Kembalinya Sang Mantan

Kembalinya Sang Mantan

Kembalinya Sang Mantan

Comments Off on Kembalinya Sang Mantan

Linda
“NAIK KENDARAAN JANGAN MELENG GITU DONG, MBAK” gertak seorang bapak-bapak.

“Iya, pak, maaf” seorang wanita berhijab berseragam pegawai pemerintah hanya tertunduk pasrah dimaki supir angkot yang mobilnya ditabrak olehnya.

“Mbak, pokoknya harus ganti rugi”

“Iya, pak, nanti diganti, ini juga motor saya depannya pecah”

“HALAH ALESAN, CEPAT GANTI RUGI sekarang JUGA”

Seorang berpakaian tentara yang sedari tadi melihat dari dalam warung yang tidak jauh dari tempat kejadian menghampiri keributan tadi.

“Ada apa ini pak?” Tanya tentara tadi. Supir tadi kaget dan menciut juga nyalinya melihat seorang tentara hendak ikut campur masalah dia karena pada dasarnya dia tahu sebenarnya yang salah itu adalah si supir karena berhenti seenaknya dan mendadak.

“Ini, mbak ini nabrak mobil saya, saya mau minta pertanggungjawabannya” kata supir sambil menunjuk ke wanita tadi.

Tentara dan wanita itu sejenak saling beratatapan. Agak kaget dan tersirat juga dari tatapan mereka ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan. Pandangan sang tentara beralih ke supir dan menatapnya dengan tajam dan mengintimidasi.

“Pak, dari tadi saya di warung melihat yang sebenarnya terjadi, kecelakaan ini bukan salah mbaknya. Anda mau saya jadi saksi kalau seandainya masalah ini ditempuh jalur hukum?”

Si supir akhirnya hanya berpaling dan masuk lagi ke mobilnya dengan menggerutu. Sang tentara hendak menghampiri supir tadi untuk meminta pertanggungjawaban atas kelalaiannya. Akan tetapi wanita tersebut menahan Tangan si tentara.

“Udah, mas, jangan diperpanjang” katanya sambil masih memegang lengan tentara. Akhirnya si tentara itupun mengurungkan niatnya.

“Kamu nggak papa,Lin?” Tanya tentara itu kepada Linda. Nama wanita yang mengalami insiden tabrakan tadi.

“Iya. Nggak papa, mas. Untung ada Mas Har di sini. Makasih, mas” jawab Linda dengan senyum ramah. Senyum yang sudah lama tidak pernah dilihat Hariadi, si tentara tadi.

“Kita bawa ke bengkel motormu, Lin”

“Iya, mas”
Untung motor yang dibawa Linda masih bisa jalan karena hanya bagian pentup lampu depannya aja yang rusak.

Dalam perjalanan Linda dan Hari sempat mengobrol ringan. Sebenarnya ada rasa tersendiri bagi keduanya bisa bertemu lagi. Terlebih bagi Hari. Keduanya dulu adalah sepasang kekasih sewaktu masih di bangku SMA. Hari adalah kakak kelas yang memacari adik kelasnya, Linda. Namun karena keadaan, setelah lulus sekolah Hari mengambil pendidikan militer dan terpaksa harus lost contact dengan Linda. Walaupun sebenarnya masih bisa menjaga hubungan selagi menempuh pendidikan waktu itu. Namun Hari yang masih muda dulu bertekad menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dan mengabaikan kehidupan asmaranya. Kini dia sudah terbilang sukses. Pangkat sudah didapat, dan diapun punya usaha sampingan di bidang kuliner. Pertemuannya dengan Linda benar-benar bagaikan kebahagiaan tersendiri bagi dia.

Setibanya di bengkel ternyata bengkel tersebut cukup ramai orderan servis hari itu. Pihak bengkel mengkonfirmasi kalau mungkin baru akan dikerjakan besok. Tidak ada pilihan bagi Linda selain dia menintipkan motornya di bengkel.

“Titipin aja di sini, lin. Besok baru diambil” kata Hari menyarankan.

“Iya. Kayaknya memang nggak ada pilihan lain mas” ujar Linda pasrah.

“Udah yuk saya antar kamu pulang” kata Hari menawarkan sambil menggamit tangan Linda.

Linda sempat kaget dan bingung sejenak atas perlakuan Hari tapi entah kenapa dia hanya pasrah mengkuti langkah Hari. Ada rasa berdebar-debar juga di hatinya sekarang ini ketika tangannya digenggam oleh orang yang pernah mengisi hatinya. Keduanyapun masuk mobil.

Di perjalanan mereka bercerita kehidupan masing-masing sebelum bertemu saat ini. Hari menceritakan perjalanan karirnya di militer hingga mencapai posisi sekarang. Dan karena kesibukannya di ketentaraan sekarang tidak begitu menguras waktu, dia juga menggeluti bisnis kuliner selain bertugas sebagai tentara yang bermarkas di koramil daerah itu.

Ada rasa kagum Linda terhadap Hari saat ini. Dia benar-benar jadi pria hebat bisa meraih pencapaian seperti sekarang ini. Secara tidak sadar dia membandingkan dengan kondisi suaminya saat ini.

Secara kemapanan tidak jauh berbeda memang. Suaminya adalah seorang yang sekarang meraih posisi yang cukup strategis di dinas pendidikan. Bahkan hari ini dia sedang menjalankan diklat kenaikan jabatan. Dan karena dukungan suaminyalah Linda juga sekarang bisa menjadi guru SD dan menamatkan kuliahnya walaupun harus vakum pendidikan dulu selama 3 tahun setelah lulus SMA. Hanya saja untuk segi fisik, suami Linda bisa dikatakan masih di bawah Hari yang seorang tentara. Lebih gagah dan… tampan. Begitulah yang terbesit di pikiran Linda sejenak hingga dia menepis pikiran-pikiran seperti itu, ada rasa sedikit bersalah membandingkan suaminya dengan mantannya sekarang yang ada di depannya ini.
Tak berapa lama mereka sampai di rumah Linda.

“Ini rumah kamu?” Tanya Hari.

“Iya”

“Boleh main? aku mau ketemu suami sama anak kamu sekalian silaturahmi dan membantu menjelaskan kejadian tadi siang biar dia nggak khawatir”

“Suamiku lagu nggak ada di rumah, mas, dia lagi ada diklat kenaikan jabatan, kalau Farel dia sekolahnya full day jadi sampai sore baru saya jemput”

“Owh.. gitu”

“…”

“…”

“Mau mampir sebentar mas?”

Entah kenapa Linda melontarkan tawaran kepada Hari untuk singgah sejenak di rumahnya padahal di sana sedang tidak ada siapa-siapa kecuali hanya akan ada dia berdua, Linda dan Hari. Linda sebenarnya agak kaget juga kenapa dia menawarkan laki-laki lain masuk ke rumahnya padahal suaminya sedang tidak ada.  photomemek.com Tapi di sisi lain dia juga membenarkan aksinya ini karena dia merasa berhutang budi pada Hari karena membantu menyelesaikan masalah kecelakaan tadi. Dia tidak tahu bagaimana jadinya kalau Hari tidak ada. Mungkin dia akan keluar uang banyak karena diperas oleh supir serampangan tadi.

“Boleh, Lin” jawab Hari diiringi senyum ramah ke Linda. Keduanya pun masuk ke rumah bersama-sama.

“Mau minum apa, mas?” Tawar Linda setelah mempersilakan Hari duduk di ruang tamu.

“Apa aja, Lin, yang penting dingin” jawab Hari.

Lindapun beranjak ke dapur untuk menyiapkan minuman dan mengambil beberapa cemilan untuk dijamukan ke tamunya.
Selagi menyiapkan minuman di dapur tiba-tiba Linda dikejutkan dengan sepasang tangan yang merangkulnya dari belakang. Lindapun reflek berusaha melepaskan pelukan itu sambil menoleh ke belakang. Didapatinya mantan kekasihnya dulu sedang merengkuh kesintalan tubuh Linda dari belakang.

“Mas, apa-apaan ini?” Tanya Linda dengan nada tinggi namun tidak keras khawatir kedengaran orang dari luar sambil masih berusaha melepaskan diri dari dekapan.

Dibaliknya tubuh Linda oleh Hari hingga akhirnya mereka berhadapan dan masih dalam rangkulan Hari pada pinggangnya.

“Aku kangen sama kamu, Lin, apa kamu juga nggak merasakan hal itu sama aku?” Balas Hari. Tatapan matanya tenang tapi dalam seolah menembus mata indah wanita di depannya seolah tidak takut apa yang akan terjadi di depannya.

“Sadar, mas, aku udah punya suami dan anak” tanggap Linda yang juga sambil menatap mata Hari untuk meyakinkan bahwa hal ini salah.

“Kamu tahu, Lin, aku kangen sekali sama kamu, hal yang paling berat ketika awal karantina dulu di angkatan adalah harus putus komunikasi sama kamu”
Hari mulai menceritakan masa lalunya saat harus rela mengorbankan hubungannya dengan Linda demi masa depan dia. Bagaimana rindunya dia dengan Linda dan sangat ingin menghubungi Linda. Sampai akhirnya dia merasa harus fokus dengan pendidikannya. Dan ketika ditugaskan di kota sekarang ini, dia mulai tertarik belajar mengembangkan bisnis kuliner hingga akhirnya dia punya bisnis rumah makan sendiri.

“Lin, semua yang aku lakukan ini salah satu tujuannya adalah agar aku benar-benar pantas berada di samping kamu, Lin, aku ingin menjadi pria terhebat yang buat kamu.” kata Hari mengakhiri cerita singkat masa lalunya.

Ada sebersit kebanggaan dalam diri Linda mendengar cerita dari orang yang pernah mengisi hatinya ini. Sebab perjuangan Hari untuk merajut masa depan yang cerah adalah karena salah satu tujuannya adalah dia. Linda merasa tersanjung dijadikan wanita yang berharga seperti itu. Yang harus diperjuangkan oleh pria. Hanya saja . . . .

“Mas, makasih, udah perjuangin aku sebesar itu, tapi aku sudah berkeluarga. Aku harap mas bisa lupakan aku, menjalani hidup baru, dan dipertemukan dengan yang terbaik buat, mas” ucap Linda sambil menatap Hari dengan tatapan sendu yang seolah-olah mengatakan terima kasih atas segala usahanya. Dibalasnya ucapan Linda dengan seulas senyum dari Hari dan dilanjutkan dengan memeluk lebih erat mantan pacarnya yang sudah menjadi ibu dari satu anak itu. Didekapnya tubuh sintal itu sambil punggungnya ia elus-elus mesra. Tak ada penolakan pun tak ada reaksi balasan dari yang empunya tubuh semok itu. Tangannya yang masih tertaruh di dada laki-laki itu sekarang terhimpit dua badan yang semakin mendekat karena pekukan. Perasaan nyaman dipeluk mantan kekasihnya dulu membuat dia menyandarkan kepalanya di dada Hari sehingga pipinya nempel di dada Hari sambil memejamkan mata menikmati momen ini. Merasa Sinta sudah terlihat nyaman dengan semua ini, tangan kanan Hari mulai beralih memegang kepala belakang Sinta yang masih terbalut jilbabnya. Dia dongakkan kepala Sinta lalu diciumnya kening wanita pujaannya ini. Harusnya Sinta menolak perlakuan Hari ini. Dalam hati Sinta merasa ini salah. Tapi di sisi lain Sinta ingin sekali menikmati perasaan yang sedang bergejolak ini. Perasaan yang dulu pernah ada seolah disirami kembali hingga tumbuh lagi. Dan sisi lainnya inilah yang menang. Matanya tetap ia pejamkan dan menikmati rasanya disayang oleh kekasihnya dulu.

Ciuman hari menjalar turun ke hidung Linda hingga sampai suatu saat kedua bibir pasangan tidak sah ini bertemu. Awalnya Linda kaget saat bibirnya tersentuh oleh bibir Hari. Secara refleks ia mundurkan kepalanya untuk menghindari pergumulan bibir itu berlanjut seolah terpantik rasa sadar kalau perbuatan ini salah. Akan tetapi gerakan kedua tangan Hari yang merengkuh punggung Linda dan diikuti dimajukan kepalanya untuk memburu bibir lembut wanita berjilbab itu membuat usahanya untuk menghindar menjadi gagal. Bibir mereka bertemu tanpa miss seditkitpun. Linda hanya bisa memejamkan mata seolah tidak mau merasakan gejolak nafsu pada dirinya. Namun tubuhnya tidak sejalan dengan akal sehatnya.

Tidak berapa lama tempelan antara kedua bibir berlawanan jenis itupun terlepas. Agak lega rasanya bagi Linda karena penderitaan syahwatnya telah usai. Tapi itu salah. Hari kini menyerang leher Linda yang masih tertutup jilbab. Dia mengusel-usel kepalanya sembari menghirum aroma parfum yang menempel di jilbab Linda. Kendati masih ada penutup, namun sensasi geli masih bisa menembus kain jilbab tersebut, membuat yang empunya merasakan kegelian dicampur gairah yang mulai meletup. Karena bibir Linda sudah tidak tersumpal lagi, kini desahan dia mulai terdengar.

“Ahhh…. mashh.. tolonghh.. hhh… janganhh.. seperti innihhh..” mulutnya terbata-bata tercampur desahan nikmatnya. Pikirannya masih sadar kalau perbuatan ini salah. Tapi nafsunya berkata lain. Kedua tangan halusnya yang tadi merapat di dada Hari sekarang berpindah ke pundak pria yang masih berseragam tentara itu. Sebenarnya tangan itu hendak mendorong tubuh kekar itu, akan tetapi yang terjadi justru malah terlihat seperti meremas pakaian seragam pria yang sedang menggumulinya dan sedikit gerakan menarik untuk lebih mendekat ke dirinya sendiri.

Mendapati “lampu hijau” seperti itu, Hari menghentikan ciumannya di jilbab Linda. Setelah memberikan senyuman lembut sejenak, Hari mulai berani merenggut jilbab yang dipakai istri orang tersebut. Dilolosinya penutup kepala wanita di depannya. Terpampanglah kini salah satu aurat wanita yang harusnya ia jaga dari pandangan bukan muhrimnya. Rambut hitam, panjang, lurus sedikit panjang melewati bahunya.

“Tambah cantik kamu dengan rambut panjang, Lin” Puji Hari sambil membelai rambut wanita di depannya itu. Sang pemik rambut hanya tersenyum tipis dan menunduk malu di hadapan pria yang pernah mengisi kisah asmaranya dulu. Teringat dulu ketika mereka masih menjalin hubungan, Linda kala itu berambut pendek bergaya tomboy. Setelannya sangat pas waktu itu karena dia aktif di ekskul voli

Wanita bergelut dengan olahraga emang sedikit muncul gaya-gaya tomboinya. Pun begitu juga Linda. Dan di arena olahraga inilah kedua Linda dan Hari mulai kenal lebih dekat karena Hari juga aktif di voli.

Kembali di waktu sekarang, wanita di hadapannya kini berubah menjadi sosok anggun dan feminim. Rambut panjang yang tertutup jilbab, setelan pegawai pemerintah yang cukup membentuk lekuk tubuh, dengan rok panjang menambah kesan kalu mantan pacarnya kini menjadi sosok berbeda dari dulu. Jauh lebih cantik. Itulah yang dipikiran Hari.

Tidak berlama-lama berdiam diri tanpa gerakan, Hari merengkuh kepala belakang Linda dan memburu bibir berlipstik soft colour tidak terkesan menor itu.

“Mmmph… ahh.. mmhh.. ehm.. ah…”

Suara desahan tertutup dengan adanya katupan bibir dari dua orang ini. Linda perlahan mulai menikmati keadaannya sekarang ini. Cumbuan bertubi-tubi dari mantan kekasihnya membuat wanita yang sudah menjadi istri orang ini mulai takluk. Matanya masih terpejam dalam merasakan gairah yang mulai meletup. Dia rupanya masih terlalu malu untuk melihat kondisinya saat ini. Dicumbu oleh laki-laki bukan suaminya di rumah sendiri.

“Clep.. clep.. clep..”

Suara lumatan mulut bisa sampai terdengar di dapur yang smemang tidak ada siapa-siapa lagi di sana selain kedua manusia yang sedang bercumbu ini.

“Mpph… ehmm.. mmh.. ahm..”

Perlahan ciuman Hari turun ke dagu terus beralih ke leher.

“Ahh.. mash.. eh… eh.. ah… gelihh…” desah Linda yang sedang digarap leher putihnya ini. Leher yang harusnya dijaga dari pandangan laki bukan muhrimnya kini digarap habis-habisan oleh pria yang masih lengkap dengan seragam militernya. Dicium, dijilat, dicumbunya leher wanita yang pernah menjadi pujaan pria berseragam ini.

“Hhh.. eh… shh.. ah…”
Tak henti-hentinya Linda mendesah karena rangsangan-rangsangan di tubuhnya. Matanya masih saja terpejam meresapi perlakuan laki-laki bukan suaminya ini. Respon Linda benar-benar memang sudah menunjukkan kalalu dirinya sudah takluk dengan kenikmatan nafsu yang melanda. Namun rasa malu agaknya masih menghinggap di hati Linda sehingga biarpun nafsunya sudah menguasai tapi dia tidak memberikan tanggapan sama agresifnya. Hanya pasif menikmati semua perlakuan Hari di tubuh sintalnya.

Hari mencoba untuk melangkah lebih jauh dengan meremas-remas pantat montok yang masih berbalut rok coklat khas pegawai pemerintah itu tanpa menghentikan jamahannya di leher putih yang sekarang mulai agak memerah karena serangan nafsu pria itu.

“Auh… ehh… mpph… mfhmn… mhm..”

Remasan di pantatnya membuat Linda tak tahan untuk tidak mengerang. Namun dalam sekejap mulut itu telah tersumpal kembali oleh mulut pejantan nekat itu. Dia tidak peduli kalau di depannya adalah istri orang. Yang dia pedulikan saat ini adalah bagaimana hasrat yang lama ia pendam ia salurkan.

“Ahm.. mhhm… mmhh… ah… mmh… umphh”

Clep.. clep…. clep…

Suara desahan tertahan dan saling lumatan mulut membahana di ruang dapur yang sepi itu. Tangan Linda sudah mulai memeluk punggung Hari walaupun pelukan tidak terlalu erat. Namun itu sudah menunjukkan kalau keduanya sudah terbuai dengan gairah syahwatnya masing masing. Mulut si wanita secara sukarela terbuka sehingga lidah si pria di depannya bisa menjelajah bebas di mulut menggemaskan itu. Mulut yang setiap pria di luar sana menginginkan mendapatkan hal yang sama yang didapat pria beruntung ini.

Tangan Hari yang masih aktif meremas-remas pantat sekal itu mulai mencoba mencari resleting rok yang dikenakan Linda. Tidak butuh waktu untuk menemukannya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia buka rok itu, ia pelorotkan sampai jatuh ke lantai lalu diputarnya tubuh Linda sehingga posisi Linda sekarang membelakanginya.

Sekilas Hari melongok ke bawah melihat bulatan pantat di depannya. Ia meneguk ludah mengagumi pemandangan bagian bawah tubuh wanita mantan kekasihnya dulu. Sebuah pantat mulus yang ditutupi celana dalam putih berenda. “Seksi”, kata itulah yang pasti langsung terlintas di kaum adam jika melihat pemandangan bagian bawah tubuh Linda ini.

CD Linda
Linda menengok ke belakang menatap Hari dengan mata sayu. Ia sebenarnya ingin minta disudahi pergumulan ini, namun mulutnya terasa kelu untuk mengatakannya. Ada rasa malu karena memperlihatkan pantatnya pada lelaki ini, namun di sisi lain ada rasa berharap ingin pergumulan ini bergerak lebih jauh lagi. Hari membalas tatapan mata Linda dengan mengarahkan tangan kirinya ke pundak kiri Linda dan mendorongnya ke depan sehingga posisi Linda agak sedikit membungkuk. Posisi seperti itu membuat pantat Linda menungging dan semakin menggoda saja. Tak ada kata-kata apapun dari Linda. Dia hanya menurut saja apapun yang dilakukan Hari terhadap tubuhnya.

ehh nafas Linda tercekat ketika ada sesuatu yang mengelus daerah selangkangannya. Geli bercampur nikmat. Sedikit menengok ke belakang Linda untuk mengetahui apa yang terjadi. Tangan kanan Hari kini bermain-main di selangkangan linda. Terutuma di bagian pusat kenikmatan seorang wanita. Tangan Hari ia gesek-gesekkan pada vagina yang masih tertutup celana dalam itu. Ditatapnya dengan tatapan sayu mata laki-laki yang dengan kurang ajarnya mengerjai dia seperti itu. Ada pertanyaan di benaknya mengapa Hari melakukan ini padanya namun tidak ia utarakan. Linda berhenti menatap mantan kekasihnya itu dan kini dia menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata menikmati keaadan ini. Tangannya bertumpu pada tembok rendah yang digunakan untuk meletakkan kompor dan barang-barang dapur lain.

eh eh.. eh desahan demi desahan keluar dari mulut linda sambil tetap matanya terpejam akibat elusan-elusan lembut di paha dalamnya. Sedikit ada rasa malu sebenarnya diperlakukan hal seperti sekarang ini di tempat terbuka, di dapur, apalagi dengan laki-laki bukan suaminya ini. Namun sensasi malu bercampur nikmat membuat Linda pasrah menikmati keaadan ini.
Tidak lama kemudian Hari menurunkan celana dalam Linda sampai batas lututnya sehingga terpampanglah bongkahan pantat Linda yang sekal dan menggoda. Sekarang keadaannya Linda masih berpakain atas lengkap, namun bawahannya sudah tidak ada yang menutupi lagi. Rasa malu bercampur nafsu membuat pipi Linda bersemu merah, dia hanya bisa menanti aksi pejantan di belankang dia selanjutnya.

Clep.. Clep..Clep

ah ah ah.. Linda mendongak sambil mulutnya mendesah merasakan jari tengah dan jari manis Hari masuk ke liang kemaluannya. Pria asing di rumahnya ini sedang dengan seenaknya mengobel-obel vagina tuan rumah. Tusukan demi tusukan dibumbui dengan desahan Linda yang sudah pasrah mau diapakan saja. Vagina Linda yang sudah basah sejak awal pergumulan menimbulkan bunyi becek diiringi desahan si empunyanya.

Clek. Clek. Clek. Clek..

eh ah.. ah. Ah.. ah.. shh

Vagina Linda secara intens dipermainkan oleh jari nakal Hari. Tidak ada kata apapun dari kedua orang itu. Pun tidak ada kata penolokan dari si wainita yang sedang dikerjai ini. Yang ada hanya desahan di setiap tusukan jari-jari Hari di bagian tubuh vitalnya yang menunjukkan bahwa si tuan rumah pasrah akan ketidaksenonohan ini

eh.. eh.. eh..eh..

Linda tidak tahu ketika Hari sedang melakukan fingering dengan tangan kanan di vaginanya, di belakang, rupanya Hari dengan tangan kirinya melucuti celananya sendiri hingga terlepaslah burung Hari dari sangkarnya. Di dekatkannya penis yang sudah ereksi maksimal itu ke liang senggama Linda.

aahh.. Linda melenguh sedikit panjang ketika merasakan ada benda tumpul yang lebih besar dari jari-jari yang sedari tadi masuk ke vaginanya. Ia tahu pasti kalau kini yang masuk adalah sebuah penis. Bukan lagi jari-jari. Ia menengok ke belakang melihat laki-laki di belakangnya kini sedang mencengkeram bongkahan pantatnya dan mendongakkan kepala menikmati proses kekurang ajaran dia terhadap wanita istri orang ini.

Bles sek

Perlahan penis itu menyeruak memenuhi rongga-rongga liang kenikmatan dari wanita cantik yang sedang menungging ini.

hheh ergh

Aaah ehh

Hari yang tak tahan merasakan kenikmatan proses penetrasinya membuat dia juga mengeluarkan eraman. Diikuti erangan Linda meraskan batang pejal itu senti demi senti masuk ke lubang kenikmatannya. Harusnya dia menolak disetubuhi seperti ini. Pria sekarang yang sedang menikmati tubuhnya adalah bukan suaminya. Namun tubuhnya sudah benar-benar tunduk pada hawa nafsu. Dua orang manusia di dapur ini kini telah menyatukan kelaminnya. Dua orang dewasa yang harusnya sama-sama tahu kalau perbuatan ini tidak benar. Namun akal sehat sudah buta. Dengan kepasrahan Linda dengan apa yang diperbuat Hari, merupakan kode kalau keduanya sama-sama menikmati momen ini. Walaupun tidak ada kata terucap sama sekali.

Plok. Plok. Plok. Plok Plok. Plok.

Plok. Plok. Plok. Plok Plok. Plok.

Hentakan demi hentakan penis Hari mulai menyerang vagina Linda. Desahan sang wanita dan eraman sang pria mulai bersahutan di ruang dapur seirama dengan setiap tusukan yang terjadi.

ahh.. ah.ah. ah.ah. ahh.. ah. Ah..eh..

ergh.. emh.. egh.. eh. eh. ehh erh..

Plok.. Plok.. Plok.. Plok.. Plok… Plok.

Plok.. Plok.. Plok.. Plok.. Plok… Plok.

Sungguh pemandangan yang menggoda. Seorang wanita berseragam pegawai pemerintah sedang beradu kelamin dari belakang dengan seorang pria berseragam tentara yang mana pria itu bukan suaminya.

ah. Ah. Ah. Eh.. ah. Ah.

Desahan Linda masih keluar juga dari mulut manisnya. Dia benar-benar sedang dalam keaadan nikmat. Hari terus saja menggenjotnya dengan tempo sedang. Terkadang setelah delapan sampai sepuluh tusukan, ia padukan dengan melesakkan penisnya dalam-dalam ke vagina Linda dan membuat gerakan memutar lau berulang menggenjotnya dengan tempo yang sama. Hal itu membuat Linda benar-benar mabuk nikmat. Lenguhan Lindalah yang mewakili rasa nikmat dari dalam tubuhnya diperlakukan seperti itu. Terkadang secara naluriah pantatnya ia sorongkan ke belakang menjemput batang pejal yang sedang menggarap habis vaginanya itu. Masih dalam posisi sedikit menungging, tangan Linda bergerak tak menentu, kadang sikunya menjadi tumpuan yang ia tumpukan di tembok rendah dapur, kadang sedikit menegakkan tubuhnya dengan tengan berpegangan pada ujung tembok rendah itu. Hal itu dia lakukan dengan tidak ketinggalan bahwa keadaannya liang senggamanya masih digenjot oleh mantan kekasihnya itu.

Tiga menit, enam menit, dan sampai kira-kira sekitar sepuluh menit sudah persetubuhan mereka berlangsung. Dua manusia ini masih asyik dengan rasa nikmat syahwatnya yang sedang tersalurkan ke lawan jenisnya masing-masing. Namun tiba-tiba Linda merasakan kenikmatannya berhenti di tengah jalang. Dirasakan batang milik Hari terlepas dari liang senggamanya. Ditengoknya ke belakang ternyata Hari menghentikan kemesumannya ke istri orang ini. Linda jadi bertanya-tanya. Apa Hari sudah orgasme? Tapi dia tidak merasakan ada semburan pejuh di vaginanya. Apalagi Linda juga masih di tengah-tengah birahinya malah persetubuhan berakhir seperti ini saja.

Dilihatnya Hari malah merapikan celananya dan memasukkan penisnya kembali ke sarangnya. Tercetak jelas di celana dalam itu bagaimana besar dan panjangnya senjata Hari ini. Apalagi kepala penisnya masih sempat menyembul keluar dari celana dalamnya.Penis Hari masih dalam kondisi ereksi sempurna belum ada tanda-tanda sudah mengeluarkan cairan kenikmatannya. Tapi kenapa malah berhenti di tengah jalan? Pertanyaan itu muncul di benak Linda.

Ayo pindah ke kamar Ajak Hari dengan suara serak menandakan nafsunya yang tertahan sambil dengan kurang ajar tangannya menepuk sedikit pantat halus istri orang ini lalu mengelus-elusnya.,,,,,,,,,,,,,

Apa? Ke kamar?

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account