Crita Hot Dapat Sepongan Dari Tetangga Sebelah

Crita Hot Dapat Sepongan Dari Tetangga Sebelah

Crita Hot Dapat Sepongan Dari Tetangga Sebelah

 

 

Crita Hot | Intan 29 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 1 orang anak. Suaminya, Chandra, 32 tahun adalah karyawan dari salah satu perusahaan di Bandung. Perawakan Intan sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan wanita.

Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yang sangat terawat. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi enak untuk dipandang, sesuai dengan pinggangnya yang ramping dan bokongnya yg bulat

Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 1 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Chandra yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal.

Intan pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Chandra, karena dalam hati Intan sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yg menjadi awal berubahnya cara berpikir Intan tentang cinta..

Suatu siang, Intan sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Intan langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Intan terjatuh. Sehingga lututnya memar, agak mengeluarkan darah.

Intan langsung berjongkok dan meringis menahan kesakitan. Pada waktu itu Aku (Riki) anak tetangga depan rumah Intan kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Intan sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Aku langsung lari ke arah Intan.

“Kenapa tante?” tanyaku.
“Aduh, lutut saya luka karena jatuh nih Rik..” ujar Intan sambil meringis.
“Bantu saya berdiri, Rik…” kata Intan.
“Iya tante,” kataku sambil memegang tangan Intan dan dibimbingnya bediri.
“Rik… tolong bawa anak-anak saya kemari… Anterin ke rumahku ya…” kata Intan.
“Iya tante,” kataku sambil segera menghampiri anak-anaknya.

Sementara Intan segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Sewaktu aku mengantarkan anak itu ke rumahnya, Intan sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.

“Ada obat merah tidak, tante?” tanyaku.
“Ada di dalam, Rik,” Balasnya.
“Kita ke dalam saja yuk” Sambung Intan lagi mengajakku ke dalam rumahnya

Aku dan anak mengikuti dari belakang.

“Mah, Aku ngantuk,” kata anaknya kepada Intan.
“Tunggu sebentar ya Rik. Aku mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya mereka tidur siang,” kata Intan sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.

Setelah mengantar mereka tidur, Intan kembali ke tengah rumah.

“Mana obat merahnya, tan?” tanyaku.
“Di atas sana, Rik…” kata Intan sambil menunjuk kotak obat.

Aku segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama aku segera kembali dan mulai mengobati lutut Intan yang cantik itu.

“Sini aku obatin tan, tahan ya rasa sakitnya” kataku.
“Gpp kok Rik. Tante senang ada yang menolong,” kata Intan sambil tersenyum.

Aku mulai memegang lutut Intan dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.

“Aduh, perih…” kata Intan sambil agak menggerakkan lututnya.

Secara bersamaan rok Intan agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mataku. Aku terkesiap melihatnya. Tetapi aku berpura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Intan menggoda mataku untuk melirik walau kadang-kadang hatiku agak berdebar.

Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Intan. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Intan memakai celana pendek.

Aku biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Intan sambil onani. Tapi kini di depan mataku sendiri, paha mulus Intan sangat jelas terlihat.

Intan sepertinya sadar kalau mataku sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Intan merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Akupun sepertinya terkesima dengan sikap Inten tersebut sehingga membuatku menjadi malu sendiri.

“Sudah aku berikan obat merah, tan” kataku.
“Iya, terima kasih,” kata Intan sambil tersenyum.
“Sekarang udah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Intan lagi sambil tetap tersenyum.

Aku berumur 20 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Intan. Masih duduk di bangku Kuliah. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Aku adalah sosok anak laki-laki yg sudah mulai mengalami masa puber.

“Kenapa kamu nunduk terus, Riki?” tanya Intan.
“Gpp kok tante…” ujarku sambil sekilas menatap mata Intan lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
“Ayoo, ada apa…?” tanya Intan lagi sambil tersenyum.
“Anu tante… Tapi Maaf dulu tan, karena aku tadi sempat melihat celana dalam tante” kataku sambil tetap menunduk.
“Lihat apa…?” tanya Intan pura-pura tidak mengerti.
“Lihat…. Hmmmm… Lihat itu tante,” kataku sambil menyamarkan maksudnya.
“Tidak apa-apa kok, Rik,” kata Intan.
“Kan cuma melihat.. Bukan memegang,” kata Intan lagi sambil tetap tersenyum.
“Lagian, aku tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Intan lagi sambil tetap tersenyum.
“Benar tante ngak marah ya…?” tanyaku sambil menatap matanya serius.

Intan menganggukkan kepalanya sambil tetap tersenyum.

 

“Tante sangat cantik kalau tersenyum,” komentarku mulai berani merayunya.
“Iiihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu ya…” katanya .
“Aku berkata jujur loh, tante,” Sambungku lagi.
“Kamu sudah makan, Rik?” tanyanya.
“Belum tante. aku pulang dari rumah teman tadi belum makan,” jawabku.
“Makan disini saja, ya… Temani tante makan siang yuk,” ajak Intan.
“Oke tante, terima kasih,” kataku

Aku menikmati makan siang dan singkat cerita kami berdua selesai makan bersama.

“Kamu mau pulang ya Rik?” tanya Intan.
“Ngak ada kok tan,”
“Tadi tante mau tanya apa ya…?”
“Begini, apa kamu suka dari wanita ? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Intan.
“Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. aku juga suka tubuh tante karena tante cantik dan tubuhnya langsing,” kataku tanpa ragu.
“Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Intan lagi.

Kali ini aku agak ragu ragu untuk menjawabnya.
“Ayolah…” kata Intan sambil memegang tanganku. Tanganku menjadi bergetar di pegangnya.
“Ya, lihat orang sedang bersetubuh tan” kataku.

Intan kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.

“Emang kamu suka film begitu?” tanya Intan.
“Iya suka, tante?” kataku sambil menunduk.
“Mau coba seperti di film, ngak?” ucapnya memberi kode.

Aku diam sambil tetap menunduk. Tanganku makin gemetar. Dan Intan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku.

“Mau ngak?” tanya Intan setengah berbisik di telingaku

Aku tetap diam dan gemetar. Wajahku agak tertunduk. Intan membelai pipiku. Lalu diciumnya pipiku ini. Aku tetap diam dan makin gemetar. Tetapi Intan terus menciumi wajahku, lalu akhirnya di cipoknya bibirku.. Lama-lama akupun mulai terangsang nafsunya.

“Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Intan dengan nafas memburu sambil memegang tanganku dan mengarahkannya ke dalam bajunya.

Sementara tanganku sudah masuk ke dalam BHnya dan mulai meremas-remas buah dada yang montok itu.

“Hmmm… Terus Riki sayang” kata Intan.
“Lama kelamaan tanganku pegal, tante…” kataku polos.
“Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Intan sambil menarik tanganku.

Ketika sampai di dalam kamar.

“Buka pakaian kamu, Riki” ujar Intan sambil melepas seluruh pakaiannya sendiri.
“Iya, tante…” jawabku singkat.

Setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di atas tempat tidur sambil berposisi ngangkang. Aku terkesima melihat tubuh telanjangnya itu.

“Sini naik Riki..” kata Intan sambil mengangkangkan pahanya.
“Iya, tante…” kataku.

Aku segera menaiki tubuhnya. Dan Intan langsung mencipok bibirku dengan hebat. Sementara satu tanganku meremas buah dada Intan yang tidak terlalu besar. Sementara kontolku sesekali mengenai belahan memek Intan.

“Ohh.. Hhmmm.. Terus remas Rik..” desah Intan sambil memegang tanganku yang sedang meremas buah dadanya

“Ouuuuhh.. Yeeaaah… Terus jilat, sayang…” desah Intan sambil meremas kepalaku yang sedang asik mengisap bibir memeknya

“Teruss.. Ssssshh.. Oooohh…” desah Intan sambil badannya semakin mengejang.

Lama kelamaan pahanya merapat menjepit kepalaku. Sementara tangannya semakin menekan kepalaku ke dalam memeknya.

Sekitar beberapa lama kemudian.

“Oooooohh…Yeeeaaah” desahnya panjang yang ternyata Intan sedang Orgasme.

“Sudah Ambil ini” kata Intan.

Aku lalu mengambil tissue untuk mengelap bibirku yang basah akibat cairan memeknya.

“Mau ngak batang kamu saya hisap Rik,” kata Intan.
“Mau dong tante, biar kita gantian orgasme” katakubersemangat.
“Sinikan lah batangnya” kata Intan sambil tangannya meraih kontolku yang tegang

Lalu Intan segera mengulum kontolku. Tidak hanya itu, kontolku lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Aku hanya mengejang menahan rasa nikmat.

“Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecilku

“Bagaimana rasanya, Rik…?”
“Ohh.. Enak tan…” jerit kecilku

Intan sambil tersenyum dan terus mengocok penisku dan akhirnya .

Crooott…Crrooott… Crooott…!!!

Air maniku muncrat di dalam mulutnya yang langsung di sedot habis.

Muaachh…Muacchhh… Terdengar suara ia menjilati sisa-sisa air maniku.

Aku udah puas tan, lemas badanku rasanya. Tubuhku langsung lunglai dan jatuh menindihi tante Intan

Bagaimana rasanya Rik?” tanya tante Intan sambil memeluk tubuhku dari samping.

“Sueeer enak banget tante…”

Akhirnya aku beristrihata sebentar di kamarnya, dan tak lama kemudian aku kiss bye ke dia bahwa aku pamit pulang dahulu untuk memberishkan badanku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

 

 

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account