Nanang Si Pejantan Desa

Nanang Si Pejantan Desa

Nanang Si Pejantan Desa

Comments Off on Nanang Si Pejantan Desa

Baca dulu Gan !!!!!

1. Cerita ini cuma fiktif belaka. Mohon maaf apabila terdapat kesamaan tokoh dan alur cerita.
2. Maaf kalau cerita ini terlalu panjang. Saya malas membuat cerita bersambung karena takut tidak bisa update tepat waktu.
3. Maaf kalau ceritanya amburadul. Niat hati hanya ingin menghibur para suhu penghuni semprot

Pagi yang indah menyapa sebuah desa terpencil yang terletak di kaki bukit. Matahari memancarkan sinarnya sambil tersenyum dari balik celah awan pagi. Kicauan burung bersenandung merdu dari balik ranting pohon dan rimbunan dedaunan. Desa itu begitu hijau karena sejauh mata memandang hanya tampak hamparan sawah dan hutan yang luas. Aliran sungai juga begitu jernih dan mengalir dengan tenangnya. Udara pagi itu juga terasa sejuk dan membuat tubuh bersemangat untuk beraktifitas. Satu per satu warga mulai menampakan diri di jalanan desa. Mereka saling menyapa satu sama lain dengan ramahnya. Seluruh warga desa tersebut telah menganggap diri mereka sebagai keluarga. Tak heran bila keramahan sangat dijunjung tinggi di desa tersebut. Beralih ke sebuah rumah kecil yang terletak di pinggi sungai, seorang pemuda desa bernama Nanang tampak bersiap – siap untuk pergi ke sawah. Ia telah menyiapkan peralatan bertaninya seperti cangkul dan sabit yang telah ia letak di atas sepeda tua peninggalan almarhum ayahnya. Tak lupa pula ia membawa bekal makan siangnya berupa nasi, ikan asin, dan kerupuk kesukaannya. Nanang adalah seorang anak dari petani miskin. Ia tidak pernah mencicipi pendidikan apapun. Kedua orangtuanya tidak memiliki uang untuk bisa menyekolahkan Nanang. Meski begitu Nanang bisa membaca, menulis, dan berhitung dasar. Nanang menghabiskan sebagian waktunya dengan bertani di sawah membantu sang Ibu yaitu Bu Nining. Pada sore hari barulah ia menghabiskan waktunya dengan berkumpul bersama teman – temannya di balai desa. Pagi itu Nanang berangkat seorang diri ke sawah. Sang Ibu telah pergi ke suatu tempat di pagi buta. Nanang tidak tahu apa yang dilakukan Ibunya sepagi itu. Kemudian Nanang langsung mengayuh sepeda tuanya menuju sawahnya. Sambil bersiul, ia mengayuh sepedanya menikmati udara di pagi hari. Tak lupa ia memberikan senyum kepada warga yang melintasinya. Bagi warga desa, Nanang adalah sosok pemuda yang taat dan berani. Banyak yang mengatakan kalau Bu Nining sangat beruntung memiliki seorang anak seperti Nanang. Ia tidak pernah mengeluh dan selalu mendengar apapun perintah Ibunya. Nanang sangat menyayangi Ibunya karena saat ini hanya Ibunya orangtua yang tersisa.

Saat setengah perjalanan, sebuah mobil tampak melintas di depan Nanang. Dengan segera Nanang turun dari sepedanya. Tiba – tiba Nanang membungkukkan tubuhnya ketika mobil itu melintas di depannya. Tak hanya Nanang, tapi warga desa ikut membungkukkan tubuhnya. Ada alasan kenapa Nanang dan beberapa warga membungkukkan tubuh mereka seperti memberikan hormat atau salam. Itu karena orang yang melintas dengan mobil tersebut adalah seorang juragan kaya yang tinggal di desa tersebut. Warga desa biasa memanggilnya dengan sebutan Nyonya Arini. Beliau adalah orang yang termahsyur dan paling dihormati di desa. Hanya saja Nyonya Arini adalah seorang yang sombong dan juga angkuh. Ia menganggap dirinya sebagai “Tuhan” di desa tersebut. Air dan Tanah yang ada di desa merupakan miliknya. Warga wajib membayar pajak atas semua kepemilikan berupa air dan tanah. Awalnya kedatangan Nyonya Arini tiga tahun lalu di desa tersebut sangat disambut baik oleh warga desa. Mereka menganggap Nyonya Arini sebagai malaikat penolong karena ia berjanji akan membuat desa tersebut menjadi desa yang maju. Namun kenyataan tidak sesuai apa yang diucapkan. Secara perlahan Nyonya Arini merampas semua harta benda milik warga desa yang tidak mau menuruti perintahnya. Kedudukan Nyonya Arini bahkan melebihi seorang kepala desa. Ia membuat peraturan yang semena – mena dengan diantaranya warga desa wajib membungkukkan tubuhnya sebagai rasa hormat ketika ia melintas. Kini warga desa sangat membenci Nyonya Arini, namun warga juga tidak bisa mengusir Nyonya Arini karena hanya Nyonya Arini yang bisa membantu mereka. Nyonya Arini selalu dikelilingi oleh pria – pria bertubuh tegap dan besar yang selalu siap melindungi Nyonya Arini.

Setelah Nyonya Arini melintas, Nanang kembali melanjutkan perjalanannya. Nanang sangat membenci Nyonya Arini karena gara – gara beliau lah Ayah Nanang meninggal dunia. Ketika itu Ayah Nanang sedang sakit keras dan terbaring lemah di rumah. Nanang berusaha keras untuk bisa meminjam uang dari Nyonya Arini agar ia bisa membeli obat untuk ayahnya. Nyonya Arini bersedia memberikannya uang yang banyak asalkan Nanang mau mendengar syarat darinya. Nyonya Arini memerintahkan Nanang untuk mencari kayu bakar di hutan sebanyak mungkin hingga memenuhi gudang penyimpanan yang ada di belakang rumahnya. Nanang merasa itu adalah tugas yang sulit karena Nanang tidak ingin merusak
hutan terlalu banyak. Namun Nanang tetap memenuhi persyaratan itu hingga apa yang diingin Nyonya Arini terpenuhi. Tak disangka Nyonya Arini hanya memberika uang dengan jumlah sedikit kepada Nanang. Dengan teganya Nyonya Arini mempermainkan Nanang karena dari awal ia tidak ingin memberikan sepeserpun uang kepada Nanang. Ayah Nanang pun akhirnya meninggal dunia dan Nanang masih menyimpan dendam yang besar kepada Nyonya Arini. Bila mengingat itu Nanang menjadi sedih karena seharusnya ia bisa menyelamatkan nyawa Ayahnya. Singkat cerita Nanang pun tiba di sawahnya yang berukuran kecil. Dari sawah itulah Nanang dan Ibunya mendapatkan uang. Meski hasilnya tidak seberapa, Nanang dan Ibunya tetap mensyukurinya. Nanang langsung bekerja di sawahnya karena matahari sudah semakin meninggi. Ia tidak mungkin menunggu Ibunya tiba dan seharusnya Ibunya sudah tiba sejak tadi. Tiba – tiba Nanang merasakan perutnya sakit dan ingin buang air besar. Nanang menghentikan aktifitasnya dan langsung menuju ke dalam hutan yang tidak jauh dari sawahnya. Di dalam hutan itu terdapat sungai dan Nanang biasa buang air besar di sekitar sungai tersebut. Tiba – tiba Nanang mendengar suara aneh dari arah sungai. Ia seperti mendengar suara wanita yang merintih dan sesekali menjerit. Tubuh Nanang mendadak bergetar hebat dan rasa sakit perutnya pun hilang. Nanang memang pemuda yang pemberani tapi ia juga takut kalau mendengar suara – suara aneh. Ia teringat akan kisah yang dulu pernah diceritakan oleh Ayahnya kalau hutan tersebut ada penghuninya. Secara samar – samar Nanang mendengar suara pria yang juga merintih. Nanang yang penasaran pun memutuskan untuk mengikuti asal suara tersebut. Ia mengambil sebilah kayu berukuran sedang sebagai senjatanya. Ia berjalan pelan agar tidak menimbulkan suara langkah kaki. Lalu suara tersebut semakin jelas terdengar dan Nanang pun melihat seorang pria dari balik semak – semak. Nanang berjalan sambil jongkok agar tidak ketahuan. Nanang menyibak semak – semaki tersebut dan ia kaget melihat seorang pria dan wanita dalam keadaan telanjang bulat. Ia lebih kaget ketika mengetahui kalau pria dan wanita itu adalah Pak Eman si Kepala Desa dan juga Ibunya. Nanang melihat pakaian keduanya tergantung di atas ranting pohon. Nanang yang udik karena tidak berpendidikan, tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh kedua manusia itu. Nanang hanya melihat burung Pak Eman sedang asik keluar masuk di dalam lubang kelamin Ibunya. Nanang sangat bingung sambil garuk – garuk kepala atas apa yang dilihatnya. Ia mendengar suara rintihan dan jeritan Ibunya seiring dengan burung Pak Eman yang terus menusuk lubang Ibunya.

“Ning….Memekmuuu makin hari makinnn mantaappp….kontolkuuu betahhh ngentoottt sama kamuuuu….Oooooohhh…oooohhhh” desah Pak Eman.

“Iyaaahhh Massss…aaahhhh….aaaahhhh…Cepetaaannn entotnyaaa…Nantiii si Nananggg nungguiiinnn akuuu….Aahhhh…aahhhh” desah Bu Nining.

Nanang semakin bingung dengan kata kontol, memek, dan entot yang diucapkan oleh Pak Eman dan Ibunya. Ia belum pernah mendengar kata – kata itu sebelumnya. filmbokepjepang.com Nanang hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Pak Eman dan Ibunya dengan tatapan datar. Ia mempelajari apa yang tengah dilakukan oleh keduanya. Setiap kali burung Pak Emang keluar masuk di dalam lubang Ibunya, Ibunya selalu merintih sambil memejamkan matanya. Lalu Pak Eman dan Bu Nining berdiri bersama. Pak Eman menyuruh Bu Nining untuk berdiri sambil tangannya menopang pada pohon dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Lalu Pak Eman menusuk burungnya dari belakang. Pak Eman begitu bergairah dan bersemangat menggempur lubang Bu Nining yang terlihat sempit itu.

“Ooohh Ninggg…Pejuuhhkuuu mau keluarrrrr…Aahhhhhh” jerit Pak Eman sambil memutar kontolnya di dalam memek Bu Nining.

“Keluaariinnn diluaaarrrr Massss” suruh Bu Nining.

Lalu Pak Eman mengeluarkan kontolnya dan memuntahkan seluruh spermanya di atas pantat Bu Nining yang besar dan bulat itu. Pak Eman pun tersungkur lemas di atas bentangan daun pisang. Pak Eman terlihat lelah sekali setelah mengeluarkan spermanya. Lalu Bu Nining memasukan kontol Pak Eman ke dalam mulutnya dan menyedot sisa – sisa sperma Pak Eman. Nanang merasa jijik dan aneh melihat kelakuan Ibunya yang memasukan kelamin Pak Eman ke dalam mulutnya. Kemudian Bu Nining membersihkan pantatnya dengan menggunakan celana dalamnya. Pak Eman pun bersiap mengenakan kembali pakaian dinasnya.

“Jangan lupa nanti malam kamu ke rumah Nyonya Arini” pesan Pak Eman sebelum meninggalkan Bu Nining seorang diri di dalam hutan.

Lalu Pak Eman pun pergi meninggalkan Bu Nining, sementara Bu Nining masih membersihkan tubuhnya dari keringat dengan merendamkan dirinya di dalam sungai. Nanang ingin sekali menghampiri Ibunya, tapi ia tidak berani karena Ibunya selalu marah kalau urusannya diganggu. Lalu Nanang pun kembali ke sawah nya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tak lama kemudian Ibunya pun muncul dan Nanang pura – pura tidak melihatnya.

“Maaf Ibu telat. Tadi ada urusan di balai desa” kata Bu Nining berbohong.

“Ya ndak apa – apa Bu. Mending Ibu istirahat saja di gubuk” suruh Nanang yang melihat Ibunya kelelahan.

“Gak usah. Sini Ibu bantu tanam padinya” kata Bu Nining.

Nanang hanya diam dan tidak berani bertanya kepada Ibunya atas apa yang barusan terjadi. Peristiwa itu juga masih terngiang dipikiran Nanang. Ia pun teringat akan raut wajah Pak Eman ketika ia mengeluarkan cairan putih tersebut. Ia merasa kalau Pak Eman begitu senang dan lega setelah mengeluarkan cairan putih nan kental itu. Raut wajah Ibunya juga sama ketika burung Pak Eman menusuk lubang kelamin Ibunya. Selama ini Nanang belum pernah melihat peristiwa seperti itu sebelumnya. Ia tidak memungkiri kalau terjadi sesuatu pada tubuhnya ketika melihat peristiwa itu. Ia merasakan tubuhnya mendadak panas dan nafasnya juga terasa berat. Nanang pun memutuskan untuk terus memata – matai Ibunya setelah ini.

Lalu malam hari pun tiba. Suasana sepi dan hening begitu terasa di seluruh penjuru desa. Hanya terdengar suara serangga malam yang bernyanyi menemani warga yang beristirahat. Nanang tengah duduk santai di depan rumahnya sambil memijat kakinya sendiri. Lalu dari kejauhan ia melihat sepeda motor yang mendekat menuju rumahnya. Itu adalah sepeda motor milik Pak Eman yang diberikan gratis dari Nyonya Arini. Pak Eman adalah tangan kanan Nyonya Arini dan tak heran kalau Pak Eman juga dibenci oleh sebagian warga.

“Nang, Ibumu mana ???” tanya Pak Eman.

“Ada tuh di dalam. Bentar ya aku panggilin” kata Nanang sambil beranjak dari duduknya. Tak lama kemudian ia pun kembali menemui Pak Eman bersama Ibunya yang telah berpakaian rapi.

“Ibu pergi dulu ya sama Pak Eman. Ada acara di desa sebelah. Kamu tidur aja duluan” kata Bu Nining.

“Iya, Bu. Hati – hati dijalan” pesan Nanang.

Lalu Bu Nining pun pergi sambil diboncengi Pak Eman. Nanang tahu kalau Ibunya tengah berbohong kepadanya. Ia teringat akan pesan Pak Eman tadi kalau mereka akan pergi ke rumah Nyonya Arini. Rasa penasaran Nanang pun muncul dan ia memutuskan untuk mengikuti keduanya. Lagi pula untuk apa Ibunya pergi ke rumah Nyonya Arini malam – malam begini dengan pakaian rapi. Nanang segera mengunci pintu rumahnya dan mengayuh sepedanya. Lalu ia melintas di depan rumah Pak Eman dan melihat sepeda motornya terparkir di sana. Ia menduga Pak Eman dan Ibunya berada di dalam rumah. Nanang pun meletakkan sepedanya di samping pos ronda yang ada di depan rumah Pak Eman. Ia berjalan berjingkat untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh keduanya. Sayangnya rumah Pak Eman tertutup rapat sehingga ia tidak bisa melihat ke dalam rumah. Tidak mungkin baginya untuk masuk ke dalam rumah Pak Eman secara diam – diam. Ia pun menguping di dinding rumah Pak Eman untuk mengetahui keberadaan mereka. Akhirnya diketahui kalau keduanya tengah berada di kamar Pak Eman yang terletak di bagian belakang rumah. Beruntung bagi Nanang saat itu karena jendela kamar Pak Eman sedikit terbuka. Ia mengintip melalui jendela yang terbuka itu dan melihat Pak Eman dan Ibunya sedang berbincang di dalam kamar.

“Apa yang harus ku katakan pada Nyonya Arini nanti ???” tanya Bu Nining sedikit gelisah.

“Kamu bilang saja kalau si Nanang bersedia jadi pengawalnya. Yang penting kamu bisa dapat duit” Jelas Pak Eman.

“Aku tidak yakin dengan hal ini. Nanang pasti tidak mau menjadi pengawal Nyonya Arini. Ia sangat benci padanya” kata Bu Nining dengan was – wasnya.

“Biar aku urus anakmu itu. Yang penting kamu harus bisa meyakinkan si sombong itu” kata Pak Eman yang merujuk kepada Nyonya Airin.

“Iya deh, Mas. Ayo kita ke sana, nanti keburu malam” ajak Bu Nining sambil beranjak dari duduknya. Dengan cepat Pak Eman menahan tangan Bu Nining.

“Gak usah buru – buru. Sekarang Nyonya Arini lagi di kota dan satu jam lagi baru tiba” kata Pak Eman.

“Jadi ngapain Mas nyuruh saya pergi secepat ini ???” tanya Bu Nining dengan sedikit kesal. Lalu Pak Eman menarik tubuh Bu Nining hingga Bu Nining terduduk dipangkuan Pak Eman.

“Aku mau ngeseks sama kamu dulu” bisik Pak Eman dan Bu Nining pun tersenyum malu serta wajahnya berubah menjadi merah.

Pak Eman membaringkan tubuh Bu Nining di atas kasurnya. Kemudian mereka berciuman lembut sambil tangan Pak Eman mengelus rambut Bu Nining yang panjang sebahu itu. Ciuman yang lembut itu perlahan berubah menjadi ganas. Mereka saling melumat bibir dan lidah mereka saling menjilat. Tangan Pak Eman dengan cekatan menyusup masuk ke dalam kemeja hijau yang dikenakan Bu Nining. Ia meremas toket Bu Nining yang besar meski sudah turun dan tidak lagi padat dan juga kenyal.

“Cepat buka bajumu, Ning” perintah Pak Eman.

Bu Nining dengan tergesa – gesa membuka kemejanya dan juga BH nya. Toketnya yang besar dan menggantung itu tampak membuat mata Pak Eman menjadi berbinar. Lalu Pak Eman memilin kedua puting itu dengan sedikit kasar. Bu Nining tampak memejamkan matanya sambi menikmati sentuham jemari Pak Eman.

“Tetekmu besar sekali, Ning. Aku ingin menghisapnya” kata Pak Eman dengan lirih.

“Hisaplah, Mas. Buat aku terbang seperti waktu itu” balas Bu Nining.

Lalu Pak Eman menghisap kedua puting itu secara bergantian. Puting Bu Nining semakin besar dan panjang. Pak Eman menggigit putingnya yang membuat Bu Nining semakin panas. Tubuhnya menggeliat tidak beraturan dan tangannya tidak berhenti meremas rambut Pak Eman. Hubungan gelap yang telah mereka jalani selama tiga bulan belakangan membuat Bu Nining semakin menikmatinya. Hubungan ini bermula ketika istri Pak Eman memutuskan untuk bekerja menjadi TKW di luar negeri. Pak Eman yang telah lama naksir dengan Bu Nining memberanikan diri untuk bisa menikmati tubuh Bu Nining yang semok. Awalnya Bu Nining merasa diperkosa oleh Pak Eman, namun lama – kelamaan Bu Nining menikmati
hubungan seks tersebut setelah bertahun – tahun ia tidak merasakannya. Selain itu sesekali Pak Eman membayar Bu Nining dengan sedikit uang sebagai imbalan atas pelayanan Bu Nining. Setelah puas bermain dengan toketnya, Pak Eman pun bangkit dan beranjak menuju lemari pakaiannya. Dari situ ia mengambil sebuah celana dalam wanita yang telah ia persiapkan sebagai hadiah untuk Bu Nining. Bu Nining merasa malu dan terkesima dengan hadiah pemberian Pak Eman. Terlebih lagi baru kali itu ia melihat celana dalam berukuran mini berwarna hitam. Bentuk celana dalam itu bagaikan seutas tali yang melingkar di pinggul.

“Bentuknya aneh sekali” kata Bu Nining sambil menyentuh celana dalam tersebut.

“Ini hadiah spesial buat kamu. Ayo pakai” perintah Pak Eman.

Lalu Pak Eman menyuruh Bu Nining berdiri tegak di depan cermin. Kemudian Pak Eman melepaskan rok panjang yang dipakai Bu Nining. Kemudian dengan kasarnya Pak Eman merobek celana dalam berwarna krim yang sudah lusuh yang dipakai Bu Nining. Kini Bu Nining sudah telanjang bulat. Bu Nining memperhatikan tubuhnya yang terpampang di depan cermin. Ia tidak menyangka di usianya yang sudah kepala 4, ia masih memiliki tubuh yang menarik dan seksi. Meski kedua toketnya sudah menggantung, tapi itu tidak mengurangi gairah Pak Eman yang terus menggebu – gebu. Memeknya yang tembem juga terlihat sangat menggairahkan dengan ditumbuhi bulu jembut yang tipis. Perutnya masih terlihat sedikit ramping dengan sedikit lemak di bagian bawah perut. Lalu ia memutar tubuhnya dan melihat keseksian pantatnya itu. Pantatnya yang besar dan bulat menjadi daya tarik sendiri untuknya. Selama ini ketika ia sedang berjalan di sekitar desa, banyak pemuda yang memperhatikan pantatnya itu. Pak Eman juga sangat suka memukul dan menumpahkan laharnya di atas pantatnya itu.

“Siapa bilang kamu sudah tua ??? Tubuhmu ini sudah menjawab semuanya” bisik Pak Eman sambil memeluk tubuh Bu Nining dari belakang.

Kemudian Pak Eman membantu Bu Nining mengenakan celana dalam seksi tersebut. Setelah dipakai, Pak Eman tampak semakin bergairah melihat seksinya Bu Nining dengan celana dalam itu. Celana dalam tersebut tampak ketat di pinggu Bu Nining dan membuat Pak Eman tak kuasa menahan libidonya.

“Kamu seksi sekali, Ning” bisik Pak Eman sambil meremas pantat Bu Nining.

“Makasih atas pujiannya, Mas. Pasti celana dalam ini harganya mahal” kata Bu Nining.

“Sebenarnya aku tidak membelinya” ucap Pak Eman. Bu Nining pun berbalik dan menatap wajah Pak Eman.

“Lalu ???” tanya Bu Nining.

“Ini milik Nyonya Arini yang aku curi dari jemurannya. Aku pikir celana dalam ini akan cocok bila dipakai olehmu” jawab Pak Eman dan Bu Nining pun kaget.

“Nanti kalau ketahuan Nyonya Arini bagaimana ??? Aku bisa mati nanti” kata Bu Nining dengan ketakutan.

“Makanya jangan sampai kamu cuci dan kamu jemur. Celana dalam ini kamu pakai bila hanya bertemu denganku” kata Pak Eman.

Bu Nining sedikit lega mendengarnya. Percumbuan mereka pun kembali dimulai. Kini Pak Eman yang minta dilayani oleh Bu Nining. Pak Eman menelanjangi dirinya dan ia berbaring di atas kasur. Bu Nining langsung menggenggam kontol Pak Eman. Ia sangat gemas dengan kontol panjang dan hitam milik Pak Eman. Ia tidak menyangka kalau kontol Pak Eman sanggup membuatnya terkapar dan menjerit keenakan. Lalu Bu Nining menjilati kontol Pak Eman dengan lidahnya. Pak Eman menutup matanya untuk menikmati setiap jengkal sapuan lidah Bu Nining. Lubang kontolnya dijilat mesra oleh Bu Nining. Batang kontolnya yang kekar juga tak luput dari jilatan Bu Nining. Lalu Bu Nining menghisap buah zakar milik Pak Eman yang membuat Pak Eman menjadi semakin tegang. artiklebokep.com Kemudian Bu Nining memasukan kontol Pak Eman ke dalam mulutnya. Bu Nining sangat suka melahap kontol Pak Eman dengan mulutnya. Cairan pelumas yang keluar dari lubang Pak Eman seperti jus jeruk baginya. Mulut Bu Nining terlihat penuh oleh kontol Pak Eman. Mulutnya terlihat begitu kuat menyedot kontol Pak Eman. Kepalanya naik turun sambil terus menjilati batang kontol Pak Eman. Hal itu memubuat Pak Eman menjadi semakin panas. Pak Eman meminta Bu Nining melakukan posisi 69. Bu Nining naik ke atas tubuh Pak Eman dengan pantatnya yang diarahkan ke wajah Pak Eman. Lalu Pak Eman membuka kembali celana dalam Bu Nining dan menjilati setiap sisi memek Bu Nining. Bu Nining mendesah dengan mulut yang penuh sesak oleh kontol Pak Eman.

“Haaahhhh…Haaahhh…Heruuusss…Hilaattt Heruuuusss…Oooohhhh” desah Bu Nining.

Lidah Pak Eman semakin berani dengan menusukannya ke dalam lubang memek Bu Nining. Cairan cinta Bu Nining semakin membanjiri liang memeknya. Pak Eman tanpa rasa jijik menyedot seluruh cairan cinta Bu Nining. Sementara itu Bu Nining semakin ganas menikmati kontol Pak Eman. Berkali – kali Pak Eman merasakan ngilu dan nyeri di kontolnya karena sedotan maut Bu Nining. Berkali – kali ia mengocok kontol itu dengan penuh semangat, berharap cairan Pak Eman keluar sebanyak – banyaknya untuk ia nikmati. Pak Eman semakin liar menikmati liang memek Bu Nining. Klitorisnya semakin merah dan semakin membuat Bu Nining geli. Anus Bu Nining pun tak luput dari sapuan lidahnya. Ia merasakan anus Bu Nining yang hitam itu berkedut kencang.

“Aku mau keluar nih, Mas…Jilat terus yang enakkkk…oooohhhh” desah Bu Nining.

Hanya dalam hitungan detik, Bu Nining sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama. Ia menekan lubang memeknya tepat di mulut Pak Eman dan menggeseknya. Kepalanya mendongak ke atas sambil mencengkram kuat kontol Pak Eman.

“Enaaaakkkk…Aaahhhh Enaaakkkkk…Ohhhh Gussstiiiiiii…Ooohhhh” erang Bu Nining seiring orgasmenya yang hebat.

Bu Nining pun lemas tak berdaya di atas tubuh Pak Eman. Pak Eman melihat cairan putih dengan sedikit berbau keluar dari lubang memek Bu Nining. Pak Eman memasukan jarinya ke dalam lubang memek Bu Nining untuk mengambil cairan tersebut. Lalu ia memberikan jarinya kepada Bu Nining.

“Ayo jilat cairanmu sendiri, Ning” perintah Pak Eman.

Tanpa rasa jijik Bu Nining menjilati jari Pak Eman. Ia menjilatinya seperti menjilati sebatang es krim yang nikmat. Lalu Pak Eman memberikan waktu Bu Nining untuk beristirahat. Masih ada sisa 30 menit lagi sebelum mereka pergi ke rumah Nyonya Arini. Pak Eman kembali mencumbu Bu Nining dengan menjilati pantat Bu Nining. Ia sangat tergila – gila dengan montoknya pantat Bu Nining itu. Ia memukulnya dengan gemas dan kembali menjilatinya. Lubang anusnya juga tak luput dari jilatannya.

“Kamu sudah siap ngentot, Ning ???” tanya Pak Eman.

“Ayo, Mas. Aku mau ngentot gaya sapi” pinta Bu Nining.

Lalu Bu Nining melakukan posisi nungging di atas kasur. Tangannya membuka belahan pantatnya hingga lubang memeknya yang merekah itu terbuka lebar. Pak Eman membasahi kontolnya dengan ludahnya. Lalu hanya dengan sekali tekan, kontol Pak Eman sudah lenyap ditelan memek Bu Nining. Pak Eman menyuruh Bu Nining untuk menggerakan pantatnya maju mundur. Dengan penuh semangat Bu Nining menggenjot kontol Pak Eman. Bu Nining memang paling suka dengan gaya doggystyle. Ia sangat suka ketika Pak Eman memukul pantatnya dengan keras sehingga ia pun semakin bergairah. Bu Nining begitu liar menggenjot kontol Pak Eman. Pantat Bu Nining bergoyang ke sana kemari hingga membuat kontol Pak Eman terasa ngilu.

“Uuuuhhhh…Pelannn Ningggg…Nanti aku bisa keluuaarrr…Aaaahh…Aahhhh” kata Pak Eman sambil berusaha menahan orgasmenya yang sudah mulai terasa.

“Aaaahhh…Kan Mas suka kontolnya aku giniinnnnn….Aaaahhh…Aaahhhhh” erang Bu Nining tak mau kalah.

Lalu Pak Eman tak kuasa lagi menahan gairahnya. Ia menahan pantat Bu Nining dan langsung menusuk kontolnya dengan begitu cepat. Tubuh Bu Nining berguncang – guncang dan toketnya yang menggantung itu menjadi sasaran empuk untuk diremas oleh Pak Eman. Bu Nining hanya bisa menjerit dan mengerang merasakan batang kontol Pak Eman menggesek dinding memeknya. Ia tak menyangka Pak Eman yang sudah berusia hampir kepala 6 masih memiliki tenaga untuk bercinta.

“Ninngggg…Enakkknyaaa ngentooottt memekmuuuu….Ooohhh kentoootttt….Aaahhhhh” erang Pak Eman dengan vulgarnya.

“Massss…Aaaahhhhh….Entooottt memekkk Niningggg….Aaahhhhh…Buuaatt Nininnngggg Muncraaattt…Aaahhh sedaappp” jerit Bu Nining.

Lalu keduanya pun berganti posisi dengan gaya konvensional. Pak Eman sudah tidak sanggup lagi untuk segera mengeluarkan lahar panasnya. Ia semakin beringas dan kecepatannya semakin bertambah. Keringat Pak Eman mengucur deras dan menetes di atas tubuh Bu Nining. Wajah Bu Nining yang sangat mesum dan menggairahkan membuat Pak Eman semakin bersemangat. Bu Nining merasakan perih di memeknya, tapi hal itu tidak membuat Bu Nining menyerah. Ia ingin merasakan orgasme bersama Pak Eman.

“Ninnggg…Kontolkuu mau keluaaarrr…Aahhhhh…Aaaahhhh” rintih Pak Eman.

“Keluariinn di memek akuuu ajaaaa…Satuuu…Duaaaa…Tigaaaa…keluaaarkaaaannnnnnn !!!!” jerit Bu Nining sekuat – kuatnya.

Pak Eman menekan kontolnya sedalam – dalamnya di lubang Bu Nining. Lahar panasnya yang banyak itu mengucur deras di dalam memek Bu Nining. Sementara Bu Nining juga ikut orgasme dan ia merasakan betapa hangatnya sperma Pak Eman. Nanang yang terus melihat permainan keduanya mulai merasakan hal yang aneh dalam dirinya. Saat mengintip tadi, secara spontan ia mengelus kontolnya sendiri. Ia kaget melihat kontolnya yang tiba – tiba mengeras. Ketika ia mengelusnya, ia merasakan adanya sebuah sengatan nikmat di sekujur tubuhnya. Nanang semakin bingung dan menimbulkan rasa penasaran yang besar dalam dirinya. Ia ingin sekali mengetahui gejala apa yang saat ini sedang ia rasakan. Bahkan ketika melihat tubuh telanjang Ibunya, Nanang merasa ingin sekali menyentuh tubuh Ibunya itu. Nanang pun teringat akan seseorang yang mungkin bisa membantunya untuk menjawab semua rasa penasarannya. Ia ingin segera menemui orang tersebut besok pagi. Pak Eman dan Bu Nining sedang berbaring mesra di atas kasur. Mereka masih saling mencumbu meski mereka sudah mencapai puncak kenikmatan. Tiba – tiba handphone Pak Eman berdering. Ia segera mengambil Handphonenya dan ternyata Nyonya Airin yang meneleponnya.

“Selamat Malam Nyonya Airin” sapa Pak Eman.

“Datang ke rumah ku segera. Aku tidak punya banyak waktu” jawab Nyonya Airin dan telepon pun langsung terputus.

Pak Eman dan Bu Nining dengan tergesa – gesa mengenakan kembali pakaian mereka. Nanang pun segera bersembunyi dibalik Pos ronda agar tidak ketahuan. Ia melihat Pak Eman dan Ibunya menuju rumah Nyonya Airin. Nanang pun memilih untuk kembali ke rumah karena ia merasa tidak akan bisa mengintai Ibunya di rumah Nyonya Airin. Rumah Nyonya Airin bak istana besar nan mewah yang dipenuhi oleh penjaga. Selain itu rumah Nyonya Airin juga dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi serta dilapisi oleh kawat berduri. Tidak ada celah untuk Nanang untuk mengintai Ibunya. Mau tak mau Nanang harus menyimpan rasa penasarannya itu.

Pada keesokan paginya, Nanang berpamitan kepada Ibunya untuk pergi ke desa sebelah. Alasannya karena ia ingin bertemu dengan salah seorang temannya di sana. Sebenarnya Nanang tidak berbohong karena ia benar – benar ingin bertemu dengan seseorang yang selama ini sudah dianggap sebagai kakak olehnya. Nanang biasanya memanggilnya dengan sebutan Mbak Yuyun. DUlu Mbak Yuyun tinggal tepat di samping rumah Nanang. Beberapa tahun yang lalu, keluarga Mbak Yuyun memutuskan untuk pindah ke desa sebelah karena Mbak Yuyun yang sudah diterima kerja sebagai guru di desa itu. Nasib Mbak Yuyun memang lebih beruntung ketimbang dirinya. Mbak Yuyun telah merasakan semua jenjang pendidikan yang membuatnya berhasil menjadi seorang guru. Oleh karena itu Nanang ingin sekali bertemu dengan Mbak Yuyun dan mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Ia yakin Mbak Yuyun yang berpendidikan bisa menjawab semua rasa penasarannya. Nanang mengayuh sepedanya menuju desa sebelah yang letaknya tidak begitu jauh dari desanya. Hanya berjarak 10 Kilometer saja dari desanya. Tak lama kemudian Nanang pun tiba di desa sebelah. Desa tersebut bisa dibilang lebih maju ketimbang desa tempat tinggal Nanang. Desa tersebut terkenal dengan hasil perkebunannya sehingga warganya hidup cukup sejahtera. Ia pun tiba di rumah Mbak Yuyun yang letaknya berdampingan dengan balai desa. Ia bersyukur Mbak Yuyun sedang berada di rumah dan tengah sibuk bercocok tanam di sawah yang berada tepat di samping rumahnya.

“Mbak Yuyun !!!” teriak Nanang dari kejauhan.

Mbak Yuyun menoleh dan ia pun langsung melambaikan tangannya ketika mengetahui kalau suara itu berasal dari suara Nanang. Nanang pun mendekat dan keduanya saling berpelukan karena sudah cukup lama tidak bertemu.

“Kamu semakin tinggi dan tegap ya” kata Mbak Yuyun sambil memperhatikan penampilan Nanang.

“Hehehe Mbak juga makin cantik” balas Nanang memuji Mbak Yuyun.

“Ah kamu ini bisa saja. Ayo masuk ke dalam” ajak Mbak Yuyun menuju rumahnya.

Nanang sangat iri dengan rumah Mbak Yuyun yang sudah berdiri kokoh dengan batu bata. Beda dengan rumahnya yang hanya terbuat dari susunan kayu yang sudah lapuk. Nanang melihat sebuah foto dimana Mbak Yuyun sedang berfoto dengan beberapa murid di sekolah tempat ia mengajar. Nanang sangat ingin sekali merasakan duduk di bangku sekolahan. Namun karena keluarganya yang miskin, ia pun harus rela menjalani hidup tanpa merasakan pendidikan apapun kecuali pendidikan agama.

“Ada apa gerangan ??? Mau ketemu sama Abah ???” tanya Mbak Yuyun sambil menyuguhkan segelas air putih dingin kepada Nanang.

“Sebenarnya aku ingin ketemu sama Mbak. Ada yang ingin aku omongkan” jawab Nanang dengan nada serius. Mbak Yuyun pun merasa kalau saat ini Nanang sedang ada masalah.

“Dari wajahmu aku tahu kamu sedang ada masalah. Ceritakan saja” kata Mbak Yuyun.

Lalu Nanang pun menceritakan semua peristiwa yang ia lihat dan ia dengar. Mbak Yuyun mendengarkannya dengan seksama. Kemudian Mbak Yuyun agak sedikit kaget ketika mengetahui kalau cerita yang diutarakan Nanang ada hubungannya dengan seks. Ia juga kaget ketika Nanang mengatakan kalau Pak Eman berhubungan seks dengan Bu Nining. Mbak Yuyun benar – benar tidak percaya kalau Bu Nining dengan berani melakukan hubungan gelap dengan Pak Eman. Sementara itu Mbak Yuyun tidak begitu kaget dengan kelakuan Pak Eman. Ia sudah tahu kalau selama ini Pak Eman sering menjalani hubungan gelap dengan banyak wanita desa. Ia kaget kalau Bu Nining menjadi korban berikutnya. Nanang tak lupa menceritakan keanehan dalam dirinya ketika menyaksikan Pak Eman dan Bu Nining sedang bergumul di atas ranjang.

“Kira – kira keanehan apa yang terjadi padaku, Mbak ???” tanya Nanang dengan penasaran.

Mbak Yuyun tidak langsung menjawabnya. Ia bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Nanang. Sulit baginya untuk menjelaskan apa itu seks kepada orang kampung dan udik seperti Nanang. Lalu Mbak Yuyun menutup pintu dan jendela rumahnya. Nanang heran untuk apa Mbak Yuyun menutup semua pintu dan jendela rumahnya. Lalu Mbak Yuyun mengambil beberapa buku dan juga komputer jinjing alias laptopnya. Mbak Yuyun sengaja menutup pintu dan jendela agar ia bisa dengan nyaman menjelaskan semua pertanyaan yang ingin Nanang ketahui jawabannya. Ia mulai menjelaskan dengan pengertian seks. Nanang mendengarkannya dengan seksama melalui buku yang dibacakan oleh Mbak Yuyun. Dalam buku tersebut terdapat gambar orang yang sedang bercinta dengan pasangannya. Apa yang tampak digambar tersebut sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Pak Eman dan Ibunya. Nanang sedikit mengerti dengan penjelasan Mbak Yuyun.

“Jadi intinya seks itu dilakukan demi memuaskan nafsu batin. Kamu mengerti kan ???” tanya Mbak Yuyun.

“Sedikit sih, Mbak. Apakah seks itu bisa membuat orang menjerit seperti Ibuku ???” tanya Nanang penasaran.

“Bagi sebagian orang sih begitu. Karena apabila penis dimasukkan ke dalam vagina, akan menimbulkan gesekan yang menyebabkan rasa nikmat” jelas Mbak Yuyun.

“Lalu apa yang terjadi padaku ketika aku melihat mereka sedang bercinta ???” tanya Nanang lagi.

“Itu yang dinamakan libido. Di usia kamu saat ini, hal itu sangat wajar dan seharusnya memang seperti itu bila kamu melihat orang yang melakukan seks” jelas Mbak Yuyun lagi.

“Aku pikir aku akan sakit karena aku merasa seperti disengat listrik” kata Nanang.

Lalu Mbak Yuyun memperlihatkan sebuah adegan porno di laptopnya. Nanang memperhatikannya dengan seksama. Tubuh Nanang menjadi sangat panas ketika ia melihat si pria sedang asik menggenjot kontolnya di dalam lubang memek si wanita. Tanpa rasa malu Nanang mengelus kontolnya sendiri dari luar celananya. Mbak Yuyun sedikit malu melihat tingkah Nanang, tapi hal itu justru membuat Mbak Yuyun menjadi bergairah. Mata Mbak Yuyun tidak bisa lepas dari tonjolan besar di balik celana pendeka Nanang. Ditambah lagi tingkah Nanang yang sibuk meremas kontolnya itu. Mbak Yuyun menjadi semakin gila hingga lahirlah sebuah ide gila dari pikiran Mbak Yuyun.

“Apa kamu mau diajarin seks ???” tanya Mbak Yuyun.

“Sama siapa, Mbak ??? Memang ada guru seks di sekitar sini ???” tanya Nanang dengan polosnya.

“Sama Mbak aja. Mudah – mudahan Mbak bisa ngajarin seks buat kamu. Hitung – hitung bekal kamu kalau sudah nikah nanti” kata Mbak Yuyun yang sengaja ingin menjebak Nanang.

Nanang tidak perlu berpikir panjang dan langsung mengiyakan ajakan Mbak Yuyun. Mbak Yuyun merapatkan duduknya dengan Nanang. Ia menyuruh Nanang untuk terus berkonsentrasi dengan film porno yang masih diputar di laptopnya. Mbak Yuyun memberanikan diri untuk menyentuh tonjolan di balik celana Nanang. Kesan pertama yang ia dapat adalah betapa kerasnya tonjolan itu. Mbak Yuyun mengelusnya dan Nanang mulai merasa sesuatu yang nikmat mengalir ke seluruh tubuhnya.

“Coba keluarin kontol kamu” perintah Mbak Yuyun.

Nanang membuka celananya dan tanpa malu menunjukan kontolnya dengan bentuk yang sangat luar biasa. Mbak Yuyun begitu kagum dengan ukuran kontol Nanang yang hampir menyerupaikontol pria bule yang sedang melakukan adegan seks di film tersebut. Hanya saja kontol Nanang berwarna hitam legam dan bulu jembutnya tumbuh semrawut. Mbak Yuyun berusaha menjaga konsentrasinya agar sifat liarnya tidak keluar. Sebenarnya Mbak Yuyun adalah wanita binal dan sangat suka akan seks. Ia sering bermasturbasi demi menuntaskan nafsu batinnya itu. Mbak Yuyun menggenggam kontol Nanang yang keras dan sudah ereksi dengan sempurna. Ia tidak tahan lagi untuk segera menikmati kontol itu di dalam mulutnya. Mbak Yuyun membungkukkan badannya dan menjilati batang kontol Nanang. Nanang sama sekali tidak bereaksi meski ia merasakan nikmat yang amat luar biasa.

“Ya tuhan, betapa besarnya kontol anak muda ini. Apakah aku harus menjadi seorang lonte untuk bisa menikmati kontol besar ini” kata Mbak Yuyun dari dalam hati.

Mbak Yuyun semakin berani dengan menjilati batang kontol itu sampai basah. Ia menjilatinya seperti menjilati permen lolipop. Kemudian Mbak Yuyun memasukan kontol Nanang ke dalam mulutnya. Ia merasakan mulutnya terasa penuh karena ukuran kontol Nanang yang besar. Kali ini Nanang mulai bereaksi dengan melenguh pelan. Ia menggoyangkan pantatnya sendiri dengan perlahan. Lalu Mbak Yuyun memberikan ucapan selamat datang kepada kontol Nanang dengan melakukan deep throat yang hebat. Mata Mbak Yuyun terbuka lebar karena ia berusaha untuk menelan kontol Nanang sedalam mungkin ke tenggorokannya. Nanang merasakan kehangatan di kontolnya yang belum pernah ia rasakan. Fokus Nanang masih terhadap film yang ia tonton. Di film tersebut permainan seksnya semakin panas dan membuat Nanang ikut semakin panas.

“Enak sekali, Mbak” lirih Nanang.

“Kontol kamu besar sekali. Mbak yakin istri kamu nanti bakalan puas dilayani sama kamu” puji Mbak Yuyun.

Kali ini Mbak Yuyun tidak malu – malu lagi untuk menikmati kontol Nanang. Ia merubah dirinya menjadi wanita binal yang haus akan seks. Ia tidak sabar untuk memasukan kontol Nanang ke dalam memeknya. Selama ini hanya sebatang timun atau terong yang mengisi memeknya ketika ia bermasturbasi. Mbak Yuyun masih menjilati dan menghisap kontol Nanang dengan sesuka hati. Mbak Yuyun merasa kagum dengan kontol Nanang. Biasanya seseorang yang baru pertama kali petting atau ngeseks, akan cepat mendapatkan orgasme. Sedangkan Nanang masih bertahan hingga 20 menit lamanya Mbak Yuyun menikmati kontol Nanang.

“Bukain bajuku” perintah Mbak Yuyun.

“Aku malu, Mbak” jawab Nanang.

“Ayo lakukan. Biar kita tuntaskan pelajaran hari ini” kata Mbak Yuyun.

Lalu Nanang membuka kaos putih oblong yang dikenakan Mbak Yuyun. Kemudian ia membuka celana pendek Mbak Yuyun. Kini Mbak Yuyun hanya tinggal menyisakan BH dan celana dalamnya yang serba putih itu. Tubuh Mbak Yuyun yang kurus kerempeng bisa dibilang kurang menarik. Bagian vital tubuhnya terlalu datar dan kurang berisi. Termasuk payudara dan pantatnya yang sangat kecil. Kemudian Mbak Yuyun membuka BH nya. Ia menuntun tangan Nanang untuk meremas toketnya itu. Nanang merasa kalau toket Mbak Yuyun sangat berbeda dengan toket Ibunya. Toket Ibunya sangat besar sedangkan toket Mbak Yuyun kecil dan datar seperti dada pria. Mbak Yuyun menyuruh Nanang untuk memilin kedua pentilnya yang imut itu. Nanang melakukannya dengan penuh kelembutan dan hal itu disukai oleh Mbak Yuyun. Nanang melihat wajah Mbak Yuyun yang sepertinya sangat menikmatinya. Ia heran kenapa hanya dengan memilin pentilnya, Mbak Yuyun bisa jadi keenakan seperti itu. Saat itu Nanang sama sekali tidak merasakan nikmat apapun. Ia merasakan nikmat ketika Mbak Yuyun memainkan kontolnya dengan mulutnya tadi. Ia menduga kalau titik rangsang antara pria dan wanita itu berbeda – beda. Mbak Yuyun semakin beringas dan ia menarik kepala Nanang untuk menghisap pentilnya itu.

“Hisap, Nang. Hisap yang kuat seperti kamu netek dengan Ibumu dulu” perintah Mbak Yuyun.

Nanang hanya mengikuti perintah Mbak Yuyun. Ia menghisap pentil itu dengan kuat dan Mbak Yuyun merasakan kesakitan. Namun Mbak Yuyun tidak peduli karena hal itu justru membuatnya semakin bergairah. Nanang menghisap pentil itu silih berganti dan kali ini ia mulai menyukainya. Pentil Mbak Yuyun terasa kenyal dan keras di mulutnya. Semakin ia hisap, pentil Mbak Yuyun semakin keras. Mbak Yuyun tak ketinggalan dengan mengocok kontol Nanang dengan cepat.

“Kamu suka kontol kamu aku kocok seperti ini, kan ???” tanya Mbak Yuyun dengan nakalnya.

“Su…Suka, Mbak. Aku mau dijilat lagi seperti tadi” pinta Nanang dengan malu – malu.

Mbak Yuyun menyanggupi permintaan Nanang. Ia kembali memainkan lidahnya untuk menjilati kontol Nanang. Kali ini Nanang mulai mendesah seperti yang dilakukan oleh Pak Eman. Tiba – tiba saja Nanang berkhayal sedang dikulum kontolnya oleh Ibunya sendiri. Ia ingin sekali dijilati kontolnya oleh Ibunya. Nanang merasakan sesuatu dari dalam kontolnya yang mendesak ingin dikeluarkan. Nanang berusaha sekuat tenaga untuk menahannya, namun jilatan dan hisapan Mbak Yuyun membuatnya sulit untuk menahannya. Tapi untunglah Mbak Yuyun segera menyudahinya. Nanang lega sekali karena benda itu tidak jadi keluar dari kontolnya.

“Waktunya untuk pelajaran utama. Kamu diam saja, biar Mbak yang melayani kamu. Kalau ada sesuatu yang mau keluar dari kontol kamu langsung dibilang ya” ujar Mbak Yuyun.

Nanang hanya mengangguk pelan tanda mengerti. Nanang duduk bersender di sofa. Mbak Yuyun membuka celana dalamnya dan tampaklah memek Mbak Yuyun yang bersih dan mulus. Mbak Yuyun sangat pintar merawat bentuk dan kebersihan memeknya. Meski sering bermasturbasi, bibir memek Mbak Yuyun tampak rapat dan menggairahkan. Lalu Mbak Yuyun naik ke atas pangkuan Nanang. Ia menggesek kontol Nanang di bibir memeknya agar memeknya basah. Ia sebenarnya ingin dijilat memeknya oleh Nanang, tapi karena waktu sudah semakin siang, ia takut kedua orangtuanya kembali dari kota. Lalu dengan perlahan Mbak Yuyun menurunkan pantatnya. perlahan tapi pasti kontol Nanang ikut tenggelam di dalam lubang kenikmatan itu. Nanang mulai tidak nyaman karena rasa nikmat ini lebih hebat dibanding sebelumnya. Karena sudah tidak tahan, Mbak Yuyun menurunkan pantatnya dengan kuat dan keduanya pun melenguh nikmat.

“Aaaahhhhhhhhhhhhh” lenguh keduanya.

“Kamu diam saja ya. Biar Mbak yang entot kontol kamu” suruh Mbak Yuyun.

Dengan hati – hati, Mbak Yuyun menggerakkan pantatnya secara perlahan. Gesekan antara batang kontol Nanang dan dinding memeknya mulai terasa nikmat. Mbak Yuyun memompa kontol Nanang sambil mengalungkan tangannya di leher Nanang.

“Oooohhhh…Enakkk sekaliiii…Ooohhhhh…Memekkkkk…..Oooooohhhh…Kontollll….Aaahhhh” erang Mbak Yuyun.

Sementara Nanang berusaha untuk tetap tenang. Khayalan tentang Ibunya pun kembali muncul. Ia merasakan kalau Ibunya sedang asik menggenjot kontolnya. Memek Mbak Yuyun begitu rapat sehingga gesekan kenikmatan itu sangat terasa. Kali ini Nanang mulai sedikit aktif dengan memilin pentil Mbak Yuyun. Mbak Yuyun sendiri semakin bergairah dan ia tidak segan lagi untuk mengerang terus – menerus.

“Nannnggg…rasakaannn jepitaaannnn memek kuuuuu…Aaahhhhh…Aahhhhhh…akuuu entottt kamuu Nanggggg…Aaahhhhh” desah Mbak Yuyun yang mulai tak karuan.

Nanang agak sedikit kaget dengan binalnya Mbak Yuyun. Mbak Yuyun sama seperti Ibunya yang suka mendesah dengan kata – kata aneh. Pantat Mbak Yuyun tidak hanya bergerak naik dan turun, tetapi juga bergerak memutar dan membuat Nanang semakin terasa nikmat. Tiba – tiba saja Mbak Yuyun bergerak dengan sangat cepat. Gerakan nafasnya semakin tidak teratur dan sontak tubuh Mbak Yuyun bergetar hebat. Nanang juga merasakan adanya cairan panas yang menyemprot kontolnya.

“Enakkk Nanggg…Akuuu mau entooott kamuuu lagiii niihhhh..Aahhhh…Ahhhhh..Oooohhhhh” ceracau Mbak Yuyun.

Setelah orgasme itu, Mbak Yuyun tidak berhenti dan kembali menggenjot kontol Nanang dengan lebih cepat. Kali ini Nanang yang mulai tidak karuan. Ia menarik pentil Mbak Yuyun dengan keras. Kepalanya ia banting ke kiri dan ke kanan karena ia merasakan orgasmenya akan segera tiba.

“Mbaakkkk…Aku mauuu pipisss nihhhh…Aaaahhhhhh” erang Nanang.

Mendengar hal itu, Mbak Yuyun mencabut kontol Nanang dari memeknya dan kemudian berjongkok sambil mengocok kontol Nanang dengan cepat.

“Keluarkaann Nannggg…Beriiii akuu pejuhmuuuuuu…Ooohhhh…Ooohhh” erang Mbak Yuyun tak mau kalah.

Dan akhirnya Nanang pun melepas semua rasa nikmatnya yang sudah lama terpendam. Lahar Nanang berhamburan dengan begitu banyak hingga 10 kali semprotan non stop. Mbak Yuyun kaget, namun tidak berusaha untuk menghindar. Ia membiarkan sperma Nanang menutupi wajah ayu nya itu. Seketika Nanang pun lemah tak berdaya. Ia melihat wajah Mbak Yuyun yang belepotan spermanya. Wajah Mbak Yuyun seperti habis diguyur satu ember susu.

“Maafkan aku, Mbak” kata Nanang yang merasa bersalah karena mengeluarkan cairannya di wajah Mbak Yuyun.

“Kenapa harus minta maaf ??? Ini adalah bagian yang Mbak suka” kata Mbak Yuyun.

Masih dengan wajah yang belepotan, Mbak Yuyun kembali menghisap kontol Nanang. Ia tidak ingin sedikitpun kehilangan sisa sperma Nanang. Nanang sendiri merasa puas dan ia tidak menyangka seks akan senikmat ini. Pantas saja Pak Eman dan Ibunya sangat suka bercinta. Lama – kelamaan kontol Nanang mengecil karena sudah tidak berdaya lagi. Mbak Yuyun menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Kemudian ia kembali lagi dengan membawa handuk basah untuk membersihkan kontol Nanang.

“Bagaimana ??? Apa kamu puas ???” tanya Mbak Yuyun.

“Puas banget Mbak. Kalau begini caranya, aku bisa ketagihan” jawab Nanang.

“Hehehehe kalau kamu mau lagi, kamu bisa datang ke rumah Mbak. Kita akan terus melakukan seks sebanyak yang kamu mau” kata Mbak Yuyun yang tidak malu lagi untuk bercinta dengan Nanang.

“Iya, Mbak. Aku pasti akan datang lagi. Aku harus segera kembali. Kasihan Ibu sendirian berladang” kata Nanang.

Kemudian Nanang memakai kembali pakaiannya. Sebelum pergi, Mbak Yuyun memberikan sebuah ciuman hangat di bibir Nanang. Mbak Yuyun juga berpesan agar Nanang menjaga rahasia ini dari siapapun. Nanang mengangguk tanda mengerti dan ia pun kembali mengayuh sepedanya menuju desanya.

Nanang merasa senang sekali karena semua rasa penasarannya telah terjawab. Ia tidak menyangka kalau seks benar – benar nikmat. Ia bertekad untuk terus memata – matai Ibunya dan juga Pak Eman. Melihat mereka bercinta justru lebih nikmat. Ia juga ingin sekali merasakan kehangatan tubuh Ibunya. Ia beruntung bisa memiliki seorang sahabat seperti Mbak Yuyun yang telah mengajarinya tentang seks. Dalam perjalanan menuju desa, Nanang melintas di depan banyak gadis – gadis desa. Hal pertama yang dilihatnya justru tubuh mereka dan baru Nanang sadari kalau tubuh satu gadis dengan gadis lainnya berbeda – beda. Tak hanya para gadis, tubuh para Ibu pun tak luput dari pengamatannya. Ia baru sadar kalau melihat tubuh wanita justru sangat menyenangkan. Ia kembali menyesali hidupnya yang tidak berpendidikan. Seandainya ia berpendidikan, dari dulu ia sudah menikmati hal yang dianggap sebagai surga dunia itu. Sesaat kemudian Nanang tiba di desanya dan langsung menuju sawahnya. Ia melihat sang Ibu yang sendirian bekerja di sawah.

“Kenapa lama sekali ???” tanya Bu Nining.

“Tadi aku kelamaan ngobrol sampai lupa waktu” jawab Nanang.

“Nanti sore kamu ikut Ibu ke rumah Nyonya Arini ya” ajak Bu Nining.

“Ngapain ??? Aku tidak mau ke rumahnya” jawab Nanang ketus.

“Dia mau menawarkanmu pekerjaan. Bayarannya sangat besar dan Ibu mau kamu bekerja untuknya” jelas Bu Nining.

“Aku tidak mau. Ayah meninggal karena dia telah mempermainkanku. Pokoknya aku tidak mau” tegas Nanang.

“Ibu juga tidak peduli. Ibu ingin kamu bekerja untuknya dan kamu jangan membantah. Ingat pesan terakhir Ayahmu” kata Bu Nining yang kukuh pada pendiriannya.

Ibunya memang benar. Ayahnya berpesan agar Nanang mengikuti seluruh perintah Ibunya dan selalu membuat Ibunya senang. Akhirnya Nanang memilih mengalah meski hatinya sangat terpaksa untuk melakukan itu. Ia sangat yakin kalau ia akan dipermainkan seperti dulu. Dan ia juga yakin kalau Ibunya telah termakan hasutan Nyonya Arini. Semua orang juga tahu kalau Nyonya Arini sangat suka mempermainkan warga desa yang miskin.

Pada sore harinya, Nanang dan Ibunya pergi ke rumah Nyonya Arini. Mereka sudah berpakaian rapi dan bersih sebagai syarat apabila ingin bertemu dengan Nyonya Arini. Ternyata kedatangan mereka sudah ditunggu oleh Nyonya Arini. Ia sedang asik duduk santai di teras rumahnya sambil menyalakan sebatang rokok. Wanita setengah baya tersebut adalah seorang janda dan semua kekayaannya itu berasal dari suaminya. Penampilannya selalu berlebihan bahkan hanya untuk di rumah. Ia suka mengenakan dan memamerkan segala perhiasan yang mahal. Nyonya Arini juga tidak takut dicelakakan oleh orang lain karena selalu ada pengawalnya yang setia untuk mendampinginya. Banyak warga desa yang berusaha untuk mencelakakannya, namun semua usaha itu berhasil digagalkan. Nanang sendiri pernah mencoba untuk balas dendam dengan melempar sebuah batu berukuran sedang ke arah Nyonya Arini, namun dengan sigap para pengawal Nyonya Arini selalu menggagalkannya.

“Selamat sore Nyonya Arini” sapa keduanya sambil membungkukkan tubuhnya.

“Sore. Silahkan masuk” ajak Nyonya Arini ke dalam rumahnya.

Nanang dan Ibunya sedikit kaget karena mereka diajak untuk masuk ke dalam rumahnya. Biasanya Nyonya Arini hanya memperbolehkan tamunya untuk berada di halaman depan rumahnya saja. Nyonya Arini mempersilahkan mereka untuk duduk di sofanya yang mahal. Namun Ibu Nining menolak dan memilih untuk duduk di lantai.

“Apa kamu tahu tujuanmu datang ke sini ???” tanya Nyonya Arini kepada Nanang.

“Sudah Nyonya” jawab Nanang tanpa melihat ke arah wajah Nyonya Arini.

“Baguslah kalau begitu. Aku ingin kamu bekerja untukku dan aku akan membayarmu mahal” kata Nyonya Arini. Telinga Ibu Nining begitu tajam ketika ia mendengar kalau Nanang akan mendapat bayaran yang mahal.

“Apa pekerjaan yang Nyonya tawarkan ??? Mencari kayu bakar seperti dulu ???” tanya Nanang dengan nada menantang. Hal itu membuat Nyonya Arini menjadi tidak senang, tapi ia berusaha untuk tetap tenang karena ia ingin Nanang bekerja untuknya.

“Bersikaplah yang sopan di depan Nyonya Arini” bisik Ibu Nining yang merasa marah karena kelakuan anaknya itu.

“Aku ingin kamu menjadi pengawalku. Lebih spesifik, aku ingin kamu menjadi tangan kananku” kata Nyonya Arini dengan tenangnya. Ia berusaha untuk tidak terpancing emosi.

“Apa syaratnya ???” tanya Nanang lagi dan kali ini ia lebih berani menatap wajah Nyonya Arini.

“Syaratnya sangat gampang. Aku tahu kamu jago bela diri dan kamu harus siap melayaniku kapanpun dan dimanapun. Itu saja” kata Nyonya Arini sambil menghisap rokoknya dalam – dalam.,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account