Pengalaman Pertama Berhubungan Dengan Dua Wanita, Tante Nisa dan Tante Dina

Pengalaman Pertama Berhubungan Dengan Dua Wanita, Tante Nisa dan Tante Dina

Pengalaman Pertama Berhubungan Dengan Dua Wanita, Tante Nisa dan Tante Dina

Comments Off on Pengalaman Pertama Berhubungan Dengan Dua Wanita, Tante Nisa dan Tante Dina

 

Cerita Dewasa – Berenang adalah salah satu olahraga rekreasi favoritku selama aku kuliah di Bandung Tapi pada masa itu sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman orang tua, aku harus berhemat dan tidak bisa sering-sering berenang Paling-paling aku hanya berenang 2 atau 3 kali dalam sebulan
Kadang aku berenang bersama teman-teman kampus, tapi lebih sering berenang sendiri karena tidak banyak teman-temanku yang mau meluangkan waktu untuk berenang secara rutin Aku sering berenang di daerah Setiabudi, di sana ada kolam air hangatnya sehingga aku bisa berenang sampai malam tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Bandung
Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang Langit sudah mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah
Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berrambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang Meskipun sudah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda
Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik…ah rasanya aku kenal wanita itu… Kalau tidak salah dia Tante Nisa, teman klub aerobik Tante Nita bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu yang lalu Pantas saja tubuhnya sexy…
Setelah meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di seberangku Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang Saat ia berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, “Tante Nisa…” Wanita itu berhenti dan berbalik menatapku
“Hey… Herman ya… sama siapa berenang?” tanya Tante Nisa sambil mencubit lenganku
“Biasa tante… sendirian aja, tante sama siapa?”
“Oh, sama Dina teman kantor tante… tapi kayaknya dia masih di kamar ganti tuh…soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil… nah itu dia baru datang, tante kenalin yaaa…”
Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan ,Nisa mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV “Bay Watch” Tante Nisa lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri wanita tersebut Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke kolam renang
“Dina ini kenalin… Man… ini kenalin Dina, teman kantor tante,” Sambil mengulurkan tangannya Dina tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya mNisa sekali Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya Setelah berbasa-basi sebentar Dina berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Nisa mengikutinya
Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Nisa dan Dina kayaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak seberapa Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti
“Herman kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Nita lagi?”
“Lho… saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita…”
“Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya khan ?” Tante Nisa mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan
“Tante Nita suka cerita tentang kamu lho…hmm bikin kita-kita penasaran deh,” Tante Nisa menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku
“Aduh… sakit tante…,” kataku pura-pura kesakitan Dina yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung
Tante Nisa merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku
“Dina, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan ? Herman ini dulu kos di tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget di rumah kalau Herman lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Herman ini,” Tante Nisa tertawa genit sambil melirikku Dina hanya tersenyum-senyum saja memandangku
“Ah… ati-ati Teh Nisa… mahasiswa sekarang memang nakal-nakal… !!”
Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat Aku merasa kegenitan Tante Nisa sedang menantikan tanggapanku Aku mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Nisa dengan lembut Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Nisa… syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi Hanya aku dan Tante Nisa yang tahu persis apa yang kami lakukan
Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak akan terlihat siapapun Meskipun demikian Dina kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja berenang menjauhi kami
Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Nisa semakin berani Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Nisa mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras Tante Nisa tersenyum nakal
“Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya ” Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Nisa sehingga membuatnya memekik perlahan Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu
Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Nisa dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya Mulut Tante Nisa sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang
“Ssstop Herman… jangan disini… kita ke hotel aja… mau?” kata Tante Nisa setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi Aku mengangguk setuju
“Tapi Dina gimana tante… masak ditinggal?”
“Tenang aja, itu urusan tante… kamu naik dulu… tante mau bicara sama Dina ”
Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi Saat aku kembali ke kolam renang tampak Dina dan Tante Nisa sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk
“Herman, keberatan nggak kalau Dina ikutan acara kita?” tanya Tante Nisa sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku
“Terserah Dina aja, Herman sih nggak keberatan tante…” kataku “Iiih… emangnya acara apaan sih…?” tanya Dina, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Nisa yang sexy Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Dina ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus
Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Nisa Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Nisa lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan
Setelah selesai makan Tante Nisa membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, “Untuk bekal sampai pagi cukup nggak…” tanya Tante Nisa sambil tersenyum nakal Aku mengangguk setuju sementara Dina masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi
Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah…
“Eh seperti yang aku bilang tadi… kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa… aku cuma nunggu kalian di mobil aja ”
“Aduh Dina… kami nggak tega ninggalin kamu di mobil Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey… kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir Atau kalau perlu bisa kami pesankan “extra-bed” Gimana ?” tanya Tante Nisa Dina akhirnya mengangguk setuju
“OK aku di ruang tamunya aja… tapi kalian jangan ribut ya… nanti aku nggak bisa tidur ”
Aku pikir Dina ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi
Aku rasa Dina ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau “terpaksa” ikut bergabung Hmm… kalau Dina mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus
Kamar hotel yang dipesan Tante Nisa cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu Dina merebahkan dirinya di kursi sofa
“Selamat ML yaa… aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak ”
Sampai di kamar Tante Nisa mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur Tante Nisa lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku
Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Nisa, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing
Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh… rupanya Tante Nisa sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya Sementara itu tangan Tante Nisa dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah menegang sejak tadi Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Nisa juga mulai melepas pakaiannya satu per satu
Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun
“Tante Nisa… tante sexy sekali…,” kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Dina bisa ikut mendengar
“Ah… kamu bisa aja,” tampak wajah Tante Nisa memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda Tante Nisa juga tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya
“Tante, Herman mau menikmati tubuh Tante Nisa malam ini sepuas-puasnya… lampunya Herman nyalain aja yaa…”
“Iihh… tante malu ah… khan udah nggak muda lagi…”
“Tapi tante masih sexy banget lho… swear deh… Herman betul-betul terangsang ”
“Terserah Herman kalau gitu… emangnya Herman mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala…”
“Herman mau menikmati tubuh Tante Nisa yang sexy ini sampai puas, Herman mau menikmati buah dada tante yang indah, Herman mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Herman mau liat klitoris tante, Herman pengen liat semua bagian dalam vagina tante Boleh khan…?” kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar
“Tentu boleh aja sayang… , malam ini tante jadi milik kamu Herman boleh liat apapun yang Herman mau, boleh pegang apapun… pokoknya boleh ngapain aja… sesuka kamu sayang… Tapi sebaliknya Herman juga jadi milik tante malam ini yaa… Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Herman…gimana?” tanya Tante Nisa sambil mendorongku ke tempat tidur
Mulailah Tante Nisa menjilati dan mengulum penisku Rupanya Tante Nisa cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap
“Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri… tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante… ” kata Tante Nisa sambil terus menjilati kepala penisku Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow… rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat
“Oohh… tante… enak banget tante… mmhh… isep terus tante…,” aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Dina terpancing untuk ikut bergabung
Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Nisa sementara dia tetap mengulum penisku Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya Ini membuat Tante Nisa makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku
“Mmhh… mmhh… ” Tante Nisa mulai mendesah-desah menahan nikmat Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Nisa dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya
Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Nisa sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Nisa menggelinjang keenakan
“Ah… Herman… mhh… masukin sekarang sayang… tante udah kepengen ngerasain penis Herman di dalam vagina tante,” katanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya
Tante Nisa lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dina
“Sabar dulu ya tante… Herman pengen banget jilat vagina tante…Herman nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu… boleh… ?” “Terserah Herman sayaang… tante udah kepengen banget sampai puncak… ” Pantat Tante Nisa kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya
Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Nisa begitu merah dan merangsang Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya
Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Nisa, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas Tante Nisa meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat
“Oohh… oohh… mmhh… Herman… mmhh… adduhh… ” Suara Tante Nisa makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Nisa, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu
“Aaahh… Herman… tante nggak tahan man… adduuh…” desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Nisa akan mengalami orgasme
Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah… rupanya Dina mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur
“Herman… Herman… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar… mmhh…
ahh…aahh…,” akhirnya seluruh tubuh Tante Nisa menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Nisa mengalami orgasmenya yang pertama malam itu
Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan Tante Nisa perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme
“Herman… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes… rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua… ”
Aku hanya tersenyum “Gimana tante… udah siap lagi… ,” tanyaku menggoda
“Bentar lagi ya Man… badan tante masih lemes… dan lagi rasa enaknya masih belum hilang… ”
Sementara itu kulihat Dina sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan
“Dina, kalau mau gabung kesini aja… nggak apa-apa kok,” kataku memancing-mancing
“Iih… enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih… sampe Dina nggak bisa tidur ”
“Iya Dina… sini aja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML,” Tante Nisa ikut menimpali Dina kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur
“Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dina ikutan ngeliat di sini…?” tanyanya sambil duduk di kursi
“Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Man…… Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku,” kata Tante Nisa sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan Wajah Dina tampak merah,
“Ah Dina cuma mau liat kalian aja dulu… ” Betul dugaanku, sebenarnya Dina mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas Sementara itu Tante Nisa tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya
“Ayo sayang… kita lanjutin lagi… sekarang punya kamu harus dimasukkin ke sini ya…tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu…” Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Nisa dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku Tubuh Tante Nisa mulai menggeliat-geliat kembali
“Ah… Herman… tante jadi konak lagi… punya kamu masukin ya… sekarang sayang… sekarang… tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini…” Tante Nisa terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Nisa sehingga bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki
Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Nisa yang sudah siap menanti sejak tadi, dan… blesss… dengan sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya “Aahh…” teriak Tante Nisa sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut penisku
Rupanya Tante Nisa sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap
“Aduhh Herman… penismu sampai ke ujung… enak banget… mmhh… terus sayang… tusuk yang kuat sayang… tante suka… mmhh… mmhh… mmhh… mmhh …mmhh ” Tante Nisa terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku
Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Nisa dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Nisa tidak akan bertahan lama
Beberapa saat kemudian Tante Nisa minta ganti posisi, dia ingin berada di atas Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Nisa memposisikan dirinya berjongkok di atasku Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri
Begitu penisku masuk, Tante Nisa lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas Gerakannnya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras, “Mhh… mmhh mmhh… ” aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Nisa
Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Nisa, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Nisa dengan sigap memasukkan kembali Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Nisa di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali…
“Aduh… tante mau keluar lagi sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante Nisa menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya
Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Nisa Tidak berapa lama kemudian Tante Nisa terkulai lemas di dadaku Aku melirik ke arah Dina, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat “live-show” di depan matanya…
Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi Permainan liar Tante Nisa mau tidak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga
Kalau aku sekarang mengajak Dina untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Nisa saja Setelah Tante Nisa mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya
“Herman… tante masih lemes… sabar sayang… sebentar lagi… mmhh… mmhh…” Tante Nisa mencoba mendorongku Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Nisa sudah mulai terangsang lagi
Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat
Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Nisa
“Herman… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh … dasar anak muda… mmhh… adduuh sayang… nanti tante bisa keluar lagi… mmhh… Herman… aduuhh…mmhh… tante jadi konak lagi… aahh… kamu ganas sekali… ” kurasakan pinggul Tante Nisa yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku
Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Nisa menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin dalam Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya
“Tante… udah mau keluar belum… ?”
“Mmhh… iya sayang… tante udah mau keluar lagi… mmhh …mmhh…”
“Sekarang kita barengan ya… Herman juga udah mau keluar… ” “Hmmhh…… keluarin aja sayang… keluarin semuanya di dalam… tante siap menampung… tante udah nggak tahan sayaang … tusuk tante yang kuat…… mmhh… uuh… rasanya penis kamu makin besar… dorong yang kuat sayang… iya… seperti itu sayang… iya… masukin yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi… aahh…aagh… !!”
“Tante… mmhh… aduuh… Herman udah nggak tahan lagii… aahh…aahh aagghh…!!” Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Nisa menyertai kenikmatan orgasmeku Sementara itu tubuh Tante Nisa juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu
Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat
Aku dan Tante Nisa hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Nisa… Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Nisa Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Nisa dan spermaku sendiri
Sementara itu dari celah vagina Tante Nisa lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Nisa Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya Tante Nisa memiringkan badannya dan mengelus-elus penisku
“Gila kamu Herman… belum-belum tante udah keluar tiga kali… kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi… ”
“Ah nggak apa-apa tante… khan ada Dina, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek… iya nggak,” kami tertawa cekikikan melirik Dina yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu
“Iya Dina, ayo kamu ikutan sini dong… bantuin aku ngerjain Herman… aku nggak bakalan kuat kalau sendiri,” kata Tante Nisa ikut memanaskan suasana
“Ah… kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Nisa…, tuh liat… Herman punya udah lemes… kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dina… ,” kata Dina yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang
“Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dina mau ikutan nggak…?” pancingku
“Boleh aja… tapi buktiin dong kalau Herman punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi,” kata Dina Tampaknya Dina sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung
“Ok… aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Dina yang bangunin yaa…” kataku tersenyum
“Iya… tapi dibersihin dulu dong… Dina nggak mau bekas Teh Nisa… he… he he…” Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Nisa Saat keluar dari kamar mandi tampak Dina sudah duduk di tepi tempat tidur Sementara itu Tante Nisa gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok
“Ayo sini anak muda… kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi…” kata Dina sambil tersenyum nakal Setelah mendapat alasan yang pas, Dina yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Nisa Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur
Tanpa banyak basa-basi lagi Dina langsung mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Nisa Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dina mulai menjilat-jilat batang penisku
Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Dina dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan Dina mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya
Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali Merasakan penisku kembali membesar dan mengeras, Dina semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku
“Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan… sekarang giliran Dina memenuhi janji untuk ikut bergabung… gimana?” Dina cuma tersenyum sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan payudara Dina yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan putingnya dengan lidahku
Dina yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan Berbeda dengan Tante Nisa, meskipun sudah 3 tahun menikah Dina belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis perawan
Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dina dan kemudian akhirnya sampai ke daerah “Segitiga Bermuda” Bulu kemaluan Dina tidak selebat Tante Nisa sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya
Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Dina, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah Ingin rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya
Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Nisa Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras, “Oohh…… ” Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut
Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Dina bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dina
Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dinapun sudah tidak sabar ingin menerima penisku Tapi dia bukan Tante Nisa yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas Dina hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur
Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya Lalu dengan lembut tapi pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya Gila… nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang perawan
Untung saja Dina sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah Dina tampak menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku Aku sempat berpikir mungkin Dina merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak
“Sakit sayang…?” tanyaku Dina menggeleng perlahan
“Enak sayang… ?” kataku lagi Dina hanya mengangguk sambil tersenyum Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dina terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar
Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Nisa, persetubuhan dengan Dina terasa begitu lembut dan indah Kontras sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak Kubelai rambut Dina dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini
Sesekali aku melepaskan diri dan meminta Dina untuk bergantian di posisi atas Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang indah
Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang Sementara itu gerakan pinggul Dina makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan Dina mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri…
“Oohh… mmhh… mmhh… uuhh ” tampaknya Dina mulai dekat menuju orgasme
“Ahh… Herman… mmhh… Dina di bawah aja ya… Dina takut keluar duluan… ”
“Nggak apa-apa sayang, keluarin aja… ”
“Enggak ah… Dina mau keluar barengan sama Herman… ” Akhirnya Dina kembali berbaring disebelahku Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dina dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya Di posisi ini tampaknya Dina lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku
Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kamipun mulai dibasahi oleh peluh Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol
Gerakanku makin kuat dan Dina juga merasakannya sehingga diapun mulai agak mengganas Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dina Rasanya tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan…
“Dina… aku udah mau keluar sayaang… mmh… sshh… sshh… mmhh…” aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi
“Dina juga mau keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Dina nggak tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya…
“Aahh… Hermani… mmhh… aahh… Dina nggak tahan lagi sayang… aahh… aahh…!”
“Dinaii… aduuh… Hermani keluaar………… aahh…!” Tubuh kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu Dina dengan lembut
Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan “Wow… keren… hebat… ” tiba-tiba kudengar Tante Nisa bertepuk tangan memberi “applaus” untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan menggairahkan Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk berkomentar
Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dina saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme Tampak Dina tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Nisa lalu kembali memejamkan matanya Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dina meskipun tidak sebanyak Tante Nisa
Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya Tiba-tiba aku merasa sangat haus dan lapar Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini
“Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya… melihat kalian ML tante jadi kepengen lagi lho… Herman masih kuat khan…?”
“Ok tante,… Herman masih kuat kok… liat nih… sebentar juga bangun lagi…” kataku menanggapi tantangan Tante Nisa Kutunjukkan pada Tante Nisa penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar Melihat aku mulai segar lagi Tante Nisa merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dina yang masih tergolek kelelahan Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Dina, Tante Nisa langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna
Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Nisa mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Nisa menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat Dina yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,
“Ah keterlaluan deh Teh Nisa ini, si Herman belum sempat istirahat udah diembat lagi… nggak kasian sama anak orang…” Tante Nisa cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya Tak berapa lama kemudian Tante Nisa melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang
“Herman… tante kepengen kamu masukin dari belakang ya…?” Tante Nisa lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dina sambil tangannya meraba-raba payudara Dina sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Nisa yang sudah merah merekah dari belakang
Merasakan apa yang dilakukan Tante Nisa pada mulanya Dina tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan dia membiarkan Tante Nisa melakukan aksinya bahkan tampaknya Dina mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Nisa
Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Nisa tanganku mulai meraba vagina Dina sehingga membuatnya makin terangsang Kemudian Dina membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya Sementara itu pinggul Tante Nisa mulai bergerak tak teratur dan desahannya makin keras
“Aaah… mmhh… mmhh… mmhh… ” Aku tahu sebentar lagi Tante Nisa akan mencapai orgasmenya yang keempat Kupercepat gerakanku dan Tante Nisapun makin tak terkontrol
“Hermani… aahh… tusuk yang kuat sayaang… iya… yang kuat sayang… teruss… teruss… tusuk yang dalam… tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar lagii……… aaghh…” Tante Nisa mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga penisku masuk makin dalam
Kutarik paha Tante Nisa ke arahku dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nisa terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya Melihat penisku masih berdiri tegang, Dina langsung mengerti apa yang harus dilakukannya
Dia mengambil alih posisi Tante Nisa dengan menungging di depanku Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dina dan kumasukkan penisku ke dalamnya Dinapun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah
Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang indah Dina tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak Setelah beberapa menit berlalu, Dina tampak mulai kelelahan dengan posisi “doggy-style”
Dina memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dina yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya
Dina sendiri sekarang sudah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat Rasanya Dina yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Nisa
Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dina yang nyaris tiba-tiba Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir mencapai orgasme Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dina juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Dina masih stabil dan belum mendekati orgasme
Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat datangnya orgasme Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dina yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat Akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Dina juga cepat terangsang
Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dina menjadi makin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras Aku tahu Dina juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak orgasme… “Dina sudah mau keluar ya…… ?” tanyaku
“Hhmm… iya sayang… adduhh… sebentar lagi Dina keluar… barengan ya sayang… sepertinya penis Herman juga udah makin besar… mmhh… enak banget… vagina Dina terasa penuh… mmhh… aahh… fuck me honey… fuck me hard… aahh… aahh… ” Begitu kurasakan Dina hampir mencapai orgasme langsung kupercepat gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat Dan akhirnya…
“Dina… aku nggak tahan lagi… keluarin bareng sekarang yukk……”
“Iya sayang… Dina juga… aahh… adduhh… tusuk yang kuat sayang… fuck me…… yess… aahh…uuhh… Dina keluar lagi… aahh…… aagh…!!”
“Oohh… Dina… mmhh Herman juga keluaarr…… aagh…!” Akhirnya kami kembali orgasme bersamaan
Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah aku masih sanggup kalau Tante Nisa minta lagi Tapi kulihat Tante Nisa juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja
Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh Ah… ternyata Tante Nisa sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik mengulum penisku “Aduh… tante… pagi-pagi udah sarapan pisang…” kataku sambil tertawa
“Hmm sorry ya Man,… tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Herman… nggak apa-apa khan…?” Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante Nisa Tampaknya Tante Nisa sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada pada puncak birahinya
Sementara itu Dina tampak masih tergeletak pulas disampingku
“Herman sayang… tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa… soalnya sebentar lagi khan kita pisah… jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Herman… mau khan…?”
“Masukin aja tante… Herman juga suka ML dengan tante… pokoknya hari ini Herman mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi… tante mau khan?”
“Hm… dengan senang hati sayang… ssttt… jangan keras-keras nanti si Dina bangun Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu ” Ah… kali ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Nisa Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat
Aku rasa ini tidak terlau sulit karena tampaknya Tante Nisa tipe wanita yang sangat sensitif dan mudah mengalami orgasme Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang Kubiarkan Tante Nisa menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya
Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang Benar saja tidak sampai lima menit Tante Nisa mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang kelima “Aahh… Herman… tante keluar… mmhh… adduuhh… aahh… aahh aaghh…!!”
Aku tidak memberi Tante Nisa kesempatan beristirahat Setelah tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Nisa dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan cepat Benar saja, Tante Nisa tampak kaget dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat
“Adduhh… Herman… tante jadi pengen keluar lagi… aahh… aahh… aahh…” Kurasakan badan Tante Nisa mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas
Tante Nisa yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh
“Herman… kamu nakal… nanti tante bisa keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh… mmhh… Herman… tante mau keluar lagii… aduuhh… aahh… dorong yang keras sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus… jangan berhenti… aahh… aahh… enak sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh” Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya
Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Nisa berulang-ulang dengan cepat dan kuat Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Nisa bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan
“Aahh… Hermann… uughh… masukin yang dalam sayang… masukin sampai ujung… aahh… enak banget… aaahh… gimana nih… tante bisa keluar lagi… mmhh… aahh… aduuhh… tante keluar lagi sayang… aahh aahh… ” kali ini tubuhnya menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa… Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku Kali ini tante Nisa sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku untuk berhenti
“Udah dong sayang… tante capek banget… vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong… sakit… udah sayang… tante istirahat dulu… sebentar aja… nanti kita lanjutin lagi… kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang…” katanya sambil mencoba menahanku Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat supaya Tante Nisa tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya
Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Nisa Setelah beberapa saat tampaknya Tante Nisa mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku
Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Nisa yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya Kelihatan Tante Nisa menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas kembali
Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan… “Ahh…oohh…Herman… kamu pinter banget sih… aahh… anak nakal… tusuk tante yang kuat sayang… aahh … aahh… tante keluar lagi… aahh… aahh aahh !,” teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Dina yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun juga Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Nisa sambil menunggunya kembali siap
“Udah sayang… tante udah capek… tante nggak kuat lagi sayang… udah ya sayang… vagina tante udah kebas…… please… tante udah nggak sanggup lagi……”
“Hmm… Herman masih pengen terus tante… soalnya sebentar lagi kita pisah… Herman mau menikmati tubuh Tante Nisa hari ini sampai sepuas-puasnya…” kataku sambil memulai lagi tusukan penisku
“Ayo dong sayang… udah dulu… kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi… tante janji deh… tapi sekarang udah dulu tante capek banget… tenaga tante udah abis… ”
“Yang ini terakhir tante… Herman juga udah mau keluar kok… boleh yaa…” kataku sambil mengecup bibirnya
Tante Nisa terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Nisa Tampaknya Tante Nisa juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh
“Ahh… Herman… keluarin punya kamu sekarang sayaang… tusuk tante yang kuat… tante juga udah mau keluar sekarang…… aaaahhh !!” “Ayo tante kita barengan… ini yang terakhir… aahh Herman keluarr… aaggh…!”
“Aahh…… mmhh… tante juga keluar lagii… adduhh maakk…enak bangeett…… aaghh…!” Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas Kukecup bibir Tante Nisa dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya Kulihat vagina tante Nisa sudah sangat merah dan Tante Nisa sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Nisa, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma
Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dina,
“Hey… kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dina sih… emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa… ”
“Sudah berapa lama sih kalian main… kok kayaknya seru banget… Nisa sampai basah penuh keringat gitu…,” lanjut Dina lagi Tante Nisa hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu
“Enam kali…?? Ah gila juga… bener-bener teteh maniak ML… Dina baru tau… ” kata Dina melotot memandangi Tante Nisa seolah tidak percaya
“Swear… enggak juga Wi… aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Herman apa gue… ” kata Tante Nisa membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan
“Dina juga pengen dong sayang… nggak usah enam kali kayak Teh Nisa tapi Dina pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah… ya sayang… please… aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu Ok, honey… ” Tapi tampaknya Dina menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga
“Kalau Herman masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok… dari tadi aku liat Teh Nisa ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dina jadi konak kepengen ngerasain juga Please honey… jilatin punyaku seperti kemarin malam… Dina suka kok… jilatin terus sampai Dina puas… pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa…… please honey… eat my pussy… please…”
Dina yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas
Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku Aku ingin membuat Dina mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti Tante Nisa Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu Kubaringkan Dina di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah
“Nah… gitu sayang… jilatin vagina Dina… hmmh… enak banget… Dina belum pernah orgasme pakai oral… sekarang Dina pengen ngerasain… ayoo sayang… bikin aku terbang melayang ke bulan… c’mon honey… lick my pussy… mmhh… yesss… I like it… yess… make me cum honey…” Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dina dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya
Tampaknya Dina sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali Setelah beberapa menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dina mulai bergetar tak beraturan
Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya Ini membuat Dina menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga
“Mmhh Herman… adduhh… Dina nggak tahan lagi adduuhh… terus isep yang kuat… c’mon honey… mmhh… yess… I’m cumming… I’m cumming…… aduh enak bangeett… aahh… oohh… oohh…!!” tubuh Dina mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat
Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dina yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga Aku ingin Dina merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Nisa
Dina masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu beristirahat. Dina yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir
“Aduhh… Herman sayang… kamu ganas banget sih… Dina masih capek nih… istirahat dulu yaa… please honey…” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya
Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dina mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Dina mulai bobol Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat
“Herman… mmhh… gimana nih… Dina bisa keluar lagi sayang…… aduhh… aahh… keluar lagi deh… aahh… mmhh… aahh…!” kedua tangan Dina mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Dina dan membiarkan dia menikmati orgasmenya Begitu cengkeraman Dina mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya Dina tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini
“Herman… udah dulu dong sayaang… Dina masih capek… Dina lemes banget sayang… please… gimme a break, honey… ” Tapi sama seperti dengan Tante Nisa sebelumnya, aku tidak ambil peduli Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Dina mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif
“Herman… gantian ya… Dina pengen di atas… ” Aku lalu merebahkan diriku dan membiarikan Dina menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya Kali ini Dina benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Nisa, gerakannya mulai ganas dan liar
Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu Akhirnya Dina mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan
“Hermani… aahh… Dina udah nggak tahan…uuhh… mmhh … Dina keluar lagi… mmhh… yess… I’m cumming… aahh… aahh……!!” Akhirnya pinggul Dina menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya Dan Dinapun terkulai lemas di atas tubuhku
Kelihatan Dina sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi sudah kepalang tanggung Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme Kubaringkan Dina yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya
“Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Dina udah mulai ngilu… berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar aja… nanti boleh lagi… ” Dina mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya Aku tidak ingin menyakiti Dina, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan
Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif Kalau Dina terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Dina mulai naik kembali
Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy Beberapa saat kemudian tampaknya Dina benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya Aku merasakan Dina sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku
“Herman sayang… Dina mau keluar lagi… adduhh… adduhh… enak banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder… yess… aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh… mmhh… adduhh… Dina keluar lagii… mhh… aahh… I’m cumming… aahh!”
“Ayo Dina… kita barengan yaa sayang…… mmhh… aahh…!!” Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dina, sementara tubuh Dina menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam
Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante Nisa masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja Untunglah kami bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari kami yang berani meminta lagi
Tanpa sadar hari sudah terang dan waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kamipun akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang perasaan nikmat yang kami alami…
“Herman… kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai sekarang masih gemeteran Veggie tante juga rasanya masih kebas… belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin… kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh… ”
“Iya nih… Dina juga sampai teler banget, tega banget sih kamu sayang… kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja… ! But anyway thanks ya… Dina belum pernah ML senikmat ini… I feel great… kapan-kapan Dina mau ikutan lagi yaa…”
“Aduh… Tante Nisa dan Dina juga nggak kira-kira ganasnya, Herman sendiri juga sudah kehabisan tenaga Untung aja tante nggak minta nambah lagi, ML yang terakhir dengan Dina tadi bikin Herman bener-bener udah nggak kuat lagi
Tapi ngomong-ngomong kapan kita bisa ketemu lagi tante… Terus terang ini pengalaman Herman yang pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Herman kayaknya ketagihan pengen lagi… Herman nggak bisa lupain pengalaman ini ”
“Itu gampang diatur… ini kartu nama tante, Dina juga kerja di kantor yang sama Nanti kapan-kapan kalau Herman pengen ketemu tinggal telpon aja, bisa kita atur waktunya Yang jelas tante nggak mau ketemu sendirian dengan Herman, paling tidak tante akan ajak Dina atau tambah cewek lain biar gantian Herman yang kita habisin sampe nggak bisa bangun…ha…ha…ha…”
“Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari Jumat, Herman rutin berenang di sana setiap hari Jumat… ” kataku memberi alternatif Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk mengambil motor kamipun berpisah
Tante Nisa sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus Aku tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account