raba tubuhku dan aku merasa hidup. Tiap jengkal tubuhku yang ia sentuh terasa bergetar dengan sendirinya. Masing-masing dadaku pun menjadi miliknya seraya iya meremas-remasnya. Rae pun mengangkat dasterku, lalu tangannya menyusuri seluruh lekuk pinggang hingga pahaku. Ketika tangannya sampai di antara kakiku, aku pun serasa disetrum. Aku menurut saja ketika ia memutar badanku dan aku harus membungkuk lalu menumpukan tanganku di sofa. Rae memasukkan penisnya dari belakang dan aku serasa terbang ke langit ke tujuh. Ahh,, aku merasa penuh dan kakiku bergetar.

“Inilah yang aku lakukan padamu di tiap fantasiku, Tante. Menggenjotmu dengan kencang di vaginamu.” Rae terus mengucapkan tiap fantasinya padaku dan tiap kata yang terucap dari mulutnya menjadi fantasiku juga.

Aku bisa merasakan penisnya yang mulai berkedut, tanda akan ejakulasi, dan aku sudah ingin keluar juga. Aku menyentuh klitorisku dan menggaruknya. Ahh… Aku keluar. Orgasme ini sangatlah hebat hingga membuatku sedikit ngilu. Aku berharap tidak ada yang mendengar desahanku, walau pintu ruangan sudah kututup.

Rae mencium bibirku lagi, kali ini penuh kasih sayang. Ia pun membelai wajahku dengan lembut. Sentuhan dan ciumannya mengatakan padaku bahwa ini tak hanya sekadar nafsu yang datang tiba-tiba. Akupun membalas ciumannya dengan penuh kasih sayang seorang bibi dan seorang kekasih. Kami menyudahi kegilaan ini, lalu lanjut mengerjakan kesibukan masing-masing.

Malam pun tiba dan keributan yang biasa terjadi saat jam makan malam sudah dimulai, namun pikiranku masih melayang-layang dan tidak berada pada tempatnya. Pikiran-pikiran ini terus mendorongku untuk mengatakan dan melakukan obsesi-obsesiku yang terus bermunculan. Aku ingin berbincang dengan Rae. Aku ingin berada di samping Rae. Aku ingin menyentuh Rae. Akhirnya aku menemukan waktu untuk berbincang dengan Rae secara 4 mata.

“Rae, kita harus membicarakan semua ini.”

Ia pun mendatangiku dan berkata, “Tentu saja, Tante. Tapi aku lebih ingin mencium bibirmu.” Bibirnya pun menempel pada bibirku dan gairahku naik dengan tajam, tapi aku memundurkan badanku.

“Rae, tolonglah! Tante juga ingin menciummu, tapi tidak di sini. Kondisi kita sudah cukup rumit tanpa membuat semuanya makin menggila. Tunggu di ruang tamu setelah om mu pergi. Aku akan menemuimu nanti.”

Setelah Rafta pergi, aku pun menunggu 15 menit di dalam kamar sebelum beranjak ke ruang tamu. Aku menemui keponakanku sedang duduk santai di sofa tamu kami. Malam sudah gelap dan tidak lagi terdengar suara anak-anak komplek bermain di luar sana. Kamipun saling mengecup singkat.

“Rae, apa yang kita lakukan sebenarnya?”

“Tan, ayolah! Tante tahu dan akupun juga tahu. Tak perlu pedulikan Om rafta dan semua orang lainnya!”

“Sayang, dengarkan aku. Om Rafta, ayahmu, dan orang-orang yang ada di hidup kita tak akan memahami ini.”

“Apakah Tante merasa bersalah?”

“Aku tidak merasa bersalah, Sayang. Aku tak ingin tidak bersama, tapi kita harus paham apa yang kita lakukan. Pikirkanlah, Rae! Kamu keluar di dalam dan aku sudah 6 bulan tidak ikut program KB. Bagaimana kalau tantemu ini hamil?”

“Aku tak akan peduli. Aku yakin Tante tetap terlihat cantik walaupun sedang hamil.”

Akupun tertawa, “Kamu tahu yang kumaksud, Rae.”

Rae pun mengusap bahuku, lalu beranjak memeras kedua payudaraku seraya berkata, “Maksud Tante, ini akan jadi makin besar? Aku jadi ingin segera melihatnya.”

“Oh, ayolah Rae..”

“Baiklah, Tan. Apakah tante berpikir bahwa aku tidak boleh menyentuhmu lagi? Atau aku harus berhenti mencintai Tante? Ayolah! Kita berdua akan mencari cata untuk tetap bersama, meskipun aku harus menyeret Tante ke dapur tiap tengah malam.”

Aku melihat binar matanya ketika ia berbicara lalu aku berkata, “Sayang… Kamu tidak akan pernah perlu menyeretku jika Tante tau kamu ingin mengajakku bercinta.”

Kamipun berciuman layaknya anak sekolahan. Ketika kami sudah memastikan bahwa tak ada seseorangpun di rumah ini, kami saling menyentuh satu sama lain hingga keluar.

Paginya adalah hari Minggu, jadi semua orang di rumah sibuk bermain di luar sana. Saat ini aku merasa tidak mampu mengendalikan tubuhku. Aku tak pernah merasa basah hanya dengan memikirkan seseorang. filmbokepjepang.com Sialnya atau untungnya, Rae sedang lewat dan memperhatikan kondisiku. Dia tahu apa yang sedang kurasakan. Gilanya, aku tak sadar ia menghampiriku, lalu tiba-tiba aku sudah berdua saja di dalam kamarnya.

Rae tak bisa atau lebih tepatnya tak mau berhenti menggerayangi tubuhku. Ia akan meremas dadaku atau menyelipkan tangannya dibalik dasterku tiap kali aku menggeliat. Aku memohonnya untuk berhenti; ia memohonku tuk melepaskan celana dalamku. Ia terus merangsangku lalu merayuku, “Tan, kalau Tante sayang padaku, Tante pasti melakukan semuanya untukku. Aku sayang Tante dan tak ada hal yang tak bisa Tante minta padaku. Bahkan jika tante memintaku tuk menjilatimu di tengah ruang tamu, aku akan dengan senang hati melakukannya. Masa sih Tante tak mau melepaskan ini untukku?”

Ia hanya bermain main, namun kenyataannya adalah tidak ada hal yang tak akan aku lakukan jika ia yang memintanya dan aku akan dengan senang hati membuktikan itu padanya. Ini konyol, tapi aku meloloskan celana dalam dari kakiku. Aku merasa sangat gugup dan terangsang. Ia terus meraba, mengelus, dan menyentuh tubuhku. Tanpa sadar, semua pakaianku sudah hilang entah kemana; aku telanjang. Aku dituntunnya untuk berlutut dan aku tahu apa yang diinginkannya.

“Sini lebih mendekat!” mintaku padanya.

Akupun menurunkan seluruh pakaian bagian bawahnya. Aku ingin melakukan semua hal yang aku tak pernah ingin lakukan pada lelaki lain. Penisnya terasa bagai velvet di mulutku dan aku menyukai apa yang sedang aku lakukan. Aku ingin dia ejakulasi dengan hebat hingga mengalahkan ejakulasinya bersama wanita lain. Aku ingin menjadi wanita yang berada di tiap fantasinya. Jujur, aku tak pernah mengoral lelaki lain sebelum ini. Ini benar-benar membuatku merasa keenakan sama seperti apa yang keponakanku sedang rasakan.

Rae pun memintaku berdiri lalu membaringkan tubuhku di kasurnya. Ia pun menciumku dengan begitu bergairahnya. Rae nampaknya sangat senang berciuman dan aku tidak mengeluhkan hal itu. Aku merasa kembali lagi ke masa-masa kuliah di mana gairahku sangat menggelora. Aku pun tak tahan lagi dan mendorong tubuhnya sedikit seraya berkata, “Rae, Tante sudah tak tahan.”

Mungkin ada orang yang tak paham mengapa seorang wanita bisa menginginkan hal seperti ini. Jawabannya ada 2, yaitu ini terasa enak karena pasanganmu menginginkannya, dan yaa ini memang terasa enak.

Akupun berhenti memikirkan hal lain ketika Rae mulai memasukkan penisnya ke dalam tubuhku. Aku merasakan dirinya dalam diriku, memenuhi seluruh rongga yang ada di sana, seraya tangannya memilin-milin putingku. Tangannya yang bebas mulai meraba ke bawah mencari-cari klitorisku. Akupun keluar dengam hebat. Ia pun menciumi bibirku lagi, memberikanku waktu sejenak tuk menikmati tiap desir cairan cinta yang mengalir.

Rae mulai menggoyangkan pinggulnya lagi. Kali ini ia berusaha mengejar kenikmatan untuk dirinya. Gerakannya pun semakin kencang dan aku mulai merasakan denyut denyut di bagian sana. Ahh, ini sangat membuatku gila. Dengan erangan terakhir, akupun mengejang keenakan bersamaan dengan Rae yang keluar di dalam tubuhku. Kamipun merasa kelelahan, lalu ketiduran sambil rebahan dengan posisi aku memeluk tubuhnya.

Aku terbangun lalu berusaha melihat jam dinding. Ya Tuhan! Sudah sore. Orang-orang rumah akan pulang sebentar lagi. Aku pun bergegas mengenakan pakaianku lalu membereskan rumah. Tak lupa kutinggalkan celana dalamku sebagai hadiah kecil untuk Rae.

Suamiku pun pulang setelah aku selesai merapikan rumah. Kami mengobrol sebentar, ia menceritakan tentang bagaimana ia bertemu Bu Asti hari itu dan bla bla bla bla bla. Aku pun pergi mandi dan memikirkan semua ini sambil berendam di bath up. Kemana arah hubungan ini akan berjalan? Entahlah. Aku hanya akan mencoba menikmati semua ini sepenuhnya. Tentunya bersama Rae, keponakanku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account